43. Serigala Abu-abu

3.1K 228 0
                                    

Tzevi benar-benar serius mengajarinya.

Ternyata, sihir itu lebih sulit dan rumit dari apa yang Calista bayangkan. Satu hari yang lalu saat Calista dan Tzevi belajar konsentrasi dengan meditasi—selama itulah Calista kurang tidur, ia merasa sangat kelelahan, karena setiap detik Tzevi akan memaksanya untuk berlatih. Mulai dari melayangkan benda, mengubah benda, memunculkan benda dari udara kosong, dan tak jarang usahanya selalu gagal melakukan apa yang Tzevi ajarkan. Bukan karena Calista tidak berkonsentrasi, hanya saja Calista kesulitan meraih energi sihir yang ada dalam dirinya.

Pagi-pagi ini Samcha mengajak Calista berkeliling di sekitar istana Beauvais. Ngomong-ngomong, mulai sekarang sudah Calista tinggal di istana Beauvais, lalu Samcha mengatakan akan memperlihatkan bahwa Negeri Beauvais adalah Negeri terindah. Semua orang di Beauvais begitu mengemari tumbuhan sehingga mereka menciptakan kebun dengan segala buah. Bahkan saat mereka sangat suka dengan tumbuhan, mereka beramai-ramai menciptakan tumbuhan herbal yang akan dijadikan ramuan juga mantra untuk para pohon yang diciptakan hidup. Mereka menyebutnya Para Aerlar. Samcha menceritakan tentang warna putih sangat dominan di Beauvais, hal itu dikarenakan warna putih adalah lambang kesucian. Juga dulu warna putih selaras dengan bangsa mereka yaitu Penyihir Putih.

Sejauh Calista melangkah bersama Samcha. Ia tidak bosan mendengar cerita gadis itu, Samcha tipe yang cerewet, namun cerewetnya mungkin bermanfaat. Tak jarang cerita yang Samcha katakan beberapa kali membuat Calista berdecak kagum.

"Sebenarnya, Para Aerlar biasanya —kami meminta mereka untuk membantu atau melakukan sesuatu yang sulit. Anda tahu, Putri. Mereka bisa membantu seorang penyihir pemula untuk berkonsentrasi lebih dalam, meraih energi sihir dalam tubuhnya. Apa anda ingin mencoba melakukannya?"

Calista menggaruk kening, ia terlihat  bingung. "Mencoba bagaimana?"

Mulut Samcha membuka, belum sempat gadis itu menjelaskan. Seekor binatang berbulu datang dari arah depan, berlari dan menubruk Calista. Kejadian itu tak bisa Calista elakkan, terlalu tiba-tiba, sehingga gadis itu terjatuh ke jalan rumput yang ia lalui. Kepalanya menghantam tanah dengan keras, membuat Calista memejamkan mata sambil meringis. Saat ia membuka mata, pekikannya langsung tertahan saat melihat binatang berbulu yang sebenarnya adalah serigala berwarna abu-abu, berada di atasnya, dengan moncong yang mulai mengendus leher Calista. Gadis itu bergidik ngeri, tetesan liur binatang itu membasahi sebagian wajahnya, seolah serigala itu sedang lapar dan akan memangsa Calista.

"Demi Dewi Tanpa Nama! Mitzi Hentikan! Apa yang kau lakukan?" Samcha dengan segera mendorong Mitzi. Namun, serigala itu malah menjatuhkan tubuhnya ke atas Calista, membuat Calista mengeluarkan suara geraman kesakitan. Calista mengernyitkan keningnya. Gadis itu mulai meraih ingatan apa yang ia lupakan saat ia melihat serigala abu-abu dengan mata coklat yang cantik.

Mata Calista terbelalak bersamaan merasa Mitzi mengendus dan menjilat lehernya, membuat gadis itu geli serta merasa jijik. Calista ingat, serigala yang bertemu dengannya di saat Niko meninggalkannya, ketika kerajaan Swqeuin berburu mereka. Calista yang saat itu dengan gilanya tidur dengan seekor serigala hanya untuk mencari kehangatan. Sekarang serigala itu ada di atasnya.

"Ya ampun, bagaimana ini? Saya tidak bisa memindahkan Mitzi dari anda, Putri. Apa saya harus memakai kekuatan saja?" kepanikan Samcha malah membuat gadis itu semakin kacau, dan tidak tahu harus bertindak apa. Jika ia memakai sihirnya, takutnya itu bisa membuat Mitzi terluka.

Di sisi lain, tangan Calista menyentuh moncong Mitzi. Dengan jelas, Calista melihat mata coklat itu kembali menyapanya. Calista mengusap bawah moncong Mitzi dengan lembut, dan mengelus kepala binatang itu. Tanpa sadar, bagi Mitzi mata Calista berkilat emas, membuatnya bangkit tanpa perintah.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now