💞Finale💔

8.1K 436 100
                                    

Mereka berdiri di depan pintu masuk Dufan dengan perasaan bimbang. Haruskah mereka masuk ke dalamnya dan bersenang-senang menikmati semua wahananya, meski tanpa kehadiran seorang teman dan sahabat terbaik di sisi mereka.

Atau...

Mereka harus kembali pulang, demi menghargai arti dari sebuah persahabatan itu sendiri.

"Loh, kalian?" Ayah Rian menyapa teman-teman sekelas anaknya itu dengan wajah bingung.

"Kenapa kalian gak masuk?" Tanya Papah Juna.

Sementara si kecil Ilham sudah gak sabaran sekali ingin cepat-cepat masuk ke dalam, dan menaiki bianglala.

"Kami sebenarnya agak bingung, Pak Rian-Pak Juna." Ucap Pak Rafli.

"Kami teringat El, Om."Ucap Aisyah sedih.

"Kalian tidak usah cemas. Saat ini El sudah kembali dengan ibu, nenek, dan ayah tirinya." Urai Ayah Rian dengan suara agak bergetar.

Sebenarnya ia sendiri masih tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya yang mendalam. Karena mantan isterinya ternyata masih hidup, dan kembali membawa El.

Dan ia juga tak menyangka, kalau ternyata El sudah membohonginya selama ini. Mengatakan kalau mom dan grandmanya sudah meninggal.

Dan bahkan Paman Sebastian yang selalu ia sebut-sebut sebagai orang yang selama ini mengurusi sapi di peternakkan neneknya itu, ternyata adalah ayah tirinya yang sangat baik dan menyayanginya.

"Karena sekarang kita semua sudah ada disini, kenapa kita gak masuk aja dan bersenang-senang?" Usul Papah Juna.

"Betul. Daripada tiketnya tidak digunakan dan malah mubazir jadinya.." Timpal Ayah Rian.

Akhirnya mereka semua memutuskan untuk masuk ke dalam Dufan.

"Yeeee, naik kuda-kudaan dulu yaa...!!" Ilham berlari cepat sekali. Firman yang mengejarnya sampai kualahan sendiri dibuatnya.

"Guys, gimana kalo kita ke wahana ice age dulu?"Usul Ika.

"Serem gak sih?" Tanya seorang temannya.

"Gak begitu. Yang pasti agak basah-basah sedikit." Sahut Ika dengan cengiran lebarnya yang mematikan itu.

Dengan tiket premium yang mereka miliki, mereka memiliki sebuah keuntungan. Karena tidak perlu capek-capek mengantri dengan pengunjung lainnya.

"Apa Ragil sudah tahu mengenai kejadian ini, Pak Rian?" Tanya Pak Rafli.

"Sudah. Dan seperti biasa tanggapannya." Jawab Ayah Rian.

Ketiga pria dewasa itupun memilih untuk duduk-duduk sambil mengawasi Ilham. Padahal anak kecil itu sudah diawasi oleh Firman dan Doni.

"Pak Rafli, ayo naik halilintar!!" Ika berteriak histeris.

"Ayolah, Pak!" Aini menarik-narik tangan gurunya itu.

"Syah, kamu kenapa?" Tanya seorang temannya yang melihat perubahan temannya itu.

"Syah.." Ika memandang lekat-lekat sahabatnya itu.

"Aku tadi kayak ngeliat El..."

"Ckckck, halusinasi lo aja tuh.." Tukas Gito.

"Hahaha, ayah -- papah tolongin Ilham...!! Ilham dikejar-kejar sama Kak El...!!"

Seketika semua perhatian mereka terpusat pada si kecil Ilham yang lagi lari sekencang mungkin dari arah wahana bianglala.

Sejujurnya Firman dan Doni agak cemas karena mereka tadi sempat kehilangan Ilham yang entah lari kemana.

"Ilham darimana aja sih?!" Firman langsung emosi.

"Ilham tadi abis beli es krim sama Kak El. Ehh terus, Kak El nendang badut, jadinya aku sama Kak El dikejar sama badut ancol yang ada disana itu..!"

Firman benar-benar pusing dengan ulah adeknya itu. Selain hobinya yang suka kabur-kaburan, Ilham itu kalau bicara ritmenya cepat dan gak begitu jelas.

