Part 27

2.7K 290 9
                                    

Author POV

Teriknya matahari sama sekali bukan alasan untuk Bima berhenti mendorong motornya yang mati karna kehabisan bahan bakar.

Sesekali ia tersenyum saat kembali melewati barisan ibu-ibu yang sedang berkumpul di ujung jalan perumahan Willy yang memang padat penduduk.

Ia semakin mempercepat langkahnya ketika melihat penjual bensin eceran yang berada di pinggir jalan.

"Bang, full ya". Ucapnya setelah menurunkan standar samping motornya. Tangannya segera membuka penutup tangki yang berada di jok depan.

"Capek ya bang abis dorong?".

Bima hanya bisa meringis mendapat ledekan kecil dari pria bertubuh tambun yang baru saja selesai mengisi tangki motornya, "berapa bang?".

Lelaki itu menyebutkan nominal uang yang harus di bayarkan oleh Bima. Setelah selesai urusannya, ia segera pergi.

Laju motornya kembali membelah kemacetan ibukota yang semakin parah. Banyak sekali pembangunan jalanan yang belum sepenuhnya rampung namun di hentikan. Sehingga badan jalan yang sudah sempit semakin sempit saja.

Bagaimana bisa Willy bertahan dengan mobilnya disaat macet seperti itu? Dan ajaibnya, Willy jarang sekali datang telat meski ada kelas pagi.

kecepatan motornya semakin berkurang saat lampu menunjukkan warna merah. Ia berhenti di antara dua mobil disisinya.

Kepalanya menoleh, melihat keadaan sekitarnya.

Dari balik kaca helmnya, kedua matanya menyipit ketika mendapati sebuah mobil sedan berwarna putih yang berada di sisi kanan. Ia tidak asing dengan wajah gadis yang berada di dalamnya.

Kaca mobil yang transparan membuat keyakinan Bima semakin bertambah.

Cindy jalan dengan pria lain.

Bahkan ia bisa melihat dengan jelas saat keduanya sedang asyik berciuman.

Dengan sengaja, ia membunyikan klaksonnya beberapa kali meski lampu masih menunjukkan warna merah.

Dan tepat dengan dugaannya. Kedua orang itu merasa terganggu. Cindy menoleh padanya meski kaca jendela sama sekali tidak terbuka.

Bima pun sengaja melepas helmnya sesaat sebelum memakai-nya kembali. tangannya memainkan gas pada motornya hingga menciptakan raungan demi raungan khas motor sport yang cukup memekakkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya.

Lampu bergeser ke warna kuning untuk sepersekian detik sebelum berganti ke warna hijau. Bima kembali memacu kecepatan motornya, meninggalkan Cindy yang ia yakini sedang risau akan kejadian tadi.

Sepanjang jalan, Bima terus memikirkan satu hal. Haruskah ia memberitahukannya pada Sonny?

Meski hubungan mereka sangat dekat, tapi untuk persoalan seperti itu, Bima tidak ingin ikut campur ke dalamnya.

Terlebih Sonny yang memiliki emosi yang sangat tinggi jika sudah meledak. Bisa di pastikan, Cindy tidak akan selamat.

Laju motornya membawa ia sampai pada halaman rumah Denny.

Rumah yang selalu sepi, sama seperti rumah Willy. Bahkan jauh lebih sunyi kediaman milik keluarga Denny.

"Lama amat lo,Bang". Ujar Denny yang baru saja selesai mencuci motornya.

"Motor gue kehabisan bensin tadi. Sonny belum dateng?".

"Belum, masih di jalan katanya. Paling itu anak mampir dulu ke warteg deket kosannya".

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang