3

9.2K 444 9
                                    

"El, Papi jujur tidak terima. Anak kesayangan Papi dibikin memar seperti ini."

Aku meyakinkan papi dan Mas Vino kalau semua ini cuma salah paham aja. Dan aku butuh waktu sampai keduanya yakin bahwa aku betul-betul baik aja.

"El, kemungkinan Papi mulai besok malam tidak pulang sampai beberapa hari ke depan."

"Pasti ada urusan bisnis kan?"

"El mau ikut Papi?"

Aku jelas menolak. Sebab kalau nanti aku gak naik kelas karena nilai kehadiran dan akademisku jelek, yang rugi kan aku sendiri.

"Selain Vino, nanti Papi akan utus orang suruhan Papi untuk mengawasi dan menjagamu."

"Papi berlebihan ah!" Tukasku.

"El, Papi itu gak mau kalau kamu sampai kenapa-kenapa.."

"Iya, aku tahu. Tapi kan gak segitunya juga, Pi!"

"Terserah. Pokoknya Papi akan tetap menyuruh orang untuk menjagamu."

Gak sekali dua kali, aku melihat papi seperti melirik Mas Vino dengan tatapan aneh. Apa dia tahu ya, kalau sebelumnya aku dan Mas Vino udah saling kenal?

"Jangan bergadang ya, El. Besok kan kamu harus sekolah."

Aku mengelap mulutku dengan serbet. Acara makan malam ini rasanya amat canggung dan tidak seperti biasanya sekali.

"Aku mau ke kamar aja, pi. Banyak tugas sekolah soalnya."

Papi mengangguk. Aku memberikan sebuah ciuman pipi selamat malam untuknya. Tapi tidak dengan Mas Vino.

"Papi..." Aku yang baru melangkah keluar dari lounge, lantas berbalik lagi. "Kok ada orang-orang itu sih?"

Papi ikut berdiri menyusulku. "Papi yang menempatkan orang-orang itu di depan kamarmu."

"Huh..!"

Papi merangkulku menuju kamar. Dia juga memperlihatkan sesuatu yang sebelumnya tidak aku ketahui.

"Begitu pintu kamarmu tertutup, cuma sidik jari Papi dan kamu saja yang bisa membukanya."

Aku sampai takjub melihatnya. Pasti bukan harga yang murah untuk memasang alat keamanan super canggih seperti ini.

"Coba sekarang kamu tempelkan salah satu jarimu."

Aku pun menempelkan jempolku. Dan pintu kamarku itupun terbuka dengan otomatis.

Cklek.

Lalu kembali menutup, setelah aku dan papi ada di dalam kamar.

"El, ada yang mau Papi bicarakan denganmu." Papi membimbingku ke kasur.

Dari raut wajahnya itu, sepertinya ia akan membicarakan sesuatu yang serius.

"Vino tinggal di paviliun yang terpisah. Maukah kamu berjanji sama Papi, untuk tidak sekali-kali mendekati apalagi memasuki paviliun itu?"

"Emangnya kenapa, Pi? Mas Vino kan baik dan sayang sama aku juga."

"El sayang, ada beberapa urusan orang dewasa, yang sebaiknya tidak kamu ketahui dan campuri. El harus paham ya.."

"Sebentar lagi umurku udah 17, papi...!"

"El..." Papi menarik daguku. Lalu dia melumat bibirku dengan lahapnya. Namun sayang hanya berlangsung beberapa saat. "Kamu bebas melakukan apa aja di rumah ini. Tapi Papi minta tolong sekali sama kamu ya --- karena paviliun Vino itu, diluar jangkauan Papi."

"Iya, papi. Aku janji."

"Oke." Papi udah bangkit kembali.

"Papi mau kemana?"

Ayah&Papa [Finale]Where stories live. Discover now