15

5.7K 350 14
                                    

"Kak Nino..."

Kak Nino yang lagi mencuci muka pun agaknya terkejut dengan kedatanganku. Dia memandangi wajahku melalui pantulan kaca cermin wastafel di hadapannya.

"Selamat ya, Kak.."

Ia membalik tubuhnya. Bersedekap dengan gaya dan wajahnya yang tetap terlihat cool.

"Sesuai janji kamu ya..."

Aku menghela nafas. Emang aku udah janji sama Kak Nino, kalau dia berhasil masukkin bola ke gawang sebanyak 3 kali aja pas pertandingan antar kelas, aku mau jadi pacarnya. Dan ternyata dia membuktikan kelihaiannya dalam bermain bola.

"Tapi hari ini aku gak bisa pergi -- kencan..." Kataku dengan mata terpejam dan wajahku yang rasanya panas sekali. "Soalnya aku harus belanja buat bazar besok, Kak."

"Ya ampun, El. Aku paham kok." Dia mendekatiku. Aroma keringat bercampur parfum maskulinnya itu langsung menggelitik hidungku. "Aku yang anter ya?"

"Jangan, Kak. Nanti Kak Nino malah repot lagi. Udah gitu, pasti Kak Nino capek banget kan.."

"Demi kamu, apapun akan kulakukan, El..."

Sedetik kemudian kami sudah saling melumat bibir lawan masing-masing.

Setelah sekian lama tidak merasakannya, akhirnya aku bisa merasakannya lagi.

"Urgggh, Kak Nino..." Aku dorong sedikit tubuhnya. Dia hampir aja keterusan.

"Kenapa, El? Kan gak ada orang ini...!"

Kak Nino langsung mendorongku ke sudut toilet. Ia mengurung diriku dengan kedua tangannya. Lalu kembali kami saling melumat.

Kurasakan permainannya amat kasar dan liar sekali. Aku bisa paham apa yang dirasakannya kini. Karena akupun juga merasa demikian.

"El..."

Deg!

Seketika mataku terbuka. Selurus dengan pandanganku, kulihat Herdi yang sedang berdiri dengan seragam tim basketnya itu.

Kak Nino melepaskan ciumannya. Ia kini berbalik dan memandangi Herdi.

"Gue mau, mulai sekarang lo jauhin El.." Ucap Kak Nino seraya menggenggam tanganku. "Kenapa? Karena mulai detik ini, gue sama El, udah resmi pacaran.."

Kulihat ekspresi wajah Herdi dengan segala keterkejutannya itu. Kudapati juga kedua tangannya yang udah mengepal.

Demi Tuhan, Herdi itu memang cowok yang nyaris sempurna. Dia tinggi, tegap, dan aletis. Wajahnya pun tampan dan mature. Gak aneh lagi kalo banyak cewek yang beneran suka dan ngejar dia.

Dibanding dengan Kak Nino yang tingginya hanya beberapa senti lebih tinggi dariku. Badannya pun tidak begitu atletis. Namun aku sungguh tak bisa berpaling darinya. Aku nyaman saat berada di dekat Kak Nino. Aku ngerasa bahwa dia benar-benar mencintaiku dan begitupun juga dengan diriku yang sangat mencintainya.

"Udahlah, Her. Mendingan kamu pergi aja sana..!" Ucapku ketus.

"El..."

Ayah&Papa [Finale]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant