23. Feeling of Other

99 9 1
                                    

"Ini bukan soal gimana perasaan gue sama dia, tapi soal perasaan dia." - Rendi Saputra.


Rendi keluar dari mobilnya, hal yang lantas membuat seseorang langsung menggelayuti lengannya posesif. Rendi mendengus, tangannya berusaha melepaskan tangan halus dari lengannya yang malam ini terbungkus kemeja biru tangan panjang.

"Flo, jangan buat gue marah dan ngerubah pandangan gue ke lo,"

Flora cemberut meskipun tangannya masih melingkar dilengan Rendi. "Lo ngajak jalan pake maksa ya Ren ke gue, jadi kalo gue mau ngapa-ngapain jangan dilarang. Itu hak gue,"

Rendi kembali melepaskan lengan Flora. "Gue gak ngajak lo buat ini."

"Jadi buat apa? Kalo sekedar makan malam berdua aja, itu kurang, Ren." Flora mendekatkan tubuhnya kepada Rendi sebelum Rendi benar-benar menjauhkan diri dengan sedikit mendorong Flora. "Stop kalo lo gak mau gue oanggil cewek murahan."

Flora memanas. Dia ingin marah dan menangis, meski dia cukup pandai menormalkan emosinya. "Oke, terserah lo."

Flora berjalan terlebih dahulu dengan Rendi mengikuti dari belakang. Flora membuka pintu masuk restoran, begitu masuk kakinya langsung membeku. Dia berbalik, tepat berhadapan dengan Rendi. "Gue mau pulang,"

"Kita belum makan,"

"Bodo amat. Lo aja sana, gue males."

Flora hendak melangkah maju melewati bahu Rendi untuk kembali menuju pintu sebelum tangannya ditahan.

"Anggap aja ini demi gue. Temenin gue makan,"

Flora menatap Rendi tajam sebelum melirik kearah meja itu. "Oke," dia kembali menatap Rendi. "Gue disini demi lo,"

Rendi tersenyum. Dia melepaskan cekalannya lalu memilih berjalan terlebih dahulu, membimbing Flora kepada meja yang sudah diduduki seseorang disana.

"Udah lama, Dew?" kata Rendi. Cowok itu menarik Flora untuk duduk disalah satu kursi.

Dewa mengangkat bahunya. "Lumayan," dia melirik Flora sekilas. "Gue kira kita cuma berdua,"

Rendi terkekeh.

"Gue juga ogah disini." kata Flora membuang muka. Membuat Dewa mengeram kesal. Jika Rendi berusaha memperbaiki hubunganya dengan Dewa, tentu saja Flora tidak mau.

Rendi berdehem. "Lo udah pesen belom Wa,"

Dewa mendengus. "Belum. Tadinya mau barengan sama lo aja,"

Rendi mengangguk. Tangannya terangkat memanggil pelayan lalu memesan tiga minuman untuk mereka bertiga. Setelah pelayan pergi hanya Dewa dan Rendi terlibat percakapan mengenai basket sedangkan Flora terus menerus mendelik kearah keduanya.

Rendi mengangkat telepon ketika ponselnya berdering.

"Masuk aja, gue udah nyampe," bisa Rendi rasakan tatapan bingung dari Dewa dan Flora untuknya.

Sambungan terputus. Rendi menyimpan ponselnya diatas meja.

"Siapa, Ren?" tanya Flora.

"Rizky."

"Ren," dari arah pintu Rizky memanggilnya. Rendi mengacungkan tangan.

Ketiganya sama-sama langsung menatap pintu masuk. Dengan cengiran khas juga jambul yang selalu terlihat keren Rizky masuk tanpa bingung sedikitpun.

"Woah, rame juga ya," katanya rame sendiri, sebelum memilih duduk disamping kiri Rendi. Dia berjabat tangan dengan Dewa. "Wa, apa kabar?"

"Diem lo, sebelum gue bikin putus tangan lo ini."

ELSAWhere stories live. Discover now