49. Pengkhianat (2)

Start from the beginning
                                    

Sementara Ash sudah mengernyit tak suka, ia tidak memerlukan hal itu. "Aku masih sanggup mengurus diriku sendiri, lalu jika aku menikah bagaimana denganmu?"

Kali ini, Calista yang mengernyit. "Apanya yang bagaimana denganku? Tentu aku akan menikah, entah itu dengan siapa nantinya," Calista memincingkan matanya curiga, ia kembali mencondongkan kepalanya mendekati Ash yang sontak mundur. "Kau tidak suka padaku kan?" tuduh Calista.

Bibir Calista merucut. "Kita itu hanya saudara tiri, dan haram bagimu—"

"Saudara kandung," potong Ash terdengar kesal.

"Oke, terserah. Intinya kau tidak mungkin suka padaku kan, Ash?"

Ash mengalihkan tatapannya, Calista juga kembali memundurkan kepalanya. "Aku tidak pernah berpikir untuk menyukaimu, aku—" lalu pipi Ash memerah, "A-anu hanya terlalu sa-yang pa-padamu," sambung Ash terbata-bata.

Hal itu membuat Calista benar-benar tersenyum, betapa menyenangkan mengoda seorang Asher Wheeler— seorang pangeran yang menolak kehadiran wanita dalam hidupnya.

"Benarkah?" Calista mengerling menggoda. "Seberapa besar?"

Ash mulai mengaruk tekuknya. Dengan sangat tiba-tiba ia bangkit kursi yang didudukinya. "Sepertinya aku melupakan sesuatu, aku harus menemui ayah, baiklah aku pergi. Sampai nanti,"

Setelah itu dengan sangat cepat Ash keluar dari kamar Calista, ia bahkan menabrak meja, lalu menabrak pintu sebelum membukanya. Calista yang melihat itu benar-benar tidak bisa menahan senyumnya. Saat Ash sudah keluar, wajah Calista kembali dingin. Tidak ada lagi senyum di bibirnya.

Tak lama lagi akan menjadi milik orang lain, dan ia pasti tidak pernah merasa bebas. Seharusnya Calista sadar, sekali ia terikat dengan suatu hubungan, maka akan sulit baginya kembali terlepas.

Calista memandang jam dinding, sebentar lagi acaranya akan dimulai. Dan kenapa hatinya terus saja meragu ketulusan Keane.

Di lain tempat, Ash baru saja tiba di kamarnya. Ia akui, ia salah tingkah, maksudnya itu adalah hal pertama kali ia mengungkapkan rasa sayangnya pada seseorang, karena biasanya Ash akan bertindak sejati dengan menunjukkan perbuatannya, bukan dengan ungkapan.

Lalu mendadak, Ash terpaku. Tangannya menekan dada. Sesaat kemudian ia mulai terbatuk. Tentunya Ash mengeluarkan sapu tangan untuk menahan batuk yang seakan membakar tubuhnya. Begitu ia berhenti terbatuk, ia melihat sapu tangan itu berdarah. Iya, darah itu keluar dari mulutnya.

Cepat-cepat Ash ke kamar mandi, membuang sapu tangan itu ke tempat sampah, kemudian ia membasuh wajahnya di wastafel. Bisa ia lihat, wajahnya terlihat pucat, begitu juga bibirnya. Kemudian Ash menyentuh dadanya lagi. Sakit itu terasa sangat menyakitkan, menghantam ulu hatinya. Namun, karena hari ini pesta pertunangan Calista. Ash harus terlihat baik-baik saja.

Semua ini demi Calista.

*****

Musik klasik dalam aula Gerlian terdengar sangat indah, mengalun dengan ritme yang pelan membuat para tamu yang datang ke pesta tidak tahan untuk tidak turun ke lantai dansa.

Saat jam sepuluh tadi, pertunangan Calista dengan Keane telah resmi, disaksikan begitu banyak orang, bangsawan maupun rakyat biasa. Calista bersyukur, setidaknya ia tidak mendengar hal-hal yang buruk tentangnya, misalnya saat ia dituduh sebagai pengkhianat.

Setelah pertukaran cincin di hadapan semua orang, Calista hanya bisa memasang senyum palsunya, maksudnya ia tidak terlalu suka mengumbar-ngumbar senyum, lalu melambaikan tangan ke semuanya. Acara pertunangan itu, diakhiri dengan Keane yang mengecup keningnya. Lalu malam ini adalah pesta dansa, dan semua orang tampak menikmatinya.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now