1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)

Mulai dari awal
                                    

Liona langsung melesat ke dalam rumah, sedangkan Calista mencoba meredakan kemarahannya. Sudah bertahun-tahun Liona menjadi pelayan pribadinya, dan sudah bertahun-tahun juga Liona melakukan kesalahan yang sama. Kenapa juga ia harus mempunyai pelayan tidak peka seperti Liona, yang selalu lupa jadwal makannya.

Sudah satu setengah tahun dirinya tinggal di rumah miliknya. Dulu ia membeli rumah ini dengan hasil kerja kerasnya sendiri, walaupun dirinya masih 16 tahun tapi Calista sangat mahir mengunakan senjata. Dulu, ia sering bertarung tanpa diketahui oleh ayahnya, bahkan keluarganya yang lain. Pergi ke bar dan menantang orang untuk beradu pedang dengannya lalu mendapatkan uang. Dan juga Calista benci mengakui kalau dirinya masih punya keluarga lain. Ibu tiri, kakak dan dua adik tiri.

Liona datang. Perempuan itu dengan cekatan meletakkan makanan di atas meja di samping Calista.

"Sarapan anda, My Lady." Perkataan Liona membuat Calista menoleh.

Setelah pelayan pribadinya pergi, Calista mencoba menikmati sarapannya. Sendirian. Selalu saja seperti ini, tidak ada yang menemani. Calista sudah terbiasa dengan hal itu, dan tidak terlalu memikirkannya. Mungkin satu setengah tahun yang lalu ada satu yang akan selalu ada di sampingnya, pengasuhnya-Martha Aslyson. Sampai sekarang dirinya tidak pernah bertemu Martha lagi, sejak satu setengah tahun yang lalu.

"Calie, Calie?" tiba-tiba seseorang memanggil nama imutnya.

Calista tersedak. Hanya satu orang yang memanggilnya begitu.

"Calie? Apa itu kau?" suara selembut semilir angin itu berasal dari belakangnya.

Calista mengambil air dan meminumnya, berharap bisa meredakan makanan tersedia itu. Lalu tanpa menunggu lama, Calista menoleh.

Martha berada di sana, tersenyum dengan lebar padanya. Orang yang dirindukannya beberapa menit yang lalu terlihat begitu nyata.

Calista langsung menghambur ke pelukan Martha, memastikan kalau Martha yang berada di pelukannya nyata. Dan benar, Martha membalas pelukannya seakan memberitahu kalau ia nyata. Tidak pernah terpikir, betapa dirinya sangat merindukan pengasuh satu-satunya ini.

"Martha. Ya Tuhan, aku sangat merindukanmu." Wajah Calista sekarang berubah menjadi cerah, tidak seperti sebelum Martha datang padanya.

Calista mendongakkan wajahnya, tangannya masih memeluk Martha, tidak ingin melepaskannya. Calista tersenyum tipis.

"Aku sangat senang akhirnya kau memilih tinggal bersamaku kan? Kita bisa tidur seranjang nanti malam, kan?" Calista tidak tahan untuk tidak bersikap manja pada Martha.

Martha tersenyum, tangannya menyentuh kepala Calista, dan mengelusnya dengan sayang. Martha bukan wanita tua yang mempunyai rambut yang telah memutih ataupun mempunyai badan yang gempal. Martha Alisyon, wanita muda yang hanya lebih tua 7 tahun dari Calista. Martha cantik dengan rambut cokelat yang kini disanggul di lekuk lehernya dan mata abu-abu yang menenangkan. Biasanya saat mereka menghabiskan waktu di luar, orang-orang akan menduga bahwa mereka kakak beradik tak identik.

Calista kembali memeluk Martha, membenamkan wajahnya di pelukan Martha. Hanya Martha yang selalu menemaninya dari ia kecil sampai sekarang, menjadi teman dan pengasuhnya. Hanya Martha yang tahu kisah menyedihkan dalam hidupnya.

"Calie, mari kita duduk dulu."

Martha mengajak Calista duduk di bawah pohon, dekat di bawah bangku yang duduki Calista tadi. Tangan Calista masih memeluk Martha, dan akhirnya mereka duduk juga. Calista langsung membaringkan kepalanya ke pangkuan Martha. Rambut pirang tembaga Calista yang tergerai lepas, dielus oleh Martha.

"Calie? Aku juga merindukanmu. Nah, kita akan menghabiskan waktu bersama seharian ini, setelah itu kita kembali ke istana."

Senyum Calista memudar saat mendengar kata 'istana'. Tempat itu mimpi buruknya, tempat itu selalu mengingatnya akan peti mati, tempat yang selalu membuat dirinya sesak, tempat yang hanya akan membuatnya bernolstagia dengan masa lalu.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang