28. Don't Go.

91 5 2
                                    

"Setelah itu, aku hanya memiliki dua pilihan, melupakan dan menganggap semuanya tidak pernah terjadi atau meninggalkan kamu," -Santi Reliansyah.









Begitu tiba di rumah, hal pertama yang Egi lakukan adalah mencari keberadaan Santi. Dengan langkah lebar, cowok itu melangkah menuju kamar Santi yang tepat berada di sebelah kamarnya.

Walaupun sedikit ragu, perlahan Egi mengetuk pintu kamar Santi yang tertutup rapat. Egi hanya ingin memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja walau Egi yakin setelah melihat kejadian menyakitkan itu Santi tidak mungkin baik baik saja, terlebih lagi hatinya.

"Santi lo di dalem? Lo baik-baik aja?" Egi sedikit memelankan volume suaranya karena takut membangunkan kedua orang tua Santi yang mungkin saja sudah tertidur.

Santi tidak menyahut, membuat Egi menghela nafas berat dan memutuskan untuk masuk ke kamarnya sendiri. Mungkin saja Santi sudah tertidur atau mungkin gadis itu hanya perlu menenangkan hatinya.

Namun, baru saja Egi berbalik ia mendengar suara pintu yang terbuka. Lantas Egi langsung menoleh dan mendapati Santi berdiri di ambang pintu kamardengan pakaian tidur.





"Kamu sudah pulang?" Tanya Santi.

Egi diam sesaat. Sibuk mengamati garis wajah Santi yang terlihat tenang, membuatnya kesulitan menebak ekpresi Santi.

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Egi balik.

Santi tersenyum tipis, "seperti yang kamu lihat, kenapa kamu nanya kayak gitu? Atau kamu menduga jika saya terlalu menyedihkan?"

Egi menggeleng cepat, "bukan gitu maksud gue San. gue tau gak akan ada cewek yang baik baik aja ketika ngeliat cowok yang di cintai nya.." egi menggantung ucapan nya seakan akan enggan untuk mengatakan apa yang diri nya dan Santi lihat tentang adegan Rendi dan juga Flora.

Santi menghela nafas ketika mengingat kejadian itu kembali berputar di benak nya, ia tidak mengerti apa maksud Rendi tetapi ia tidak bisa memungkiri jika dari hati yang terdalam nya ia menginginkan penjelasan dari Rendi.

"Saya ngantuk," Santi menutup pintu kamar nya kemudian langsung mengunci nya dan tidak mengindahkan panggilan Egi yang menyerukan nama nya.

Santi menyandarkan punggung nya di pintu kamar kemudian tubuh nya merosot ke lantai.

Santi memeluk lutut nya dengan kedua tangan nya kemudian meneggelam kan kepala nya dengan posisi menunduk. Isakan pun mulai terdengar dari bibir gadis itu.

Sekuat apa pun ia memakai topeng seolah olah diri nya baik baik saja tapi pada kenyataan nya tetap saja ia tidak bisa meyembunyikan luka pada hati nya. Ia harus mengakui jika memang ia sedang tidak baik baik saja, terlebih lagi hati nya.


****

Rizky melirik Rendi yang tengah tertidur pulas dengan kondisi kedua tangan yang terikat. Rizky terpaksa mengikat Rendi karena efek obat perangsang yang di berikan flora kepada Rendi sangat kuat membuat Rendi harus di ikat dan di berikan obat penenang.

"Lo balik aja ky, udah malem juga."

Rizky beranjak dari duduk nya kemudian menoleh ke arah Rafa yang berdiri di depan nya.

"Bang gue gak nyangka kalau Flora senekat itu" tutur Rizky.

"Ya itu lah yang di namain cinta ky, mungkin adek gue terlalu cakep sampe si flo gak bisa moveon" di saat seperti ini Rafa masih sempat sempat nya menyempilkan guyonan.

Rizky terkekeh menanggapi ucapan Rafa."gue balik deh bang udah malem" pamit nya.

"Ok thanks udah nganterin Rendi balik" Rafa menepuk pungung Rizky kemudian mengantarkan Rizky ke depan pintu utama rumah.

ELSAWhere stories live. Discover now