Tigapuluh. It's hurt

ابدأ من البداية
                                    

"Dari handphone anak ini mungkin, tuh lihat saja banyak telpon dari adikku dan keluarganya" Nabila tercekat, jadi... ini memang direncanakan?

Nabila mendengar suara langkah kaki menjauh, ia tidak tau kemana arah langkah itu. Nabila pun memutuskan untuk menghubungi Salsha dan menyuruhnya masuk.

Tak lama, Nabila mendengar langkah kaki lagi. Apakah itu mereka? Samar Nabila mendengar suara bisikan yang menyerukan namanya.

Nabila pun keluar dan mendapati Salsha serta Kevan berada di tempatnya tadi. Ia langsung berlari dan memeluk Salsha. Ia menangis dan menumpahkan semuanya kepada sahabatnya.

Nabila tak mau berlama-lama, ia segera melepas pelukan itu dan membawa keduanya menuju sebuah ruangan yang sepertinya kosong. "Tolongin Khalil"

Suara Nabila bergetar, ia tidak bisa memikul kesedihan ini sendiri, "Gue mohon tolongin Khalil"

Kevan menatap nanar Nabila, secinta itukah gadis itu kepada Khalil? Ingin rasanya Kevan menjadi egois dan membawa Nabila keluar dari rumah ini. Bisakah sekali saja?

"Bil" Netra yang memancarkan kesedihan itu bertemu dengan netra Kevan yang ditutupi emosi.

"Kita pulang sekarang"

Baik Salsha maupun Nabila tidak percaya dengan apa yang diucapkan Kevan. "Van, sumpah ini nggak lucu"

Kevan menoleh ke arah Salsha, "Gue serius." Kedua netra itu menyiratkan keseriusan, Salsha tau Kevan ingin melindungi Nabila. Tapi, ia tak suka dengan cara ini!

"Lo apa-apaan sih van?" Nabila emosi, tapi ia tetap tidak meninggikan suaranya. Ia tak mau ketahuan, ini sudah sangat dekat.

"Tempat ini bahaya bil! Gue nggak bisa biarin lo di sini!" Deru nafas Kevan yang tidak teratur menandakan ia sedang menahan emosinya.

"Tapi Khalil sahabat lo van! SAHABAT!" Salsha tidak tahan, ia lalu menampar Kevan. Kali ini Kevan sungguh keterlaluan.

Kevan diam, ia sama sekali belum goyah. Kevan lalu menarik tangan Nabila dan berjalan menuju pintu "Lepasin gue van"

Langkah mereka terhenti, Salsha sendiri masih terdiam di tempatnya. Rasa sakit itu sudah menjalar, harapannya pupus. Kevan masih sangat mencintai Nabila.

Air mata lah yang bisa menggambarkan perasaan Salsha. Ia bahkan terlalu takut untuk sekedar mengangkat kepala dan melihat Kevan yang sangat memerdulikan Nabila tanpa menghiraukan dirinya.

"Gue sakit van" hanya Salsha, hanya Salsha yang dapat mendengar itu.

Sementara itu, Nabila dan Kevan yang sudah berada di belakang pintu tetap mempertahankan masing-masing tujuan yang mereka inginkan.

"Gue nggak habis pikir van, lo itu kenapa?" Nabila menatap Kevan tajam, ini bukanlah Kevan yang selama ini ia kenal.

Kevan masih diam dan menggenggam erat pergelangan tangan Nabila, "Bisa nggak sih? Bisa nggak sih gue egois dan memperjuangin cinta gue bil?"

Nabila terpaku, itu berarti "Ya, gue cinta sama lo. Jauh sebelum Khalil cinta sama lo"

Tangan Nabila melemas, apalagi ini? Pegangan Kevan pada Nabila juga terlepas. Ia ingin mendengar respon dari Nabila.

"Tapi maaf van, gue cintanya sama Khalil" Kevan sudah menduga ini. Tapi, kenapa tetap terasa sangat sakit?

"Kalo lo nggak mau bantu, gue bisa sendiri" Nabila memutar knop pintu dan berjalan keluar meninggalkan Kevan dan rasa sakitnya.

"Van..." Salsha mendekati Kevan, ia menepuk pelan pundak pemuda yang dicintainya itu. "Gue egois ya sal?"

Salsha bisa melihat itu, ketika air mata pertama yang Kevan jatuhkan untuk cintanya kepada Nabila. Air mata itu, kesedihan itu, membuat Salsha semakin sakit.

[FINISHED]Kapten Basket vs Vlogger Cantikحيث تعيش القصص. اكتشف الآن