Masa lalu

27.9K 2.5K 74
                                    

Happy reading!

****

Garry memangku putrinya yang sedang menonton TV. Kedua orang tuanya yang biasanya menjaga Izzy sedang pergi ke rumah teman mereka.

Garry mengelus rambut Izzy pelan.

"Izzy, bagaimana kalau kamu memiliki mama baru?"

Izzy menoleh. Dengan mata hitam yang diwarisi dari ibunya, ia menatap ayahnya dengan tatapan riang.

"Mau. Mama Isty?"

"Bukan, Sayang. Nanti papa kenalkan."

"Tidak mau. Maunya Mama Isty." Izzy mengerucutkan bibir mungilnya. "Mama Isty ya, Pa?"

"Kamu bertemu dulu sama dia. Tantenya tidak jahat."

Izzy tetap menggeleng dan kembali menonton kartun kesukaannya. Tangan kecilnya menarik-narik telinga boneka kelinci miliknya. Ini salah satu tanda kalau dia sudah ngambek.

Garry menghela napas. Ia mengerti kenapa Izzy seperti ini. Tak banyak orang yang dia kenal dan Risty selama ini selalu memperhatikannya bak seorang ibu. Garry tak membiarkan sembarang orang bertemu dengan Izzy. Bukannya ia malu mengakui kalau dia sudah memiliki anak tapi karena dia tidak mau orang-orang bertanya mengenai masa lalunya.

Setiap kali Garry teringat dengan masa lalu maka akan selalu ada wajah wanita itu di kepalanya. Wanita yang pernah dia sayangi dan akan tetap dia sayangi. Bagaimana mungkin dia melupakan wanita yang telah menemaninya bertahun-tahun. Dan bahkan memberikan Izzy untuknya.

Meskipun nanti ada wanita lain yang menggantikan posisinya. Garry tidak akan pernah melupakan apa yang telah wanita itu lakukan untuknya. Dia merasa berhutang banyak hal padanya.

"Izzy, mau ikut papa ke makam mama?"

Setelah mendapat anggukan dari putrinya. Garry mengambil kunci mobil dan jaketnya.

Izzy belum pernah melihat wajah ibunya secara langsung. Selama ini Garry hanya bisa menunjukkan foto-foto ibunya padanya dan menceritakan seperti apa sosok ibunya.

Garry berjongkok di makam mendiang istrinya. Ia meletakkan bunga di atas makamnya dan mengusap nisan bertuliskan nama Maria Veronica tersebut.

"Vero, aku membawa anak kita." Garry tersenyum tipis. Ia berharap mantan istrinya tersebut melihat betapa cantik Izzy sekarang. Dan dia juga sudah dewasa. Vero meninggal setelah ia melahirkan Izzy. Pendarahan yang parah membuatnya tak mampu bertahan.

Penyesalan terbesar Garry hingga sekarang adalah dia tidak ada di rumah sakit ketika Izzy lahir maupun ketika Vero meninggal. Dia terjebak dengan pekerjaannya di luar kota hingga tidak bisa menemani Vero di saat terakhirnya. Dia juga tidak bisa mendengar tangis pertama Izzy.

Dulu, dia adalah orang yang gila kerja. Beberapa kali Vero mengeluh padanya tapi ia tak pernah menanggapinya.

"Kamu pulang kenapa? Sebentar lagi Baby Zee lahir."

"Maaf, Sayang. Pekerjaanku di sini tidak bisa ditinggalkan. Aku usahakan segera pulang supaya bisa bertemu dengan kalian." Garry, pria berusia 26 tahun itu terus memperhatikan rancangan desain interior di hadapannya sambil berbicara dengan istrinya. Mereka sudah menikah selama 1 tahun ini. Dan Tuhan berbaik hati menitipkan seorang putri di rahim istrinya.

"Ya sudah tidak apa-apa. Tapi nanti tolong kalau Baby Zee sudah lahir. Luangkan waktu untuknya. Kamu harus merawatnya dengan baik."

"Hmmm..."

Penyesalan selalu berada di akhir. Seharusnya saat itu juga dia pulang dan menemani istrinya. Seharusnya ia sadar itu adalah pesan terakhir istrinya. Terakhir kalinya ia mendengar suara lembut sang istri.

(Not) YoursWhere stories live. Discover now