6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)

5.7K 350 4
                                    

Hari baru yang Calista kira bisa ia jalani dengan baik, telah berakhir sudah. Al membawanya menghilang ke sebuah tempat yang paling tinggi, tempat yang berada di atas langit, melayang di kelilingi awan putih tanpa jatuh ke tanah. Beruntung Calista tidak punya ketakutan berlebihan terhadap ketinggian, tempat itu seperti pintu gerbang yang tinggi dan megah, mempunyai tangga melingkar yang setengahnya rusak.

Calista dibuat takjub dengan pemandangan di depannya, seakan memang ia telah berada di surga. Sesuatu yang tidak pernah ada di bumi, ia bahkan baru pertama kali berada di tempat setinggi ini.

Al merapikan rambut Calista yang beterbangan oleh angin. Ia memunculkan sebuah pita ikat rambut di tangan untuk mengucir rambut pirang Calista. Sedangkan Calista sama sekali tidak menyadarinya, gadis itu terlalu takjub yang mendekati rasa tidak percaya saat dirinya masih berada di tempat paling tinggi dengan pemandangan yang luar biasa.

Al tersenyum kecil, ia tidak tahu mengapa ia sering tersenyum beberapa kali, mungkin Calista yang unik membuat Al selalu ingin tersenyum dengan tingkah yang tak terduga. Setelah mengikat rambut Calista dari belakang ia menarik gadis itu untuk duduk di sampingnya mengulurkan kaki ke udara. Calista sama sekali tidak menolak mengikuti Al tanpa protes, karena sekarang ini ia merasa masih ada dalam dunia mimpi. Akhirnya, Calista duduk di samping Al, cukup dekat hingga bahu mereka bersentuhan.

Calista masih belum berbicara sama sekali, ia mendadak bisu dalam ketakjubkan. Harus Calista katakan kalau tempat ini terlalu indah sampai dirinya kehilangan kata-kata.

"Tempat ini disebut White Heaven, tempat yang tidak pernah ada di Bumi dan dianggap gerbang surga di dunia kami," Al mulai berbicara.

Calista masih terdiam.

"Rencananya, aku ingin kita menikah di sini."

Seketika itu Calista menoleh ke arah Al, tatapan takjub hilang tanpa jejak membuatnya menatap Al dengan tajam. Ia sekarang sepenuhnya sadar kalau tempat ini bukan mimpi semata.

"Kita tidak akan menikah." Tegas Calista, "umurku masih sangat muda dan jujur saja aku tidak akan menikah denganmu, mahkluk yang bukan manusia. Tentunya, aku akan menikah dengan sesama manusia jika sudah cukup umur."

Al tidak tersinggung, setelah ditolak mentah-mentah ia malah tertawa, tertawa ringan dengan kesan mengejek. Malahan kini Calista yang tersinggung, ia memukul bahu Al dan menyuruhnya berhenti tertawa.

Calista membuang pandangannya. Al sama sekali tidak berhenti tertawa keras.

"Tertawa saja sampai puas, sampai mulutmu penuh dengan busa. Aku kurang yakin kalau kau adalah Raja, seperti yang kau katakan karena sikapmu sama sekali tidak mencerminkan hal itu," cibir Calista ketus.

Secara perlahan Al menghentikan tawa, bibirnya masih berkedut menahan senyuman. "Memangnya, kalau kutunjukkan sesuatu kau akan percaya?"

"Tergantung," Calista masih menolak untuk menatap Al.

"Kalau begitu lihat ini,"

Calista sama sekali tidak ingin melihat apa yang dikatakan oleh Al, tentunya ia masih sangat kesal pada lelaki itu, kemudian lama kelamaan ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh wajahnya. Lalu sesuatu yang dingin itu menyentuh seluruh badannya dan semakin bertambah banyak.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now