Ragu

29.5K 2.4K 148
                                    

Happy Reading!

****

"Aku mencintaimu, Abel. kamu tidak salah dengar."

Abel terpaku, menatap Garry. Ia sangat bahagia, bahkan Abel ingin memeluk Garry saat ini juga. Tapi ia menahan diri. Tidak mau membuat malu dirinya sendiri. Garry mencintainya, bukan si wanita pelangi, Alice ataupun wanita lain. Saat kakaknya bilang kalau Garry mencintainya saja, Abel tak bisa tidur. Sekarang mendengar langsung dari Garry membuatnya ingin berlari sambil bernyanyi seperti film Bollywood.

Jika dulu Garry mengatakan hal ini, ia akan biasa saja bahkan cenderung tidak suka. Tapi sekarang, semuanya berbeda, termasuk perasaannya.

"Oh, jadi ini yang dirasakan tokoh di novel-novel itu."

Garry menatap wanita di depannya dengan heran. Baru kali ini ia mendengar respons seperti ini.

"Apa itu yang ada di kepalamu sejak tadi?"

Abel mengangguk. "Salah satunya. Salah duanya apa aku berhalusinasi atau tidak. Salah tiganya, apa yang harus aku katakan padamu."

Garry tersenyum dan mengusap kepala Abel. "Tidak perlu menjawab apa pun sekarang."

"Tapi aku ingin menjawabnya. Kamu tidak mau dengar?"

Garry ragu ingin mendengar jawaban Abel sekarang. Ia masih belum sepenuhnya yakin dengan perasaan Abel padanya. Hubungan mereka memang membaik, Abel pun tidak menutupi rasa cemburunya tadi. Tapi tetap saja Garry masih ragu. Apalagi jalan pikiran Abel sangat sulit untuk ditebak. Di satu saat dia bisa berpikir seperti manusia normal, di saat yang lain ....

"Ya sudah, kamu mau bilang apa?"

Garry menunggu jawaban Abel. Tapi wanita itu tak kunjung membuka mulutnya. Ia justru terus menatap Garry.

"Abel."

"Aku sedang berpikir, apa aku orang yang terlalu mudah jatuh cinta? Jantungku tidak tenang sejak tadi. Aku terkejut mendengarmu mengatakan cinta. Tapi ... aku bahagia." Rona merah perlahan muncul di wajah Abel. Tapi ia tetap menatap Garry. Membiarkan pria itu melihat ekspresi wajahnya.

"Aku tidak bisa lagi marah terlalu lama padamu. Melihatmu bersama wanita lain, membuatku marah dan sedih di saat bersamaan. Aku tidak suka mengakui ini, tapi aku merindukanmu saat kamu tidak ada. Jangan tersenyum itu membuatku salah fokus."

Abel memejamkan matanya erat. tidak mau melihat wajah Garry yang tiba-tiba saja ketampanannya naik beberapa persen.

"Sial, aku lupa mau bilang apa."

Garry tertawa kecil. Ia memeluk Abel. "Jadi bagaimana, Sayang? Katakan yang jelas."

"Hm, aku rasa aku juga mencintaimu. Hua! Aku malu."

Abel memeluk Garry dengan erat. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Garry. Tak membiarkan pria itu melihat wajahnya yang pasti lebih merah daripada tadi.

Garry sama sekali tidak menyangka dengan jawaban Abel. Ia tersenyum lebar. Ia rela memanjat pohon rambutan dan digigit semut berkali-kali jika pada akhirnya Abel akan memberikan jawaban seperti ini.

"Terima kasih."

"Diam, jangan bicara. Aku sedang malu."

Garry tiba-tiba saja mengangkat tubuh.

"Garry, aku bukan Zee yang bisa kamu angkat seenaknya. Turunkan aku."

Garry memberikan sebuah ciuman kecil di dahi dan bibir Abel.

"Baiklah, mari sekarang kita menikah."

"Apa?!"

"Aku hanya bercanda."

(Not) YoursWhere stories live. Discover now