20. Hukuman

3.5K 276 3
                                    

Ketika terjaga, fajar telah menyapa Calista dibalik celah-celah daun yang menyinari sudut matanya.

Gadis berambut pirang itu membuka matanya yang berwarna biru. Ia mulai terduduk, tangannya menggosok mata kemudian menguap. Calista sadar ia tidur di dalam hutan bersama serigala abu-abu.

Satu hal yang Calista baru sadari, serigala itu tidak ada lagi di sampingnya. Berarti ia masih cukup waras, semalam ia tidur dengan hewan yang cukup buas, beruntung ia tidak tidur dengan harimau, beruang, atau singa atau apalah itu. Kalau Calista mati, gadis itu merasa hidupnya sia-sia saja.

Calista berdiri, kejadian aneh semalam hanya samar-samar ia ingat. Lalu ia berjalan sambil membersihkan celana yang menempel rumput di sana.

Di perjalanan Calista menggerutu habis-habisan saat tangannya tergores ranting. Kakinya juga ikut tergores.

"Kenapa ranting ini suka sekali menyentuhku?"

"Apa-apa ini? Tadi mengores tanganku, sekarang wajahku! Sialan!"

"Pohon tidak berguna mengapa mereka harus hidup banyak di sini. Menghalangi semua jalanku. Jika bisa kusingkirkan, akan aku bakar kalian yang mencoba mendekatiku!"

Jeritan dan pekikan Calista bahkan membuat hutan itu menggema dan kesunyian. Tanpa Calista sadari ucapannya membuka jalan untuk dirinya. Semula ada akar bergerak sendiri yang mencoba mendekati Calista, mencoba membuat gadis itu tersandung. Tapi begitu mendengar pekikan gadis itu, secara perlahan akar menjauh dari gadis itu.

Seketika Calista berhenti. Ia sadar, ada yang berbeda dari dirinya. Sudut bibirnya tertarik ke atas, sampai akhirnya gadis itu tersenyum sangat manis. Memang gadis itu jarang tersenyum, bahkan jarang orang tak pernah melihat senyumannya.

Kemudian ia meloncat-loncat kegirangan dan histeris sendiri. Hutan menjadi saksi atas apa yang Calista lakukan.

'Aku kembali!' jeritnya dalam hati.

Gadis itu berhenti melakukan kekonyolannya saat melihat ada kuda yang memakan rumput, tak jauh dari tempatnya. Ia mendekatinya secara perlahan. Sepertinya itu adalah kuda liar, pikir Calista.

Mata kuda itu bertemu pandang dengan mata biru Calista, yang tak diketahui Calista, mata birunya terlihat berwarna emas dalam penglihatan sang kuda. Kuda itu menunduk, Calista sama sekali tidak mengerti maksudnya. Saat sudah sampai di hadapan kuda berwarna hitam itu, tangannya menggosok badan kuda bermaksud menjinakkan kuda liar yang terlihat gagah.

Kuda itu tidak melawan sedikit pun, apalagi saat Calista naik ke punggung kuda yang tak berpelana. Ia yakin, kuda ini pasti akan membantunya tiba di istana dengan cepat.

Saat Calista memposisikan kakinya mengapit ke badan kuda. Kuda itu melaju. Calista berpegangan pada surai hitam.

Bibirnya menyeringai khasnya, matanya menyembunyikan maksud tersendiri.

Satu hal yang Calista tahu dan yakin.

Tidak ada lagi, gadis lembut yang mematuhi perintah. Hanya ada gadis yang pembangkang.

Dan selamat tinggal mulut munafik!

Karena satu hal...

Gadis itu telah kembali.

*****

Calista merebahkan tubuhnya ke ranjang. Tangan menutupi dahinya.

Sekarang ia sudah berada di istana, kuda yang baik hati itu ia lepaskan kembali ke alam liar. Calista juga sudah berganti pakaian karena pakaian sebelumnya menempel keringat, lumpur dan debu yang sudah sangat kotor.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Where stories live. Discover now