11. Not reason jealous.

137 11 0
                                    

"Tidak pantas dicintai, tidak membuatku pantas disakiti. Bagaimanapun aku punya hati." -Santi Reliansyah Putri.

"Kalo mau, pulang sekolah kita bisa barengan lagi."

Pergerakan Santi yang saat itu sedang berusaha membuka helm, berhenti hanya untuk menatap Dewa. Santi merasa pendengarannya tidak berfungsi normal seperti sebelumnya. Jika memang berfungsi, apakah tadi dia salah dengar?

Santi mengabaikan ucapan yang masih simpang siur ditelinganya, dia kembali berusaha membuka helm yang dia pakai saat itu. Dia merasa gugup, sampai-sampai membuka helm saja dia merasa sedikit kesusahan.

Dewa yang melihat itu, langsung mengambil alih. Dia membukan kaitan helm yang digunakan Santi tanpa peduli kepada reaksi yang ditunjukan Santi atas perlakuannya. Bahkan beberapa siswa yang saat itu tengah memarkirkan kendaraannya diparkiran sedikit memberi mereka perhatian.

Dia sudah bilang, getaran yang dia rasakan terhadap kehadiran Dewa sudah hilang. Tapi kenapa sekarang kembali terasa lagi?

Dewa membantu melepaskan helm yang digunakan Santi, kemudian menatap wajah pucat didepannya. "Gimana, apa perlu gue tunggu lo diparkiran?"

"Hah?"

Dewa terkekeh melihat reaksi sepupunya itu. Dia menyimpan helm yang tadi Santi gunakan di atas motornya, lalu kembali menatap Santi dengan senyumannya. "Yaudah, sampai nanti." katanya sambil berlalu meninggalkan Santi.

Tatapan Santi tidak lepas dari punggung Dewa yang kian menjauh darinya. Dia merutuk dalam hati. Kenapa hatinya kembali bergetar, bukankah getaran itu sekarang sering dia rasakan ketika sedang bersama Rendi?

Sial, hatinya labil.

Santi merapikan pakaiannya. Kemudian matanya berkeliling area parkiran, hampir semua siswa yang ada disana menatap dirinya, kecuali siswa yang baru saja masuk. Kemudian matanya berhenti pada satu titik. Dimana titik itu berada dibalik kemudi mobil yang terletak beberapa langkah dari posisi Santi berdiri. Dan titik itu Rendi.

Melihat itu, Santi sangat berharap Rendi keluar dari mobil dan datang menghampirinya. Namun, yang dilakukan Rendi hanya diam dengan tatapan tajam ke arahnya. Santi melangkah maju, belum satu langkah dia berhenti ketika melihat Rendi membuka pintu mobil dan keluar dari sana dengan ransel yang tergantung di bahu kirinya. Santi memberikan seulas senyum kepada Rendi. Dia akan melangkah menghampiri Rendi, tapi Rendi sudah berlalu meninggalkannya memasuki area sekolahan lebih dalam seperti yang Dewa lakukan tadi.

Santi menghembuskan nafasnya. Ada apa dengan hari ini sebenarnya, kenapa semua orang cepat berubah dihari ini? Dewa dan Rendi, mereka sama-sama berbeda hari ini.

Santi melangkah dengan gontai memasuki sekolah lebih dalam. Bahkan dia tidak tahu, sepasang mata masih diarea parkiran mengawasinya.

***

Tidak biasanya Santi hilang fokus pada pelajaran yang tengah ia pahami dibuku catatannya, sesekali ia menoleh kebelakang untuk melihat Rendi. Sebenarnya bisa saja Santi merasa biasa kepada Rendi, namun mendapati Rendi tidak menyapanya ketika berpapasan Santi merasa tidak enak hati.

Sekali, dia menoleh kebelakang. Rendi tengah memainkan ponselnya, mungkin sedang bermain game. Santi memalingkan wajahnya, fokus kepada buku catatannya lagi.

ELSAWhere stories live. Discover now