4. Cracked.

153 17 0
                                    




Laki-laki yang sulit ku mengerti, cara nya berbicara membuat ku merasa asing oleh kalimat yang sering di ucap kan nya--- Santi Reliansyah.



"Jadi bisa kita mulai sekarang"

Setelah sadari tadi hanya diam Santi akhir nya angkat bicara, di balik itu Rendi tersenyum miring, cowok itu mengalihkan fokus nya dari ponsel yang sedari tadi di mainkan nya.

"Bentar gue mau pesen makan dulu"ujar nya dengan begitu santai nya, dan ia yakin pasti sebentar lagi Santi akan kesal karena tingkah laku nya yang seenak nya seperti ini.

Santi menghela nafas lelah nya, mencoba untuk meredam rasa kesal yang akan hampir meledak, tidak ia tidak boleh putus asa, ini merupakan perintah dan amanah langsung dari wali kelas nya, ia harus bisa sabar menghadapi sikap Rendi yang menyebalkan dan bertindak seenak jidat nya seperti sekarang ini.

"Ya udah"Santi mengangguk menyetujui, seraya menunggu Rendi selesai makan, Santi membuka buku diary berwarna pink nya itu kemudian mulai menggores kan tinta hitam pada lembaran diary yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi.

Lihat lah Diary, cowok ini memang menyebalkan. Jika bukan karena perintah pak Iwan untuk mengajari dia les matematika, aku mana mau sih. Dia petikilan, hoby nya berantem dan cari gara-gara hampir ke semua guru mata pelajaran, Diary sekali lagi aku ingat kan bahwa dia memang berbanding terbalik dengan Dewa.

Santi kembali menutup buku diary berwarna merah muda nya itu, cewek itu melirik Rendi yang tengah memakan makanan pesanan nya dengan lahap, Santi menggeleng-geleng kan kepala nya, merasa ngeri dengan cara makan Rendi yang dapat memasukan banyak makanan ke perut nya, sebenar nya kemana lari nya makanan sebanyak itu, sedang kan yang ia lihat dari tubuh Rendi, cowok itu memiliki tubuh yang ideal dan Bagus. Ya Tuhan apa barusan ia memuji cowok bad itu? Oh itu tidak benar Santi.

Merasa di perhatikan sadari tadi Rendi mendongkak, sorot mata hitam pekat nya menatap sorot mata coklat milik Santi.

Cowok itu tersenyum miring"jadi sekarang lo punya hoby baru ya, ngeliatin gue"ucap nya percaya diri.
Santi memaling man wajah nya, kenapa harus ada type cowok sejenis Rendi.
"Bisa di percepat makan nya, saya gak punya waktu banyak"ujar Santi dengan wajah datar seperti biasa nya.

Rendi mengulum senyum menyebalkan, cowok itu menyeruput jus jeruk pesanan nya hingga tandas tak tersisa. Kemudian cowok itu beralih menatap Santi.
"Lo gak ikut makan?"bukan nya menjawab cowok itu malah balik bertanya.

Santi menggeleng singkat, cewek itu membuka laptop yang selalu di bawa nya kemana-mana dan melanjutkan naskah novel yang akan ia coba untuk di kirim kan nya ke salah satu penerbit.

Rendi mengamati cewek yang duduk di hadapan nya itu dengan saksama, harus ia akui jika Santi memang cantik, kulit nya yang terlihat putih alami membuat kecantikan natural cewek itu terlihat dengan jelas, alis tebal alami nya serta bibir nya yang berwarna merah muda alami semakin menambah kesan cantik dan manis itu melekat pada diri cewek itu. Namun sayang nya gadis itu tak pernah bisa menarik perhatian setiap cowok yang melihat nya.

Kekurang anggunan dan sikap kaku nya membuat kecantikan alami yang di miliki nya tak pernah bisa terlihat oleh para kaum adam.

"Hei"Rendi berseru namun tidak membuat cewek yang duduk di hadapan nya itu menengok. Santi masih fokus dengan layar laptop di depan nya. Jelas saja ia mendengar suara Rendi hanya saja ia terlalu malas untuk meladeni nya.

"Santi woy"Rendi sedikit meninggi kan suara nya.
Santi masih diam malas untuk menyahut, gadis itu masih asyik memainkan jari jemari nya di atas keyboard laptop mengerikan kalimat demi kalimat pada draff yang akan di buat nya naskah.

ELSAWhere stories live. Discover now