🍁8

412 61 3
                                    

Author POV





"Udah lima hari berlalu, lo masih nungguin dia? Gila bener, ninda yang gue kenal udah berubah banget".

Senyum tipis tercetak sangat jelas pada wajah cantiknya. Ia masih memainkan ponselnya. Berharap Sonny membalas pesan terakhirnya yang ia kirimkan lima hari yang lalu.

Dirinya tidak menyangka jika Sonny benar-benar menghilang selama ini. Terakhir, pria itu hanya berpamitan untuk melakukan kunjungan ke kantornya yang ada di Yogyakarta.

"Kalau dia disana kecantol sama cewek lain gimana? Ya tapi gapapa lah ya, toh kalian berdua juga nggak pacaran".

"Apa gue nyerah aja ya?".

Zara memandanginya begitu lekat. Wajah Ninda nampak begitu santai saat mengucapkan satu kalimat pertanyaan tersebut.

"Cewek itu ngga wajib buat nikah kan?".

"Ya belum ada kewajiban soal nikah sih. Tapi lo yakin buat lepasin Sonny?".

"Seperti yang lo bilang ke gue,ra. Kalau Sonny nganggep gue penting, dia seharusnya ngabarin gue meski cuma satu kali aja".

"Jadi lo beneran nyerah? Gue kan cuma ngeledek lo doang nda".

"Lo bikin gue overthinking tapinya".

Zara membenarkan posisi duduknya, kali ini ekspresinya nampak serius, "jujur sama gue, lo udah ngapain aja sama Sonny?".

"Gue...". Ninda menelan salivanya dengan susah payah, ia bahkan tidak berani menatap wajah Zara saat ini, "gue....udah tidur sama Sonny".

"What?! Lo beneran ninda kan? Lo udah gila apa?".

"Gue nggak sadar waktu itu. Bella nyekokin gue pakai alkohol. Bahkan gue nggak inget proses kejadian sampai akhirnya bisa tidur sama Sonny".

Zara sungguh tidak habis pikir dengan Ninda. Namun, ia juga tidak bisa menyalahkan Ninda karna dia seperti itu karna peran Bella.

"Lo hamil?".

"Enggak".

"Udah berapa kali?".

"Cuma sekali, selebihnya cuma pelukan biasa aja".

"Kalau lo nyerah, gimana sama anaknya Sonny yang udah mulai nyaman sama lo?".

Kepala Ninda mendongak, ditatapnya wajah Zara kali ini, "Aryo pasti bisa hidup meski tanpa gue. Toh gue baru beberapa hari sama dia. Ngga ada ngaruh-ngaruhnya pasti".

"Gimana sama keluarga Sonny?".

Ninda menggelengkan kepalanya, "Gue ngga tau kalau soal itu. Tapi kayanya bakal baik-baik juga".

"Lo nggak nyoba buat nanyain ke keluarganya soal Sonny?".

"Ya pengen, tapi gue harus tau diri juga ra. Gue siapa sih? Pacar bukan tapi perhatiannya ngalahin kaya orang pacaran".

Zara menghembuskan nafasnya sesaat sebelum menyesap kembali kopinya, "Antara satu sampai sepuluh, seberapa suka lo sama Sonny?".

"Mungkin tujuh".

"Lo aja ngga yakin sama jawaban lo, gimana lo yakin sama perasaan diri sendiri sih nda". Sungut Zara.

"Lo pernah ngga nyaman ke cowok tapi lo gengsi buat bilang?".

"Ngga tuh, gue mah selalu blak-blakan aja kalau udah dibikin nyaman".

"Berarti lo ngga bisa paham sama gue. Sama halnya dengan diri gue sendiri,Ra".

"Cuma diri lo sendiri yang bisa paham sih nda. Emang lo yakin buat ngelepasin Sonny?".

"Ngelepas". Ulang ninda, terdengar seperti pertanyaan di telinga Zara, "Sonny bahkan belum gue genggam, gimana gue ngelepasinnya".

Someday - DAY6 Where stories live. Discover now