28. Keinginan

3.7K 225 0
                                    

Al menepati ucapan Calista.

Calista tidak ingat bagaimana tepatnya kejadian itu, yang jelas saat terbangun Calista berada dalam sebuah kamar yang cukup familiar baginya. Bukan kamar di istana, melainkan kamarnya di rumahnya sendiri, di bukit Fixiland.

Senang?

Tidak, Calista terlihat bersyukur karena ia bisa lepas dari Raja Monster Iblis itu. Jadi, ia tidak akan merasa terbebani.

"Satu, dua, tiga," jeda sejenak. "Tarik napas lalu hembuskan."

Gadis itu sedang mempraktekkan pelajaran menjadi putri sejati yang memuakkan. Tidak ada yang menyuruhnya. Calista hanya mencoba-coba bagaimana rasanya memainkan sebuah drama di kehidupannya. Mungkin seharusnya dia bisa menjadi seperti orang yang memainkan peran di sebuah teater. Orang-orang yang bisa menangis di saat senang. Bisa senang di saat mereka menangis. Seperti mereka yang memainkan ekspresi dan menipu semua orang yang melihat. Calista ingin seperti itu. Menyembunyikan sifatnya dengan sandiwara. Walaupun terlambat tidak salahnya mencoba, kan?

Seraya menghela napas, Calista menyalin rambut pirangnya hingga terkepang sempurna lalu menyampirkannya di samping bahunya.

Ia tersenyum puas, memang Calista tidak bercermin karena sedari tadi dirinya hanya duduk di bawah naungan pohon yang berada di taman belakang bukit Fixiland. Dan untuk hari ini Calista tidak keberatan jika ia memakai gaun musim dingin. Karena sesekali Calista ingin mencoba menjadi orang baik berhati jahat.

Kenapa?

Sederhana sekali, Calista sedang bosan ingin melakukan apa.

Gadis itu menutup mata, menghirup angin yang berhembus sangat segar dan terlalu dingin. Musim dingin ini Calista melewatkan bermain salju. Ia ingat dulu ia sering bermain salju dengan Martha. Membuat manusia salju, melemparkan bola salju bersamaan merasakan bagaimana sensasi dingin bola sajlu terkena di wajahnya. Melihat tangannya yang kadang tidak tertutup sarung tangan menjadi keriput dan pucat. Kadang, mengenang masa dulu lebih indah dari melihat masa depan yang kini tak ada harapan untuk memutarkan waktu.

Membenci setiap detik yang berjalan, yang mengikis dan memudarkan ingatannya tentang kenangan manis itu seperti laut yang mengikis batuan di dasarnya. Seandainya ada sihir yang membekukan suatu memori, Calista ingin punya satu. Sihir yang tak akan membuat orang lupa.

Tiba-tiba terdengar suara patahan ranting dari belakangnya membuat Calista sontak membalikkan badan. Ia langsung mendapati seorang pria yang sepertinya pengawal istana melihatnya. Seketika itu Calista langsung membalikkan tubuhnya mengabaikan kehadiran pengawal itu.

'Tidak penting!'

Sekarang mood Calista sedang baik dan Calista tidak ingin merusaknya. Jika moodnya sampai rusak. Ia tidak akan tinggal diam. Ia akan mengamuk dan menghukum orang itu tanpa menahan dirinya lagi.

Tanpa Calista sadari, pengawal itu langsung menjauh. Dalam hati pria itu berkata.

'Aku akan memberitahu pada yang lain agar Yang Mulia Raja datang kemari.'

*****


Musim dingin sebentar lagi akan tergantikan, dan pencarian 'Putri yang hilang' masih tidak menghasilkan apa-apa. Raja Aaron sudah ingin menyerah untuk melakukan pencarian itu. Tetapi ia yakin sekali jika Calista-putrinya kabur dari istana.

Kadang ia heran, keamanan dijaga dengan sangat ketat. Tapi Calista masih saja bisa kabur dari istana. Aaron bisa memaklumi jika putrinya itu benci pada keluarga kecilnya, tapi bukan berarti Calista bisa menghilang seenaknya.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now