25 - a quest to the deadly shoes, now with sequel

Start from the beginning
                                    

Trik sederhana bagi para pencuri profesional. Connor tahu Duo Kijang juga memiliki benda yang sama tersimpan di saku masing-masing. Ironisnya, trik ini dipelajari Connor sewaktu masih tingkat pertama di akademi kepolisian.

Connor mencabut kertas dengan hati-hati. Pendar remang-remang lampu menyorot keberadaan sidik jari yang ikut tercabut bersama kertas tersebut. Tanpa banyak bicara, Connor segera meletakkan tiruan sidik jari entah milik siapa itu ke mesin pemindai.

Terbuka.

Connor memutar kenop dan membiarkan dirinya masuk ke dalam ruangan terang benderang berbau kertas amplas.

"Wah, sial." Ia bergumam.

Ruang Bagian Penyimpanan Sepatu ternyata seluas supermarket di perbatasan distrik-distrik modern, yang artinya luas sekali dan padat oleh rak-rak tinggi. Connor memperkirakan ada sekitar ratusan rak berisi ribuan boks sepatu menumpuk di ruangan ini. Mustahil ia mengecek satu per satu tanpa membuang-buang waktu berharga sebelum jadwal interogasi para buronan.

Tepat saat Connor hendak mengambil ponselnya, dering notifikasi pertanda pesan masuk berbunyi.

ray of sunshine: Airshot Sneakers seri 50 adalah keluaran terbaru pabrik (2.14 PM)

ray of sunshine: jadi letaknya ada di antara rak-rak terdepan (2.14 PM)

me: siap dimengerti😊 (2.14 PM)

ray of sunshine: 😊😊😊 (2.14 PM)

(ray of sunshine—sinar matahari—karena bagi Connor, Ray memang menyilaukan.)

Connor menghitung ada total sepuluh rak berukuran jumbo berjejer di depan matanya. Keluaran terbaru kata Ray, berarti ...

"Hmmm." Connor berjalan menghampiri rak tepat di samping meja pengemasan, mengambil peruntungan. Ketika membaca label-label nama pada setiap boks, seringai puas melengkung di bibirnya, sebab kesemua label bertuliskan Airshot Sneakers 50. Ia lekas mengambil boks terdekat dan membukanya.

Secara teknis, Airshot Sneakers seri 50 memang tergolong sepatu. Bentuknya seperti itu, cara memakainya pun dengan diinjak. Namun, tersembunyi di dalam sol sepatu yang tebal dan putih transparan, adalah sejumlah misil berukuran peluru siap tembak. Tidak ada pelatuk atau pemicu, sebab misil tidak bisa langsung menembak secara acak. Lokasi keberadaan sebuah target diperlukan terlebih dahulu.

Connor meraba dasar boks, mencari-cari benda berupa kacamata yang Alpha bilang merupakan komponen utama dari senjata berkedok sepatu itu. Alat optik untuk menentukan target, persis seperti yang terdapat pada senapan. Ia menggapai kacamata yang dimaksud tak lama kemudian.

Lensa kanan kacamata Airshot Sneakers ternyata adalah lensa teleskopik—Connor menyadari setelah memakainya. Sudut pandang si pengguna diperbesar empat kali lipat, dan terdapat busur silang untuk meningkatkan akurasi terhadap titik sasaran. Sementara lensa yang kiri, selain tanpa kemampuan teleskopik, hanya tertulis perintah komputer berbunyi: Katakan 'kunci' untuk menetapkan sasaran.

Connor menatap tumpukan boks di kejauhan melalui lensa teleskopik kacamata. "Kunci," katanya tanpa pikir panjang.

Tulisan di lensa berganti: Katakan 'tembak' untuk menyerang.

Sebelah sepatu Airshots Sneakers 50 bergetar di atas meja pengemasan. Connor hampir tidak melihat bagaimana sol sepatu terbuka separuhnya—menampakkan sederet misil peluru, dan meluncurkan salah satunya dengan kecepatan tinggi ke arah tumpukan boks. Sasaran meledak dalam sepersekian detik.

Connor sontak terpana, tak mampu mendeskripsikan kekagumannya atas produk mengesankan yang baru saja digunakannya. Bagian sol yang terbuka menutup sendiri setelah beberapa lama didiamkan.

heart of terrorWhere stories live. Discover now