12. Planning Dewa.

130 10 0
                                    


"Karena sesungguhnya perasaan itu bisa berubah kapan saja, dan bodohnya aku yang bahkan tak menyadari nya sama sekali." -Santi Reliansyah P.


"Aww, pelan-pelan San,"

Dewa tak henti-hentinya meringis ketika Santi mengobati luka lembam di sudut bibir laki-laki itu akibat pukulan Rendi di sekolah tadi. Setelah insiden pertengkaran itu Santi menuruti ajakan Dewa untuk pulang bersama dan di sinilah kini mereka berada, di halaman belakang rumah Santi. Santi menawarkan laki-laki itu untuk di obati lukanya. Dan dengan senang hati Dewa menerimanya.

Memang ini kan yang dia inginkan, merebut perhatian Santi secara perlahan. Rendi selalu berhasil merebut semua perhatian Flora darinya, dan Dewa pun tak ingin tinggal diam, dia pun bisa berbuat demikian.

"Saya minta maaf atas perilaku Rendi," ucap Santi dengan tangan yang sibuk mengompres memar di wajah Dewa dengan handuk yang sudah di celupkan air hangat.

"Santai aja, tuh orang kan bisanya emang cari ribut. Heran juga gue sama lo, kok mau-mau nya pacaran sama dia," ucap Dewa.

Seketika Santi terdiam untuk beberapa saat, apa reaksi Dewa jika laki-laki itu mengetahui jika itu semua berawal dari masalah les yang di tugaskan oleh wali kelasnya.

"Santi,"

Panggilan Dewa tak juga membuat gadis itu membuyarkan lamunannya. Karena merasa heran dengan sikap diam Santi, Dewa menyentuh tangan kanan gadis itu yang berada di dekat wajahnya.

"Woy," Seru Dewa lagi.

Kali ini berhasil menyadarkan Santi dari lamunannya, gadis itu refleks melepaskan tangan Dewa yang memegang tangannya. Hal janggal juga yang sedang di rasakannya saat ini. Mengapa jantung nya tidak berdetak dengan cepat seperti biasanya ketika Dewa berada di dekatnya, apa lagi barusan laki-laki itu memegang tangannya, harusnya Santi merasakan getaran seperti biasanya. Mengapa sekarang rasanya terlalu biasa saja. Semua getaran itu justru mulai ia rasakan saat bersama Rendi.

Pernyataan sederhananya memang, ia mencintai Rendi.

Dan Dewa hanya lah seseorang yang pernah menepati hatinya.

"Santi,"

Dewa kembali memanggil Santi. Kali ini dengan raut yang wajah serius. Lelaki itu menatap Santi dengan intens, membuat yang di tatap menjadi kikuk.

Ada apa dengan Dewa sejak tadi pagi? Mengapa tingkahnya tiba-tiba aneh seperti ini.

"Kenapa?" pelan Santi menyahut.

"Lo cinta sama Rendi?"

Entah mengapa Santi juga tidak tahu dengan pertanyaan tiba-tiba dari Dewa itu.

Gadis itu mengerjapkan mata, merasa atmosfer kecangungan itu mulai tercipta antara dirinya dengan Dewa.

"Saya.."

"Gue tahu," Dewa tiba-tiba memotong ucapan Ssnti. Laki-laki itu membenarkan posisi duduknya agar terasa lebih nyaman kemudian menggeser badannya agar lebih dekat dengan Santi.

Ia berbisik tepat di dekat telinga Santi.

"Gue tahu kalo selama ini lo sukakan sama gue," ucap Dewa yang sontak saja membuat Santi tersentak kaget.

Dlari mana laki-laki itu mengetahui nya? Tidak ada satu orangpun yang tahu jika ia pernah menyimpan rasa ingin memiliki terhadap Dewa, hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Lantas sekarang mengapa Dewa tiba tiba menanyakan itu?

Melihat ekpresi terkejut gadis didekatnya, Dewa tersenyum lebar. dia yakin jika dugaannya selama ini benar. Bahwa sepupunya itu memang menyimpan rasa kepadanya, dia tahu dari cara Santi menatapnya selama ini, hanya saja dia berusaha tidak mau ambil pusing dan lebih memilih berpura-pura tidak tahu.

ELSAWhere stories live. Discover now