27. About Love.

95 4 1
                                    

Ini simple. Egi menaruh hati pada Santi, begitupula Flora. Nyatanya mereka sama-sama mencintai seseorang yang menganggap mereka beda. Hanya saja kasus yang terjadi pada Flora itu bukan cinta, tapi obsesi.

Sedangkan Egi, dia masih tahu batasan. Meskipun keinginannya memiliki Santi sangat besar, tidak membuat Egi nekat. Karena bagaimanapun hatinya tidak siap melihat cintanya terluka.

Dan, hal itu terjadi. Rahang Egi mengeras, jari-jarinya sudah mengepal, sedangkan hatinya seakan bergemuruh hebat, seperti gunung yang hendak memuntahkan lava panas. Hanya tinggal menunggu waktu yang pas.

Dan ketika satu tetes jatuh bersama dengan isakan tertahan gadis didepannya, menjadi awal gunung itu memuntahkan lavanya.

Egi langsung berbalik, berjalan mendekati toilet. Membuat gadis yang dia tinggalkan memekik kaget.

Langkahnya makin jadi ketika sampai diambang pintu. Dia mendecih, langsung mendorong Flora terlepas dari Rendi. Gadis itu tersentak begitu punggungnya menghantam dinding dengan keras.

"Egi! Lo apa-apaan. Pergi gak lo!"

Egi tidak menggubris. Dia menatap tajam kearah Rendi yang masih terpengaruh obat, mengerang pelan meminta lebih. Egi menarik kerah kemeja cowok itu, mengangkatnya tinggi, "brengsek!" tinjuan langsung melayang mengenai pipi sebelah kiri Rendi.

Cowok itu oleng. Terdorong jatuh kelantai dengan lemas, tetap mengerang sambil memegangi pipinya.

Tidak sampai disitu. Egi langsung mendekat mencondongkan tubuhnya kebawah, tangannya kembali meraih kerah cowok itu.

"Sadar anjing!" umpatnya kesal sambil menampar keras pipi Rendi. Cowok itu kembali meringis, menatap Egi dengan tatapan sendu.

"Lo yang brengsek!"

Egi tersentak, oleng kebelakang ketika Flora mendorongnya menjauhi Rendi. Cewek itu menatapnya tajam, "udah gue peringati, jangan ikut campur! Lo sendiri yang nolak, jadi cukup adil kalo lo biarin gue berdua sama dia!"

"Lo gila ha?" Egi maju. Tangannya memegang bahu dengan kuat sampai cewek itu kesakitan, "ini kelewatan Flo. KELEWATAN!!" katanya dengan nada tinggi di akhir kalimat.

"Ini urusan gue!"

"Flora, cium gue lagi."

Keduanya langsung reflek menoleh kearah Rendi yang sudah kembali mengerang. Cowok itu bahkan terus bergerak tidak tenang di lantai. Egi melepaskan Flora, beralih kembali memegangi kerah Rendi. Dia hendak melayangkan lagi pukulan, tapi tangannya buru-buru ditahan dari belakang.

"Gi, stop! Rendi butuh bantuan, bukan pukulan!" kata Dewa.

"Anjing! Lo apain sobat gue!" pekik Rizky muncul dibelakang Dewa. Cowok itu tersentak kaget, langsung mendekati Rendi. Melepaskan tarikan Egi dikerah Rendi. Setelah berhasil terlepas, Rizky buru-buru mengambil air untuk menyadarkan Rendi. Secara naluri, Rizky menyiram Rendi dengan segayung air.

"Lo mending diem, Wa." Egi memandang Dewa sengit, "gue mau abisin dia!"

Dewa mendengus, "gue tau lo marah bukan karena ini doang," katanya paham. Dewa melirik Flora yang sudah terduduk diam bersandar didinding, kemudian menatap Egi. "Dah sana, cari Santi. Dia pergi tadi,"

ELSAΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα