14. Please Stop!

107 9 0
                                    


Terlalu terobesi membuatnya lupa, jika cinta itu tidak harus selalu memiliki.


"Apa ini?"

Santi mengerutkan keningn ketika mendapati sebuah kertas dikolong meja nya. Dia meneliti kertas tersebut yang bertuliskan.

Temui gue di taman belakang -Rendi saputra.

Santi semakin mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Rendi mengirimi pesan lewat surat, dan Santi semakin yakin jika bukan Rendi yang mengiriminya kertas tersebut. Karena jelas-jelas tadi dia berangkat bersama dengan kekasihnya itu, dan tadi Rendi memberi taunya untuk pergi ke kantin sebentar membeli sarapan untuk mereka berdua.

Lalu jika bukan Rendi siapa orang kurang kerjaan yang meletakan kertas itu di kolong mejanya.

"Destia," Santi memanggil nama salah satu teman sekelasnya itu, Destia yang sedang sibuk bermain game di ponselnya pun menoleh.

"Apa?" sahutnya jutek. Jangan tanyakan kenapa gadis itu bersikap seketus itu pada Santi. Jelas saja karena sedari dulu Destia memang sudah lama menyukai Rendi.

"Kamu tau gak siapa yang nyimpen kertas ini di bangku saya?" tanya Santi seraya menunjukan selembar kertas yang di pegang di tangan kanannya.

Dengan acuh Destia menggeleng.
"Ya mana gue tau, gue juga baru dateng." ucapnya judes.

Santi menghela nafas panjang, dia penasaran dengan orang yang mengiriminya pesan lewat kertas itu, atas dasar apa orang itu mengaku-ngaku sebagai Rendi.

Karena rasa penasaran yang semakin membuncah, Santi memutuskan untuk menuruti isi perintah di surat tersebut. Gadis itu beranjak dari duduknya kemudian melangkah menuju taman belakang sekolah.

Koridor-koridor nampak belum terlalu ramai karena siswa dan siswi baru sebagian yang datang.

Hal pertama yang Santi lakukan ketika sampai ditaman adalah, mengedarkan pandangannya ke sekitar taman yang masih terlihat sepi itu.

"ini sih namanya saya di kerjain," gerutu Santi sebal. "Tidak penting. Lebih baik saya kembali ke kelas." baru saja Santi hendak membalikan badannya ketika tiba-tiba seseorang membekap mulutnya menggunakan sapu tangan beraroma bius yang membuat Santi tak sadarkan diri saat itu juga.


***

Santi mengerjapkan matanya ketika perlahan-lahan kesadarannya mulai kembali.

"Euh," lenguhnya ketika menyadari keadaan dirinya. Kedua tangan dan kakinya terikat serta mulut yang di tutup dengan perekat berwarna hitam.

"Eupskan," ucapnya tak jelas, sembari berusaha terlepas.

Siapa orang yang tega menyekapnya di gudang sekolah dengan keadaan serba terikat?

"Santi,"

Santi langsung menoleh kesumber suara. Da menggelengkan kepala tidak percaya saat melihat Flora dan Destia berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Kaget karena ngeliat gue disini sama Flora?" Destia tersenyum miring.

Kedua gadis itu melangkah mendekat ke arah Santi. Dengan kasar Flora membuka paksa perekat hitam yang menutupi mulut Santi.

"Des, saya tidak menyangka kamu bakal ngelakuin hal sejahat itu dengan bersekongkol bersama Flora." Santi menatap Destia dengan tatapan tidak percaya.

Bagaimana bisa, gadis yang sering kali dia lihat sebagai gadis manja dan lebay, kini berubah menjadi gadis yang kejam. Bahkan rela menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan siapa saja yang telah menghalangi apa yang di inginkannya.

ELSAWhere stories live. Discover now