Thank you

28K 2.4K 39
                                    

Happy Reading!

*****

"Sekali-kali bawa temannya ke sini. Siapa tahu ada yang jadi jodohku," ujar Tika sembari tertawa.

"Dasar jomblo," ledek Ririn.

"Iya lain kali, aku ajak ke sini. Kamu doa saja yang banyak supaya ada yang mau."

Tika cemberut mendapat ledekan Ririn dan Garry. Hubungan Garry dengan kedua teman Abel itu semakin baik. Tak ada lagi kecanggungan di antara mereka karena seringnya Garry berkunjung.

"Abel, kenapa diam? Tangannya sudah sembuh?" tanya Garry penuh perhatian.

"Sudah, cuma kena pisau ini."

"Tetap saja kamu harus hati-hati. Jangan mikirin aku terus kalau sedang di dapur."

"Siapa juga yang memikirkanmu?" kesal Abel.

"Tidak apa kalau kamu tidak mau mengakuinya. Apa aku perlu memasang CCTV di dapur supaya aku bisa datang kalau kamu terluka?"

"Tidak perlu," jawab Abel singkat.

"Ririn, Tika, aku titip Abel. Kalau dia ceroboh lagi, bilang saja padaku. Aku harus kembali ke kantor sekarang."

"Abel, hati-hati oke? Jangan membuatku khawatir."

Entah kenapa Abel tidak bisa mengalihkan tatapannya dari wajah Garry yang menunjukkan raut khawatir. Saat ia terluka atau sakit pasti Garry akan menunjukkan ekspresi seperti itu. Tiba-tiba saja Abel teringat saat Garry membawakannya sup hanya karena dia sakit kepala.

"Janji?" lanjut Garry.

Seperti tersihir. Abel mengangguk pelan.

Abel segera mengalihkan tatapannya saat melihat senyum manis Garry. Setiap hari pria itu datang dan makan siang bersama dengan mereka. Abel sudah menolaknya tapi Garry tidak menggubris sama sekali. Lama kelamaan Abel justru terbiasa dengan kehadiran pria itu dan candaannya yang garing. Dia tidak tahu bagaimana menghadapi Garry sekarang.

Pria itu tidak pernah memaksanya. Dia selalu bersikap lembut dan perhatian. Abel juga sudah tidak terbayang dengan adegan romantis antara Garry dan Risty lagi. Setelah ia ingat-ingat, mereka berdua memang tidak pernah bermesraan. Sepertinya benar, memang tidak pernah ada cinta di antara mereka.

Abel merasa konyol karena membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Sampai jumpa lagi." Garry melambaikan tangannya.

Kesal melihat wajah datar Abel. Tika mengangkat tangan Abel dan melambaikannya.

Garry tertawa sementara Abel melotot pada Tika.

"Mbak, buat aku saja Garrynya. Daripada Mbak Abel tolak terus padahal dia enggak salah apa-apa."

Tidak seperti biasanya yang langsung mengiyakan. Abel hanya diam sambil masuk ke dalam rumah.

****

"Astaga! Kenapa bisa basah kuyup seperti ini?" Abel menyodorkan handuk pada Garry.

"Di luar hujan deras. Padahal aku hanya berlari dari mobilku ke sini. Terima kasih handuknya." Hari ini dia lupa membawa payung. Alhasil dia harus hujan-hujanan begitu turun dari mobilnya.

"Sudah tahu hujan deras. Kenapa masih ke sini?"

"Nemenin kamu."

Abel kehilangan kata-kata. Dalam hati ia sangat bersyukur atas kedatangan Garry. Ririn dan Tika sudah pulang, sementara dia harus mengambil ponselnya yang ketinggalan di kontrakan. Dia mencoba untuk tidak memikirkan hantu di rumah ini. Tapi tetap saja dia takut. Mana dia lupa meletakkan ponselnya di mana.

(Not) YoursWhere stories live. Discover now