19

5.1K 312 6
                                    

SMK Tirtayana Jakarta ini sepertinya gak main-main untuk menyabet predikat sebagai penyelenggara pensi sekolah terbesar, termegah, dan terheboh untuk periode tahun 2018 ini.

Buktinya pagi ini ketika aku tiba di sekolah, banyak ornamen hiasan dekorasi yang terpasang menghiasi setiap penjuru sekolah ini.

Dan aku nyaris tak menyangka, kalau pemandangan yang ada di hadapanku sekarang ini bukanlah sebuah pasar malam ataupun pekan raya. Melainkan sekolahku sendiri!

"El..!!" Teman-temanku langsung menyambutku dengan histeris.

"Sayang semalem kamu gak ada." Ujar Ika antusias.

"Disini rame dan meriah banget! Semua anggota OSIS dan anak-anak lainnya pada ngedekor semua ini!" Timpal Puteri tak mau kalah.

Tapi aku sungguh tidak peduli dengan semua itu. Karena tujuan utamaku hari ini adalah, aku bisa mendapatkan uang lebih banyak dari yang kudapatkan dari hari sebelumnya.

"Bisa kita kumpul sebentar, teman-teman!!?"

"Kumpul, woiii...!!" Rayan membantuku.

"Oke. Terima kasih." Kataku setelah semua teman-temanku berkumpul. "Kita semua tahu bahwa hari ini adalah hari terakhir pensi dan bazar diadakan. Dan gak hanya siswa dari sekolah lain saja yang diundang. Tapi juga orang tua murid, dan masyarakat luas." Suaraku padahal sudah sekeras mungkin. Tapi tetap saja timbul tenggelam diantara keriuhan suasana gegap gempita disekitarku.

Tin.. Tin..!

Aku menoleh ke arah gerbang sekolah. Mobil hitam berjenis blind van itu akhirnya tiba juga. Ayah dan papah keluar dari dalamnya dengan Ilham dan seorang pria lainnya.

"Selamat pagi, semua.." Sapa ayah dan papahku ramah.

"Pagi, Om." Sapa beberapa temanku.

"Mau diturunin sekarang, El?"

"Boleh, Yah."

Ayah dan Papah menurunkan beberapa kardus besar dari dalam mobil itu. Beberapa teman sekelasku langsung menawarkan diri untuk membantu.

"Apaan sih itu, El?"

Aku mengeluarkan celemek berwarna merah muda dengan lambang 'EL', ditengah-tengahnya dan juga tulisan 'PENSI SMK Tirtayana Jakarta, 2018' pada bagian bawahnya.

"Bagikan semuanya satu-satu ya..!" Perintahku.

"Anjrit! Ini sih keren banget!" Celetuk seorang temanku.

"Dan topi ini -- kalian juga harus pakai ya..!"

"El, kamu yang membuat semua ini?!" Tanya Aini tak percaya.

Aku mengangguk. Dan aku melihat anak-anak dari kelas lain menatap kelas kami dengan tatapan takjub dan mungkin saja iri.

Tak berselang lama, datang sebuah blind van lain. Dan kali ini mereka menurunkan balon gas lengkap dengan tangkainya dari plastik, dalam jumlah banyak sekali.

"Elfaqih..."

Aku membalik badan. Kudapati Pak Rafli, Bu Widya, dan beberapa guru lainnya yang sudah berdiri di belakangku. Dan bahkan Ibu wakil kepala sekolah juga tampak hadir diantara mereka.

"Kamu --- ini semua ---?" Pak Rafli nyaris tak berkedip.

Aku mengangguk. Kulirik jam tanganku yang kini sudah hampir menujukkan pukul 7 pagi.

"Ini hebat sekali, Pak Rafli. Ide El memang sangat luar biasa." Ujar seorang guru yang malah membuatku salah tingkah.

"Oke, bisa kita briefing sebentar teman-teman!!"

Ayah&Papa [Finale]Where stories live. Discover now