Setelah Calista dan Niko pergi. Kekacauan tak terelakkan lagi. Raja Aaron, Ash dan dua kembar mereka menarik pedang yang mengait di pinggangnya dan berusaha menyerang siapa pun yang mendekati mereka. Juga melihat Raja mereka bertarung para prajurit kerajaan Gardenia siap ikut menyerang, begitu pun dengan kerajaan Fairfaick.

Di tengah-tengah kekacauan yang ada, Keane dan Renan, mereka bahkan belum memulai apa pun. Tentu, Keane kenal dengan Renan. Bisa dikatakan mereka punya masa lalu yang bisa disebut mantan sahabat. Iya, dulu sekali, mereka teman yang paling dekat sampai tak bisa dibelah. Dan semua terbalik sekarang.

"Kau seharusnya tidak merebut milikku untuk ketiga kalinya, Ren. Kali ini aku tidak akan membiarkan kau melakukannya lagi karena aku sudah muak dengan semua tindakanmu," Keane berkata dengan dingin yang kasar.

Raja Renan tertawa meremehkan. "Kau kira sudah kau hebat dengan menghalangiku di sini."

Raja Renan memanggil lima prajuritnya.

"Cari Putri Calista dengan pengawalnya lalu bawa ia langsung kepadaku,"

Kemudian tujuh prajurit itu pergi dari hadapan tuan mereka setelah membungkuk. Mereka menunggangi kuda dan berderap cepat meninggalkan semua kekacauan ini.

"Kau lihat, anak buahku akan membawa Putri Calista padaku. Saat ia ada digenggamanku. Maka lagi dan lagi milikmu akan menjadi milikku,"

Setelah pembicaraan singkat itu, mereka sama menyerang, menodongkan pedang satu sama lain. Tanpa mereka sadari mereka punya tujuan yang sama yaitu membunuh satu sama lain. Dan mereka menyerang.

Sementara itu, Calista dan Niko Mereka masuk ke dalam hutan yang semakin kau masuki yang hanya ada jajaran pohon-pohon di sana semakin banyak, hingga membuat suasananya suram karena matahari tertutup rimbunan pohon.

Calista berhenti. Beruntung ia tidak mengenakan gaun. Jika iya, habislah semuanya. Niko pun juga ikut berhenti.

"Apa mereka mengejar kita, Niko?"

"Mereka mungkin menyusul Yang Mulia,"

"Niko?" Panggil Calista.

"Iya, My Lady."

Calista menatap seduh, sama sekali bukan dirinya. Satu tangan menyekat keringat yang baru saja mengalir dari pelipis. Satu tangannya menyentuh lengan atas berotot Niko.

Niko menelan salivanya, ia merasa gugup sekarang.

"Tidak perlu terlalu formal padaku Niko, aku hanya berharap kita bisa dekat satu sama lain. Aku sudah menganggap kau itu temanku."

Calista menatap apa saja selain Niko, tetapi tangannya tak berbohong. Ia mengenggam tangan Niko dengan erat dengan kedua tangannya seperti anak kecil yang minta dibelikan jajanan.

"Tiba-tiba aku sudah tak sanggup berjalan lagi. Kau mau mengendongku,"

"Sesuai perintah anda, Yang Mulia."

"Niko," tegur Calista.

"Yang—Cal-Calista."

"Nah, begitu baru benar,"

Ia menyuruh Niko menjongkok di hadapannya, ia naik ke punggung Niko, melingkarkan lengannya ke leher pengawalnya.

Niko mulai berjalan. Saat itu sebenarnya Calista merasa tidak enak dengan badannya, tanda itu ia yakin sekali jika tanda perutnya yang menyebabkan begini, membuatnya merasa begitu lemah.

Ia membaringkan kepala ke pundak Niko, menetralkan napasnya yang tiba-tiba terengah-engah. Ia merasa sangat lelah. Telinga Calista berdenging begitu keras, hampir membuatnya melepaskan tangan dari gendongan Niko jika Niko tidak memengangnya.

"Anda ingin istirahat, Calista?"

Telinga terus berdengung keras, ia mencoba tidak merepotkan Niko.

"Tidak apa apa,"

Calista merasa memdengar suara angin yang mengajunkan daun pohon di atas sana, tapi anehnya suara itu terdengar sangat jelas, ada arus sungai dari arah jauh bahkan bisa ia dengar dengan baik. Juga langkah kaki berbodong-bondong berlari ke arah mereka dan suara pekikan kuda.

"Itu mereka!" pekik seseorang dari kejauhan.

Membuat Niko melangkahkan kakinya dengan cepat. Sialan! Dengan Calista digendongan Niko membuat lelaki itu kesulitan untuk berlari sampai membuat mereka berdua dengan mudah akhirnya terkepung oleh lima orang yang mengejar mereka.

"Kalian tidak akan bisa bisa ke mana-mana lagi. Kau!"  Ia menunjuk Niko, "hanya bocah penghalang. Lebih baik kau serahkan, Tuan Putri Calista,"

Niko menurunkan Calista pelan, mendudukan majikannya di dekat pohon, ia menyadarkan Calista di sana mengatakan agar tuan Putri itu tidak usah melakukan apa-apa. Asal Niko tahu, Calista sendiri juga kehilangan keahliannya.

Niko mencoba mengeluarkan pedang dari kaitan di pinggangnya, Calista yang entah sebab apa yang membuatnya lemah, ia merasa energinya terkuras.

Tapi Niko melawan lima orang itu dengan mudah. Memang tidak perlu diragukan lagi jika tugas utamanya adalah menjaga Calista dari bahaya apa pun.

Tak butuh waktu lama lima orang itu tergeletak tak berdaya setelah terserang tusukan dalam dari pedang Niko. Niko langsung menghampiri Calista.

Wajah gadis itu telihat pucat, langsung membuat wajah Niko khawatir.

"Anda baik-baik saja?"

Calista menarik napas dengan kesusahan, Calista mengangguk. "Aku baik."

Setelah itu, Niko menggendong Calista lagi dan berjalan masuk ke hutan lebih dalam, mencoba mencari jalan keluar yang aman.


Tbc...

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt