A Date?

26.4K 2.2K 87
                                    

Happy Reading

****

"Aku sudah kamu tipu dua kali."

"Bilangnya ditipu tapi makan terus."

Abel menjulurkan lidahnya. Tadi ia pikir Garry akan mengajaknya ke restoran mewah. Nyatanya pria itu mengajaknya ke pasar malam. Untungnya Garry memberikan jaket dan sepatu untuknya. Sehingga dia nyaman berjalan-jalan.

Saat dari rumah tadi Abel memakai dress tanpa lengan dan high heels 12 cm. Niatnya agar dirinya tidak terlalu timpang dengan tinggi Garry.

"Kamu enggak bilang kalau ke sini. Untung aku tidak pakai gaun menjuntai atau gaun yang pendek banget."

"Aku pikir kamu suka."

"Iya suka tapi bilang-bilang. Mana dijebak kan aku tadi supaya mau keluar denganmu."

"Dijebak? Kapan?"

Garry mengambil tisu dan menyerahkannya pada Abel. Kalau saja dia tidak sedang menjaga tangannya maka dia sendiri yang akan membersihkan sisa makanan di sudut mulut Abel. Sayangnya untuk sekarang dia harus banyak menahan diri.

"Memang kalau orang sudah tua suka gampang lupa. Sebentar lagi Alzheimer itu."

"Apa? aku tidak pikun. Buktinya aku ingat siapa kamu di hidupku."

"Siapa?"

"Tulang rusukku yang hilang."

Abel menggigit bibirnya, menahan senyum yang akan terbit. Astaga! Pria ini tidak tahu tempat. Perhatian Abel teralih karena suara tawa di sampingnya. Seorang anak yang kira-kira berusia 10 tahun sedang menatapnya dan tertawa.

"Kakak sedang pacaran ya?"

Padahal itu adalah pertanyaan biasa dari seorang anak kecil. Tapi entah kenapa Abel merasa malu.

"Enggak," jawab Abel cepat. "Memangnya kamu tahu apa pacaran?"

"Tahu. Aku juga sudah punya pacar."

Abel ternganga. Dia kalah dengan anak kecil. Dia saja masih jomblo. Abel mengedarkan pandangannya mencari orang tua sang anak.

"Namamu siapa? Orang tuamu mana?"

"Namaku Tisya. Mama masih beli minum. Aku disuruh tunggu di sini."

"Mau martabak?" tawar Abel.

Anak itu mengangguk dengan antusias.

"Tisya, apa kamu tahu kalau pacaran itu tidak baik. Apalagi kamu masih sekolah."

"Kalau tidak baik kenapa kakak juga pacaran?"

Abel berusaha menghadapi anak yang dewasa terlalu cepat ini. Saat usianya 10 tahun, Abel masih sibuk ribut dengan kakaknya dan juga berusaha mendapatkan nilai bagus di sekolah supaya mendapat hadiah dari orang tuanya.

"Kakak tidak pacaran dengannya."

"Kakak, ini tahun berapa? Masih saja jomblo. Dasar enggak laku."

Abel menggertakkan giginya. Anak di sebelahnya ini semakin menyebalkan saja. Untungnya ibu anak itu segera datang dan membawa anak itu pergi.

"Kalau aku punya anak aku tidak akan mengizinkan anakku pacaran di usia semuda itu," ujar Abel.

"Aku setuju denganmu. Bahkan mungkin aku tidak akan mengizinkannya hingga dia dewasa. Cinta kadang terlalu menyakitkan." Garry yang sejak tadi diam akhirnya membuka suara. Ia memperhatikan interaksi Abel dan anak tadi. Di pikirannya terbayang bagaimana Abel mengasuh Izzy.

(Not) YoursWhere stories live. Discover now