29. "Sorry"

113 5 0
                                    


"Jangan bilang karena kesal kesalah pahaman ini lo ninggalin gue,"





Salah paham katanya?

Santi benar-benar tak habis pikir. Bagaimana dia tidak salah paham, kedekatan Rendi dan Flora tidak usah diragukan lagi karena mereka dekat sejak SMP. Dan kejadian tadi, benar-benar tak membuat Santi salah paham karena bisa saja itu adalah fakta perasaan mereka yang baru Santi ketahui bahwa mereka berdua saling menyimpan rasa sejak dulu.

Santi memejamkan matanya. Entah kenapa rasa sesak tiba-tiba saja datang, mengingat bagaimana ekspresi wajah Rendi tadi. Benar-benar membuat Santi merasa sesak, karena dia sudah menyakiti seseorang.

"San,"

Panggilan itu membut Santi menegak. Reflek memandang pintu kamarnya yang tertutup rapat. Kemudian gadis itu melirik jam yang tergantung di dinding, menunjukan pukul 2 malam dan cowok itu belum juga tertidur?

"San, gue gak bisa tidur. Lo udah tidur?" tanya Egi dibalik pintu. Cowok itu berdiri disana dengan posisi merapat pada pintu.

"Lo beneran baik-baik aja, kan?"

Santi menelan ludah. Merunduk menatap tangannya yang kini memilin ujung selimut. Santi meragu. Dia ingin baik-baik saja, tapi nyatanya tidak. Malah sesak nya kian bertambah. Bukan hanya melihat kejadian tadi ditoilet tapi karena juga dia sudah menyakiti Rendi.

"Gue harap lo belum tidur dan bisa dengerin gue," kata Egi sebeleum melanjutkan. "Gue mau sedikit cerita buat pemanis tidur lo. Supaya lo tenang dan mikirin baik-baik tentang gimana hubungan lo sama Rendi."

Hubungan?

Bahkan Santi sudah mengakhiri itu beberapa jam yang lalu. Yang membuat dirinya kepikiran dan tak bisa tidur sekarang.

"Kita sahabatan. Gue, Dewa, Rendi, Flora sama Rizky. Sejak SMP kita sama-sama. Wajar kalo kita berempat ngasih perhatian lebih ke Flora karena dia cewek satu-satunya yang harus kita jaga. Tapi, gue gatau apa yang terjadi sampe Dewa dan Flora kejebak sama perasaan mereka. Dewa benci Rendi karen dia pikir Rendi udah ngerebut Flora, tapi kenyataannya nggak." Egi menelan ludah. Cowok itu memejamkan matanya sesaat ketika rasa lama itu kembali dia rasakan, "dan bodohnya gue.... Gue mutusin buat pergi keluar negri karena gue pikir gue gaperlu ikut campur masalah mereka akan selesai. Tapi nyatanya gue salah."

"Gue harusnya tetap disana. Nemenin Dewa supaya dia gak ngerasa sendirian dan tetap bertahan sama kita, ngasih penjelasan ke Flora bahwa kita itu teman dan jaga perasaan Rendi supaya gak terpancing sama amarah Dewa. Tapi, saat itu hancur. Bener-bener hancur sampe gue ngerasa sakit tahu mereka udah gak sama-sama."

Santi mengigit bibir bawahnya. Mengetahui beratnya masalah Egi, dan persahabatan mereka. Dan Egi mencoba memperbaiki semuanya.

"Jadi...... San. Daridulu Rendi gapernah punya perasaan lebih me Flora, remain dia anggap teman. Lo salah kalo mikir kejadian tadi terjadi karena mereka saling suka. Itu real rencana Flora."

Tak ada suara beberapa saat. Egi memilih diam. Dia tiba-tiba saja meragu. Berdiri kikuk didepan pintu. Cowok itu menghela nafas mencoba memantapkan diri sebelum kembali berkata. "Gue tau, karena..... Sebelumnya Flora udah ngakuin rencananya. Dan salahnya gue, tetep biarin itu terjadi. Maaf,"







Egi tersentak. Termundur kaget ketika pintu tiba-tiba saja terhuak lebar. Menampilkan sosok Santi dengan airmata yang sudah menggenang siap jatuh kapan saja jika gadis itu berkedip.

Makin tersentak, ketika sepersekian detik cepatnya Santi menampar Egi. Bersamaan dengan gadis itu terisak kini didepannya. "Kamu jahat, Egi."

Egi diam. Rasa sakit dipipinya meluap digantikan dengan rasa sakit yang memilukan datang pada hatinya melihat wajah kecewa gadis itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ELSAWhere stories live. Discover now