MTM - 31

235K 10.9K 116
                                    

***

Seina sudah masuk ke dalam kamar setelah sang Mama pulang dari apartment-nya sekitar satu jam lalu, namun sampai jam menunjukan pukul setengah duabelas, matanya belum berhasil terpejam.

Sejak tadi Seina hanya membalikan tubuhnya ke sisi kiri dan kanan tanpa matanya benar-benar bisa terpejam.

"Ada yang aneh ...," desisnya.

"Oh sial ... gue lupa lepas perut silikonnya, pantes gak bisa tidur. Gak nyaman." Gadis itu bangkit dari kasur, melepas perut hamil silikonnya, menaruhnya ke dalam lemari sebelum kembali merebahkan tubuhnya.

Awalnya Seina pikir ia tidak bisa tidur karena lupa melepas perut hamil silikonnya tetapi nyatanya salah, meski perut itu sudah dilepas beberapa menit lalu, matanya masih belum bisa terpejam. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Sial ...."

Seina meraih ponselnya di atas nakas, kembali bangkit dari kasur dan melangkah keluar kamar.

Begitu keluar kamar, matanya menyapu setiap sudut apartment-nya yang bisa ia jangkau, Arga sudah tidur pulas di sofanya sampai akhirnya Seina lebih memilih untuk mendekati lemari es, mengambil sekaleng soft drink dan pergi ke balkon apartment.

"Udara malam gini seger juga." Seina menghirup napas dalam-dalam, matanya ikut terpejam untuk menikmati angin malam yang menerpa tubuhnya.

"Lumayan bisa nyegerin pikiran," desisnya setelah membuka mata.

"Tapi gue----"

Ah ternyata segarnya angin malam tidak benar-benar membuat pikirannya jernih, masih ada sesuatu yang membuat pikirannya tak tenang. Seina menatap ponselnya dan mulai bergumam sendirian.

"Chat, jangan? Telepon, jangan?"

"Telepon aja!"

Gadis itu sedikit tersentak, kaleng soft drink di tangannya hampir terjatuh dan terbuang sia-sia.

"Brengsek ...," desis Seina.

Tangannya yang bebas bergerak untuk memukul lengan Arga berkali-kali.

Ya tentu saja suara itu berasal dari Arga yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Seina, menatap Seina dengan tatapan tak berdosa.

"Kalo gue jantungan gimana, Setan?"

"Paling masuk rumah sakit kayak Mama gue," sahut Arga enteng.

Seina menggelengkan kepalanya. Sahutannya benar-benar menyebalkan tapi Seina sedang tidak tertarik untuk berdebat Arga.

"Whatever ...," ujar Seina.

Terdengar kekehan renyah dari mulut Arga.

"Kenapa?" tanya Seina.

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now