5. Hari Baru (REVISI❤️)

6.4K 376 2
                                    

Cahaya matahari masuk dari celah jendela dan menyinari sebagian wajah Calista, ia mengernyit mencoba membuka mata. Semalam tidurnya nyenyak walaupun dirinya bermimpi buruk, tentang ia bertemu dengan makhluk bernama Al yang mengakui sebagai tunangan Calista.

Calista merentangkan tangan ke atas, duduk sambil melihat kamarnya tidak seberantakan kejadian semalam, saat dirinya menghancurkan barang-barang, bahkan semuanya terlihat rapi. Cermin dan guci yang ia pecahkan masih utuh, buku-buku yang ia jatuhkan berada di tempatnya. Mungkin itu adalah sebuah keajaiban.

Calista menghela napas, kembali membaringkan tubuhnya ke ranjang, menarik selimut sutra hitam hingga dagu, ranjangnya selalu bisa membuat Calista ingin tidur lagi. Tapi tunggu!

Selimut sutra hitam?

Calista mengernyit, ia tidak pernah menganti selimut dengan sutra hitam, ia ingat sekali selimutnya masih berwarna merah. Ada yang aneh. Sontak Calista terduduk di ranjang memandang ke setiap sudut kamar. Sama tapi beda.

Terdengar suara pintu terbuka, mata Calista langsung terbelalak saat melihat makhluk- Al ada di sana. Bagaimana bisa ia lupa mengunci pintu kamar, Calista ingat ia sudah mengunci pintu dan juga kenapa makhluk di mimpinya nyata. Maksudnya melihat langkah kaki Al menyentuh lantai saat mendekati Calista atau mungkin mimpinya semalam bukan mimpi tapi kenyataan.

Calista memejam mata sambil menggeleng-geleng beberapa kali, mungkin saat ini ia sedang berhalusinasi akibat mimpi semalam. Otaknya sedang miring, bingung ingin berat sebelah mana.

Calista membaringkan tubuhnya kembali, menutup mata seakan tidak pernah melihat Al ada di sana. Tiba-tiba Calista merasa ranjangnya ada yang menaiki, ia tidak peduli mungkin saja itu hanya sebuah benda yang menimpa ranjangnya. Saat Calista ingin memasuki alam mimpi, ia merasa ada sebuah tangan yang mengelus rambutnya. Nyaman, pikirnya. Sama seperti dulu saat Bellva melakukannya.

Tangan itu menyentuh wajah Calista, mengusap pipi lalu menarik hidungnya. Sakit. Calista mengernyit kemudian dengan tiba-tiba membuka mata.

Pada detik yang ke sepuluh, pandangan Calista yang kosong berubah horor begitu melihat orang yang di sampingnya-Al, begitu dekat. Calista bangkit, turun dari ranjang dengan panik. Ia juga merasakan kalau kakinya sembuh, padahal semalam ia ingat sekali saat dirinya tidak sengaja menginjak pecahan cermin, dan mungkin ini adalah sebuah keajaiban lagi.

"Apa yang kau lakukan di kamarku!" Calista menjerit kencang.

Al terkekeh geli, masih dalam posisi tidur yang menopang kepala dengan sebelah tangan, menatap Calista yang tiba-tiba dilanda marah.

Bukan tanpa sebab Calista marah. Pertama, ia merasa mulai gila karena sedang berbicara dengan makhluk yang berasal dari dunia mimpi. Kedua, Calista bukan orang yang bisa menahan amarah saat ada orang yang membuat dirinya jengkel dan kesal seperti yang dilakukan Al dengan hidungnya. Ketiga, orang yang sekarang berada di ranjang Calista, menganggu tidur dan dengan kurang ajar tidur di sampingnya. Hal itu yang membuat Calista semakin marah.

Calista mengembuskan napas keras. Ia mulai berteriak. "Betapa kurang ajar kau. Lebih baik pergi dari sini, sialan!"

Al tersenyum, tidak peduli dengan kemarahan Calista. Malahan akan lebih seru membuat Calista marah padanya. "Memangnya kau tidak ingin tidur lagi? Ayo bergabung denganku."

Calista mendengus. "Dasar gila. Pergi dari sini!"

Al bergeming, tidak mengatakan apa pun. Calista melototkan mata birunya ke arah Al, ia geram sekali. Al bangkit dari tidur, duduk bersila di atas ranjang ,mata hijaunya menatap Calista dari atas hingga bawah, seperti menilai sesuatu.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now