"Ilhammm...!! Kok kamu ninggalin aku...!!" Dari arah yang sama itulah, dua sosok berlari mendekati mereka.

Namun yang membuat mereka semua terhenyak, adalah sosok yang saat itu mengenakan sweater kuning dengan gambar kelinci besar di bagian tengahnya.

"Tuh kan bener Kak El...!"

"El..." Ayah Rian nyaris tak berkedip saat melihat sosok itu.

Sosok itu mengerjap dengan senyuman lebar di wajahnya. Memperhatikan orang-orang di hadapannya dengan berkacak pinggang dan nafas tersengal tak beraturan.

"Ragil? Kamu pasti Ragil kan?" Ucap Papah Juna.

"Vino? Kalian..."Ayah Rian kembali mengambil alih.

"Aku juga gak tahu, Om. Tiba-tiba aja si Ragil maksa ngajak aku ke Dufan."

"Yaiyalah, Mas Vino! Soalnya aku kan mau ketemu dan main sama temen-temenku!!"

"Suara itu --- suara --- El...?!!" Aisyah sontak memelotot.

"Kak Dimas gak ada kan ya?"

"Gak ada.." Jawab Doni dengan mata nyaris tak berkedip.

"Syukur deh. Soalnya aku juga udah gak mau ketemu lagi sama dia. Hahaha..!"

"Ketawa itu --- Elfaqih?!! Kamu El...!?"

Sosok itu mengangguk dengan senyuman lebar di wajahnya.

"El, kamu beneran Elfaqih?" Ayah Rian masih tak percaya.

Sosok itupun menyingkap sweaternya. "Nih liat, emangnya aku punya perut sixpack sama dada yang nonjol kayak Ragil?!!"

"Jadi kamu ---"

Sosok itu kini menoleh pada Vino. "Mas Vino juga ketipu kan sama aku?!! Mang enak!!"

"Jadi selama ini --- kamu ---"

"Hhheehe, sebenarnya aku udah merencanakan ini semua. Aku jebak si Ragil, supaya dia pura-pura jadi aku."

"Berarti Ragil..." Papah Juna pun sampai pucat pasi dibuatnya.

"Papah sama ayah tenang aja ya. Ragil itu kan orangnya kasar dan keras kepala. Pasti dia bisa kok bertahan dan ngelawan mom disana.. Hhaha..!!"

"Lo beneran gila, El.. Keren sumpah!" Heri sampai geleng-geleng.

Vino memegang bibir sosok itu, membuka mulutnya, dan memeriksa tiap deretan gigi putih bersih milik sosok itu.

"Kenapa sih, Mas?!!"

"Kamu gak bau rokok dan alkohol." Vino mendekatkan indera penciumannya pada mulut sosok itu.

"Heh, sejak kapan ya aku ini suka merokok dan minum alkohol?! Aneh-aneh aja nih si Mas Vino!"

"Kamu beneran Elfaqih ---"

"Mas Vino gak lupa kan sama janji kita waktu itu?"

"Janji? Janji apa, El?"

"Kalau Mas Vino dan aku akan terus bersama."

"El --"

"Awas aja ya, kalo sampe Mas Vino kasih tahu ke papi!!" Lalu El menoleh pada teman-temannya, "Dan kalian -- awas kalo sampai Kak Dimas tahu keberadaanku!!"

"Tapi sekolah -- El..?"

El menggeleng. "Maaf teman-teman, aku tidak bisa kembali ke sekolah itu. Dan sepertinya aku akan pindah sekolah ke Bali."

"El.."

"Pokoknya hari ini kita akan bersenang-senang sepuasnya disini!! Tanpa Ragil dan Kak Dimasss...!!"

Rian dan Juna saling bertukar tatapan selama beberapa saat.

"Tentu kamu tidak mempermasalahkan ini bukan?"

"Untuk apa, Jun?" Ayah Rian mengerucutkan bibirnya. "Toh, selama ini hanya El yang bisa menerima kehadiran kita berdua. Jadi, biarkan saja semuanya tetap seperti ini..."

#####

😊😊😊

Ayah&Papa [Finale]Where stories live. Discover now