Perlahan, Arga mulai tersenyum dan menganggukan kepala paham.

Sedangkan Seina terlihat menutup mulutnya dengan telapak tangannya sampai akhirnya ia kembali berlari ke dalam kamar mandi, kembali memuntahkan semuanya pada wastafel.

Arga menyusul Seina, ia memijat pelan tengkuk Seina. Berusaha membantu Seina untuk memuntahkan semua yang ingin Seina muntahkan.

Setelahnya, wajah Seina nampak terlihat pucat, keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya yang membuat Arga khawatir.

"Kita ke rumah sakit yah? Ayo!" Arga menitah Seina untuk keluar dari kamar mandi.

Seina menggeleng. Ia memaksa Arga untuk membantunya duduk di tepi ranjang.

"Nggak usah."

"Kenapa? Kita harus ke rumah sakit, Sayang. Kita bakal di LA selama 7 bulan ke depan, jadi kalau ada keluhan apapun tentang kehamilan kamu, mau nggak mau kita harus konsultasi ke dokter yang ada di sini," ujar Arga panjang lebar.

"Ya, tapi apa gunanya ke rumah sakit? Dapet obat? Aku nggak mau," ujar Seina pelan.

"Tapi----" Ucapan Arga terhenti saat Seina meletakkan telunjuknya di depan bibir Arga.

"Aku baik-baik aja, Ga."

"Kalau ke rumah sakit lebih baik. Seenggaknya kamu bakal dapat obat buat penghilang mual, Sei," ujar Arga.

Seina menggeleng. "Aku baik-baik aja selagi ada kamu."

"Kamu peluk aku, rasa mualku hilang kok." Seina berhambur memeluk tubuh Arga.

Harum khas tubuh Arga memberi ketenangan tersendiri untuknya. Sedangkan Arga, ia membalas pelukan Seina, mengusap kepala Seina dengan lembut, sesekali nampak mengecup pipi Seina.

"Sejak kapan kamu bisa gombal?" goda Arga.

"Aku nggak gombal. Beneran kok," kekeh Seina.

"Iya, iya. Tapi kamu beneran nggak mau ke rumah sakit, Sei?"

"Nggak usah. Kita tidur lagi aja yah? Tapi kamu harus terus peluk aku," ujar Seina.

"Iya."

Akhirnya Seina dan Arga kembali merebahkan tubuh di atas kasur. Seina kembali memejamkan matanya dalam pelukan Arga.

"Kalian jangan nyusahin Mommy yah," gumam Arga seraya mengusap pelan perut Seina.

Kemudian Arga juga ikut memejamkan mata setelah mengetahui Seina sudah kembali tidur dengan tenang.

***

Seminggu berlalu. Kehidupan Arga dan Seina di Los Angeles, berjalan tanpa ada masalah apapun.

Pasangan suami-istri itu mulai beradaptasi dengan lingkungan mereka. Bahkan Seina sudah mulai masak sendiri untuk makan siang dan makan malam mereka daripada harus terus-menerus mengkonsumsi makanan cepat saji. Itu tidak akan baik untuk kesehatan si kembar.

Fase morning sickness Seina sudah berkurang dari satu minggu lalu yang sehari bisa beberapa kali bolak-balik ke kamar mandi.

"Sei, daritadi handphone kamu di kamar bunyi terus," ujar Arga saat melangkah mendekati Seina yang masih sibuk memasak di dapur.

Laki-laki itu mengecup puncak kepala Seina dengan tangannya yang bergerak mengusap perut Seina.

"Nggak kamu angkat?" tanya Seina.

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now