49. Pengkhianat (2)

3K 219 2
                                    

Hari itu akhirnya tiba, pertunangan resmi antara putri Gardenia dengan pangeran Fairfaick.

Calista seolah merasa belum begitu yakin dengan pertunangan yang akan diketahui banyak orang. Jika seorang putri dari kerajaan lain yang ditunangankan secara resmi itu seharusnya bahagia, Calista malah merasa ingin kabur dari istana. Jangan tanya kenapa ia malah berpikir seperti itu.

Calista yang berada dalam kamarnya, dikejutkan oleh kehadiran seseorang. Ash yang baru saja membuka pintu, berdiri di kusen pintu dengan pandangan yang bingung. Antara ingin masuk dan tidak.

Calista menatap Ash, memang hanya ia sendiri di kamar, karena Liona dan dayang yang lain baru saja keluar.

Ragu, Ash melangkahkan kakinya ke kamar Calista. Calista terlihat sangat cantik, dengan gaun emas, yang memang menjadi ciri khas seorang putri jika melaksanakan sebuah pertunangan. Beda halnya dengan pernikahan, karena kerajaan selalu menggunakan warna putih sebagai warna sakral sebuah pernikahan.

Gaun itu sangat kembang, rambut Calista tersanggul rapi di tekuknya, dan mahkota yang melingkar di kepalanya yang ditambahkan aksen mutiara di setiap sisi. Polesan natural di wajah Calista semakin menambahkan kesan menawan.

Ash menarik sebuah kursi dan menepatkan di samping Calista, yang sedang duduk di meja rias. Di sana ia duduk dengan canggung.

Sedangkan Calista mulai memerhatikan penampilan Ash. Pakaian yang berwarna biru gelap sekelam malam itu membuat Ash terlihat gagah, walau Calista bisa melihat Ash nampak lebih kurus dari sebelumnya. Tapi ketampanannya tidak berkurang sedikit pun.

"Ekhem," Ash berdehem, sepertinya Calista terlalu memandang Ash dengan lekat. Jelas sekali Ash jadi salah tingkah.

Senyum itu tertahan di bibir Calista, ia memang duduk di meja rias, namun seperti biasa ia masih tidak ingin melihat wajahnya jadi cermin itu masih tertutup kain putih.

"Ash?" panggil Calista, berputar ke arah Ash, hingga mereka berhadapan.

Ash mengaruk pipinya, ia semakin salah tingkah saat Calista mencondongkan tubuhnya dan berhenti saat wajah mereka berhadapan cukup dekat.

"Iya?" sebisa mungkin Ash menyembunyikan kegugupannya. Ia sedang berusaha untuk tidak menelan salivanya.

Dan hal itu membuat Calista semakin ingin mengoda Ash, jarang sekali lelaki itu salah tingkah pada dirinya.

"Kenapa kau tidak pernah mencari seorang wanita untuk kau nikahi?"

Sontak, ucapan Calista membuat Ash terdiam. Calista semakin tidak sabar menunggu jawaban yang keluar dari mulut Ash.

"Ayo katakan padaku?"

Ash menatap Calista lama, gadis itu belum menarik wajahnya dari Ash. Sampai akhirnya Ash berkata. "Emm, karena aku belum menemukan yang cocok?"

"Cocok?" Calista menarik tubuhnya, menjauh dari Ash. Sekilas Calista melihat Ash menghembuskan napasnya, terlihat lega. Dan mengingat hari ini mood Calista baik, tak urung ia menggulum bibirnya.

"Iya, kurasa tidak ada yang tertarik padaku, mungkin karena aku sangat jarang berbicara dengan wanita. Dan kurasa, aku belum memerlukan pendamping hidup."

Lalu seringai itu terlihat di bibir Calista, matanya yang tajam memperhatikan Ash dengan intens. "Kau perlu, Ash. Umurmu semakin bertambah. Lihat aku, aku bahkan sudah bertunangan dan kenapa kau selalu menolak lamaran dari kerajaan lain. Maksudku, wanita di luar sana yang menawarkan dirinya padamu. Bukan kau. Lalu apa lagi yang kau tunggu? Seharusnya kau terima saja dan wanita yang akan kau pilih itu pasti tidak akan meninggalkanmu, dan pastinya akan memuaskanmu," ini ucapan terpanjang Calista selama berbicara dengan Ash.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now