18. Facta

118 8 0
                                    

Tau yang lebih menyakitkan itu apa?  Yaitu ketika seseorang yang kita sayangi berada di sekitar kita,  namun terasa sangat jauh, sejauh tanah dan langit.

"Selesai."

Santi tersenyum tipis seraya menutup laptopnya, dia baru saja selesai merevisi naskah cerita yang akan di kirimkan nya ke penerbit.

Dia segera bersiap-siap untuk tidur ketika jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Dia tidak perlu bergadang karena untuk mengerjakan tugas sekolah lagi.

Rumah masih terasa sepi karena kedua orang tuanya belum pulang.

Baru saja cewek itu akan memejamkan mata, suara bel dari luar membuatnya mengurungkan niat untuk segera tidur. Mau tidak mau Santi beranjak keluar untuk membukakan pintu.

Siapa yang bertamu malam malam begini, atau mungkin itu orang tuanya yang sudah pulang? 

"Iyah tunggu sebentar," Santi berteriak sedikit keras ketika orang yang di luar sana sedikit tidak sabaran.

Klek.

Sani mengerutkan dahinya ketika melihat sosok cowok tinggi berbadan tegap yang saat ini tengah berdiri membelakanginya didepan pintu, dia melirik koper hitam yang berada di samping cowok itu.

"Kamu siapa?" tanya Santi.

Cowok itu membalikan badannya. Santi Santi makin bingung, saat dia tidak mengenali wajah itu. Siapa dia? Apa mungkin tersesat, salah alamat, atau jangan-jangan cowok ini perampok?  Santi bergidik ngeri membayangkan nya.

"Yeee, biasa aja kali mukanya di pikir gue dedemit kali." cowok itu bersuara ketika tatapan Santi kepadanya terlihat was-was. "Ini rumah tante Resti sama Om wirawan?" Santi semakin heran ketika cowok itu menanyakan nama kedua orang tuanya.

"Kamu siapa sih?"

Cowok itu berdehem kemudian mengulurkan tangan kanannya.

"Nama gue Vergi Ariyawan, panggil aja Egi," cowok itu memperkenalkan diri. "Woy, pegel nih tangan gue." seru Egi ketika Santi tak kunjung juga menjabat tangan.

"Saya Santi," ucap Santi tanpa berniat menjabat uluran tangan Egi, membuat cowok itu mendengus atas tingkah dingin Santi barusan.

"Gak ada sopan-sopan nya lo sama tamu, itu muka lo gak usah di datar datarin gitu dong udah kayak triplek aja'' ujar Egi songong.

"Bukannya tamu juga harus sopan sama tuan rumah, dan sikap kamu barusan gak nunjukin kalo kamu punya tata krama bertamu." balas Santi ketus.

"Oke deh iya gue minta maaf. Orang tua lo gak ada cerita gitu sama lo kalo gue bakal tinggal disini selama seminggu." ujar Egi.

Santi menggeleng, baik mama ataupun papanya sama sekali tidak menceritakan bahwa mereka akan kedatangan tamu.

"Ck, mungkin mereka lupa,"

"Sebenernya apa hubungan kamu dengan orang tua saya? Sampe kamu mau tinggal disini selama seminggu?" tanya Santi.

"Nyokap lo itu sahabat bokap gue, gue lagi pengen liburan di indo untuk beberapa hari, butek otak gue mikirin tugas terus." Egi menjelaskan.

"Oh."

"Oh doang? Lo gak mempersilahkan gue yang cakep bin unyu ini buat masuk? Gila, pegel banget badan gue abis menempuh perjalanan dari inggris ke indo." ujar Egi.

"Ya udah masuk," Santi menggeser tubuhnya memberi jalan untuk Egi. Santi kembali menutup pintu rumah nya ketika Egi sudah masuk ke dalam.

"Hey itu kamar saya!" Santi berseru sedikit keras ketika melihat Egi yang hendak memasuki kamarnya.

ELSAWhere stories live. Discover now