what he want

64.3K 4.5K 65
                                    

Makasih buat yg ngedoain cepet dpt wangsit kmrin. jd cepet d apdet nih cerita

Happy Reading!

*****

Abel memperbaiki letak kacamatanya. Sejak tadi dirinya sibuk membaca pesanan yang masuk ke akun online shop miliknya. Karena bulan ini sedang musim diskon maka pesanan pun menumpuk dan banyak yang belum ia packing. Untungnya dia memiliki 2 orang yang bisa membantunya.

Sudah setahun ini dia menjalani bisnis online shop. Dulu ia mengerjakannya sendiri dan kadang dibantu Risty tapi semenjak 3 bulan ini dia sudah mempekerjakan 2 orang. Dia kewalahan jika melakukan semuanya sendiri apalagi saat pesanan menumpuk dan kakaknya tidak bisa membantunya.

"Apa ini? Seenaknya sekali memberi satu bintang. Kalau tidak muat ya salah badannya lah," ujar Abel kesal saat membaca penilaian pembeli. "Sudah aku tulis ukurannya di deskripsi."

"Sabar saja, itu wajar. Aku sering melihat komentar seperti itu," ujar Ririn. Salah seorang yang selama ini selalu membantu Abel.

"Meskipun sering melihatnya, aku tetap tidak terbiasa," balas Abel cemberut. "Eh ada yang cancel, enak saja. Barang sudah di ekspedisi."

Abel terus berbicara sambil membalas beberapa pesan yang masuk. Pembeli kadang memang ada yang rewel, ada juga yang keterlaluan cerewetnya. Barang sudah dikirim dan sudah kasih resi ke pembeli tapi masih juga bertanya barang kapan sampainya. Ada lagi yang mengingatkan jenis pesanan sampai berpuluh-puluh kali.

"Eh, Mbak, cowok ganteng yang sering datang ke sini itu pacarnya Mbak ya?" tanya Tika yang berusia dua tahun di bawah Abel.

"Bukan. Dia mantan Kak Risty tapi sepertinya mereka masih berhubungan baik."

"Oalah, tapi kok perhatiin mbak terus?" tanya Tika penasaran. Akhir-akhir ini Garry sangat sering datang ke rumah ini tapi Tika maupun Ririn tidak berani untuk bertanya macam-macam. Mereka hanya tersenyum saja jika tidak sengaja bertatap mata dengan Garry.

"Aku juga heran. Katanya mantan pacar Kak Risty, tapi kok mereka nggak kelihatan canggung," timpal Ririn.

"Matanya siwer kali. Kenapa juga melihatku? Dia itu orang aneh. Habis putus malah sering banget datang ke sini."

Dulu saat berpacaran dengan Risty, Garry hanya ke sini satu minggu sekali. Paling rajin 2 kali dalam satu minggu. Tapi sekarang, hampir setiap hari pria itu berkunjung. Kadang setelah pulang kantor pun dia akan langsung mampir tanpa pulang ke rumahnya terlebih dulu.

Sebisa mungkin Abel menjauh dari Garry. Kalau Garry datang dia akan langsung memanggil kakaknya untuk menemani pria itu. Jika kakaknya tidak ada di rumah maka sering kali Abel mengunci pintu sehingga Garry tidak bisa masuk. Abel tidak mau Garry mengancamnya lagi seperti yang terjadi di supermarket 3 minggu yang lalu. Waktu itu dia terpaksa pulang bersama Garry dan menahan kekesalan selama perjalanan karena Garry terus saja bertanya mengenai Albert.

"Silakan masuk, Pak," canda Risty.

Abel pura-pura tidak melihat kakaknya yang datang bersama Garry.

"Sibuk, Bel?" tanya Garry. Ia menepuk pundak Abel hingga wanita itu menoleh.

"Seperti yang kamu lihat. Sana duduk di ruang tamu."

"Kakakmu tidak keberatan aku di sini. Ada yang bisa aku bantu?" tanya Garry dengan senyum yang bisa membuat wanita mana pun terpesona. Termasuk Ririn dan Tika yang sampai tidak berkedip.

"Kamu bisa membantuku dengan duduk jauh-jauh dariku." Abel menggeser duduknya karena Garry sengaja duduk di sebelahnya. Masalahnya tubuh mereka hampir menempel hingga membuat Abel risi.

(Not) YoursWhere stories live. Discover now