22. Menjadi Gadis Liar

3.9K 235 1
                                    

Seminggu berlalu begitu cepat, hal yang tidak diinginkan Calista tiba waktunya.

Hari pernikahan Martha dan Ellios.

Sekarang, Calista terjebak di pesta penikahan dua orang itu. Menurutnya, pesta yang dihadirinya cukup mewah. Tadi, saat melakukan persiapan Calista sudah menolak keras untuk memakai gaun, gaun itu merepotkan. Tapi Keane memaksa gadis itu mengenakannya dengan mengancam sangat ekstrim jika Calista menolak maka lelaki itu yang akan memakaikan sendiri gaun itu untuknya.

Calista sendiri sedang menunggu Keane yang baik hati menawarkan dirinya untuk mengambil minum untuk Calista. Perlu Calista jelaskan, pesta selalu diadakan malam hari. Ini adalah pesta penikahan terunik yang mengambil tempatnya yang diadakan di taman. Taman yang sudah dihias secantik mungkin.

Dan Calista tiba-tiba memikirkan Martha, gadis itu belum menghampiri Martha yang berada di atas podium bersama Elliot —suaminya, ia merasa takut, dan sedih jika bertatapan wajah secara langsung.

"Ini," Calista baru sadar jika Keane sudah berada di sampingnya. Kapan? Kenapa gadis itu tidak sadar?

Calista mengambilnya, dan meminum limun di gelasnya. Ia menatap Keane yang sibuk memerhatikan sekitar. Selama seminggu yang lalu Keane cukup dekat dengannya. Bahkan Calista mulai nyaman berada di samping lelaki itu. Keane selalu berucap ketus saat Calista bosan dan menganggu lelaki itu, dan bisa berubah sangat perhatian saat Calista keadaan mood gadis itu memburuk. Bahkan Calista sama sekali tidak malu untuk bersikap manja pada Keane. Seperti yang ia tunjukkan pada Niko. Calista harus mengakui, Keane mulai menduduki posisi istimewa di hatinya. Dan Calista harus mengaku juga ia bukan gadis pemalu, jika ia ingin bersikap manja, maka akan sangat manja sekali.

Calista menaruh gelasnya di salah satu nampan pelayan yang baru saja melewatinya. Kemudian ia memutar tubuh menghadap Keane, tanpa aba-aba Calista memeluk lelaki itu. Satu hal yang Calista tahu, kenapa dia suka memeluk Keane. Aroma lelaki itu sulit untuk dilupakan, aroma apel yang memabukkan.

Keane tidak bertindak atau pun mengatakan sesuatu. Saat orang-orang mulai menatap dan membisikkan mereka baru Keane berbicara.

"Banyak orang yang melihat ini, lepaskan." Keane kembali menyesap minumnya.

"Kau mau kan menemaniku mengucapkan 'selamat bahagia' pada bibi Martha," sebelah tangan Calista memainkan satu tangan yang ada di saku jas Keane. Berucap semanis mungkin.

Calista mendongakkan wajah, menatap Keane. Mengabaikan banyak orang yang terus menatap mereka. Tiba-tiba Keane juga ikut menatap Calista dengan mengerutkan dahinya, ia merasa aneh dengan sikap Calista yang sedikit tidak biasa.

"Aku hanya memelukmu. Seperti yang kita tahu gosip telah mereda apalagi aku juga sedang meliburkan Niko sebulan. Kurasa nanti kita tidak perlu memainkan peran lagi, seperti perkataanmu itu."

Tangan Calista mengendur dari pinggang Keane, kemudian mengambil jarak untuk bertatapan.

"Aku—"

"Keane!" ucapan seseorang pemuda menyela ucapan Calista, Calista menjauh dari Keane. Pemuda yang tidak diketahui namanya itu, langsung menghampiri Keane lalu memeluknya dengan akrab.

Calista sudah bergeser di samping Keane, menatap pemuda dan seorang wanita di sampingnya dengan sebal.

"Lama sekali kita tidak berjumpa, Keane." Pemuda itu melepaskan pelukannya.

Keane tersenyum tipis. "Iya, aku juga, Devon."

"Waahh, siapa itu?" pemuda bernama Devon itu menyenggol Keane dengan menggoda sambil matanya melirik Calista.

"Itu Putri Calista dari Gardenia, Tunanganku."

"Oh, jadi ini orangnya. Lebih cantik jika dilihat langsung," Devon meraih tangan Calista dan mengecupnya lama.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now