22. Happy with you.

119 10 0
                                    

"Tawa manisnya, senyum cerahnya, Terekam jelas di memori ingatanku. Harusku akui itu merupakan senyum paling indah dari Rendi saputra."-Santi Reliansyah P.


"Rendi ini gak lucu! Pelanin motor nya ih."

Rendi tersenyum lebar di iringi dengan kekehan ringan. Ia melirik Santi dari balik kaca spion motor,  cewek itu terlihat kesal dan berkali-kali menegur ketika Rendi dengan sengaja melajukan motor dengan kecepatan tinggi.

"Makanya peluk lebih erat dong, biar gak jatuh." Rendi tersenyum cerah ketika merasakan kedua tangan Santi yang melingkari perutnya semakin erat.

"Selalu begitu," Santi mendengus namun tak ayal sudut bibirnya tertarik melengkungkan senyum.

Perilaku Rendi yang terkadang konyol itu selalu saja membuat senyumnya merekah dengan alami. Mungkin benar kata orang, bahwa kekuatan cinta itu mampu mengalahkan segalanya.

Contohnya seperti saat ini, Santi tak pernah tanggung-tanggung tersenyum, bahkan tertawa hanya karena tingkah laku konyol Rendi. Tentu itu membuat Santi tak habis pikir mengingat dulu ia bukan lah orang yang mudah tersenyum karena sesuatu hal yang tidak begitu lucu dan penting.

Alasannya cuma satu.

Rendi, laki-laki yang paling berarti untuknya setelah papa. Cowok itu selalu memiliki cara untuk membuat Santi tersenyum.

"Rendi, sekarang kita mau kemana?" Santi harus sedikit meninggikan volume suaranya, agar terdengar di antara bisingnya suara kendaraan lain.

"Kemana aja asal sama kamu." Rendi menyahut dengan enteng.

Dia tidak sedang menggombal,  karena memang pada kenyataannya ia akan mengikuti kemana pun Santi mengajaknya pergi.

"Ih saya serius."

"Lah sama aku juga serius,"

Santi memutar bola Mata malas,  tidak ada gunanya dia berdebat dengan Rendi.

"Ya udah kalo gitu anterin saya ke grandmedia." Ujar Santi.

"Lo suka baca buku ya,"

"Hmm,"

"Sekalian saya mau cek apa kah novel saya yang terbit seminggu yang lalu udah terjual banyak di sana." Ucapan Santi mengundang kerutan di kening Rendi.

"Novel kamu?"

Santi mengangguk. "Iyah,"

"Kamu penulis?"

Lagi lagi Santi mengangguk. "Iyah."

"Kok gak pernah cerita sih kalo kamu emang hoby nulis, terus udah berhasil nerbitin satu buku," Rendi terlihat protes karena selama ini Santi tidak pernah bercerita apa-apa tentang hobby nya.

"Ya ini sih saya cerita sama kamu."

"Ya udah kita sana."

***

"Wah mbak pasti mau nyari novel yang baru-baru ini terbit ya,"

Santi mengangguk seraya tersenyum ketika salah seorang petugas toko buku bername tag Nandini itu menginterupsinya.

"Yang judul nya it's Love itu kan."si petugas itu terlihat begitu antusias.

"Iyah mbak,"

"Oh stok nya udah habis mbak,"
Santi tersenyum kian lebar dengan hati yang teramat senang. Ia mengucap beribu-ribu syukur ketika hasil karyanya banyak di sukai oleh orang-orang, karena jujur saja ia sempat tidak percaya diri dengan novel pertamanya itu.

ELSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang