MTM - 4

363K 18K 303
                                    

"Kenapa?" Arga menatap Seina dengan lekat.

"Nggak apa-apa. Lagian dari awal gue emang gak setuju buat ngejalanin dare itu kan?" ujar Seina.

Kemudian sepersekian detiknya, Arga nampak terkekeh. Entah apa yang ia kekehkan, bahkan Seina kini menatapnya dengan alis yang saling bertaut.

"Iya, iya gue juga bercanda. Gue gak bener-bener mau jalanin dare-nya kok," ujar Arga pada akhirnya. Seolah ia mengerti dengan tatapan yang Seina lemparkan untuknya.

Seina terdiam beberapa saat, menatap Arga dengan tatapan seolah berkata idih apa banget sih?

Sedangkan Arga sendiri sudah mulai sibuk dengan ponselnya yang baru saja ia raih dari saku di balik jas hitamnya.

"Jadi lo ngajak gue ketemu buat ngasih lelucon bodoh kayak gitu? Ah gue mau pu----" Belum menuntaskan ucapannya, Arga sudah menyelanya lebih dulu.

"Nggak Sei, nggak! Pokoknya kita harus jalanin dare-nya yah?" Arga menahan pergelangan tangan Seina saat gadis itu akan beranjak dari kursinya.

Seina menatap Arga dengan sebelah alis yang terangkat. Ia sama sekali tidak mengerti dengan sikap Arga.

Beberapa menit lalu Arga memberikan lelucon bodoh yang mengatakan jika ia tidak benar-benar ingin menjalankan dare itu--hingga membuang-buang waktu Seina untuk datang ke tempat ini, tapi beberapa detik lalu, Arga mengatakan mereka harus menjalankan dare-nya? Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?

"Duduk lagi." Arga menitah Seina untuk kembali duduk di kursinya.

"Apaan sih? Lo gak jelas banget!" decak Seina.

Arga menyerahkan ponselnya pada Seina. "Baca deh!"

"Mereka masih terus neror gue dengan pertanyaan atau peringatan kalo undangan harus sampai di tangan mereka 2 bulan lagi," tambah Arga.

Seina menatap ponsel Arga dengan lekat. Sesekali ia terlihat menggelengkan kepalanya.

"Gila! Mereka sampai segininya?" gumam Seina.

Kemudian gadis itu mengembalikan ponsel milik Arga, beralih mengambil ponselnya yang berada di dalam handbag-nya.

"Mereka juga neror gue," desis Seina saat ia mendapati banyak pesan dan notifikasi sosmednya yang serupa dengan yang berada di ponsel Arga.

"Sekarang? Lo mau kan jalanin dare-nya? Lo gak mau kan Sei hidup lo gak tenang gara-gara pesan-pesan sialan itu?"

"Gue butuh ketenangan hidup gue yang dulu, Sei. Ketenangan hidup sebelum gue dateng ke acara reuni kelas hari itu," decak Arga.

Seina masih terdiam. Ah kalo boleh jujur, Seina juga benar-benar terganggu dengan pesan-pesan semua temannya di akun sosial medianya bahkan tak jarang mereka semua menelponnya setiap menit hanya untuk mengatakan; jangan lupa yah undangannya masih ditunggu!

"Gue masih perlu mikir ini. Pernikahan bukan buat dimainin, Gar," gumam Seina.

"Iya, gue tau, Ja. Oke, lo pikirin baik-baik deh, tapi gue minta sekarang kita langsung bikin kesepakatan yah!"

"Kesepakatan apa?"

"Soal aturan-aturan kalo lo sama gue udah nikah," sahut Arga enteng.

"Kan gue belum tentu bener-bener setuju buat ngejalanin dare-nya," protes Seina.

"Ya gue sih yakin lo bakal ngeiyain, secara yang mau nikah sama lo juga bukan orang sembarangan kan? Arga Dimitra gitu, seorang CEO yang masih terbilang muda yang punya banyak kekayaan serta rajin banget wara-wiri di majalah," ujar Arga dengan nada menyombongkan dirinya. Membuat Seina yang mendengarnya ingin segera menutup kedua telinganya.

"Banyak omong lo," sentak Seina.

"Lo yang banyak omong! Udah ah pokoknya setuju gak setuju, gue bakal bikin kesepakatannya!"

"Jadi gini ...." Arga sengaja menggantungkan ucapannya. Berbatuk-batuk lebih dulu sebelum melanjutkannya.

"Lama amat sih lo, beneran gue makan juga nih!" oceh Seina dengan gemas.

"Oh lo nungguin? Katanya gak mau jalanin dare-nya? Tapi kok mau nyimak kesepakatannya?"

Lihatlah! Wajah Arga berubah menjadi lebih menyebalkan dengan caranya yang nampak menaik-turunkan sebelah alisnya untuk menggoda Seina.

Sedangkan Seina nampak berusaha mengatur napasnya. Berusaha sabar menghadapai manusia sejenis Arga yang sebenernya kalo bisa ingin ia makan hidup-hidup.

"Oke, jadi lo mau lanjutin ngomong atau gue tinggal pulang?" Seina memberikan pilihan.

"Lo pulang pake apa? Kan ke sini bareng sama gue," sahut Arga.

"Taksi online masih banyak. Jadi? Mau lanjut ngomong atau gue tinggal pulang?"

"Ah iya, iya, gue lanjutin," decak Arga. Membuat Seina tersenyum puas karena merasa menang, Arga menuruti ucapannya.

"Kita jalanin dare-nya. Kita nikah, tapi sama sekali gak ngelakuin kegiatan layaknya suami-istri beneran. Lo sama gue tinggal satu rumah, bikin orangtua lo sama orangtua gue gak curiga kalo kita nikah karena permainan bodoh kayak gini, tapi lo ataupun gue tetep bebas jalan sama siapa pun. Kalo lo punya gebetan, lo bebas jalan sama dia, begitu juga sama gue. Deal? Ya intinya cuma pernikahan status aja, biar mereka diam dan gak ganggu hidup gue lagi. Dengan begitu hidup lo sama gue kembali tenang kan?"

"Kalo urusan cerai, itu dipikirin nanti lagi," tambah Arga.

"Udah gitu doang?" tanya Seina dengan salah satu alis yang terangkat.

"Eh anjir! Gue udah ngomong panjang lebar tapi respon lo begitu doang?" omel Arga.

"Ya gue harus respon apa, Gar? Tanpa ada kesepakatan itu juga kalo gue ngeiyain buat jalanin dare itu ya emang gue berniat buat ngelakuin apa yang tadi lo bilang. Gue gak mau peduliin lo sebagai suami gue. Itu kesepakatan cuma dalih lo doang kali, sebenernya lo berharap kalo gue bakal ngelayanin lo sebagai suami dengan baik." Seina menjulurkan lidahnya untuk mengejek Arga.

Skak mat! Arga tidak bisa berkata apapun. Bukan karena dugaan Seina si Gadis Manja itu benar, tapi memang dia sudah kehabisan kata-kata. Ucapan Seina sangat menyebalkan.

"Gue gak pernah berharap punya istri kayak lo! Kalo bukan karena dare, nikah sama lo itu gak pernah ada di list hidup gue," decak Arga.

"Ih yaudah! Udah ah, gue capek! Ayo anter gue pulang, Gar!"

"Loh katanya taksi online banyak, Ja?"

"Itu kan tadi. Sekarang lo yang harus anter gue pulang karena lo yang bawa gue ke sini," ujar Seina seraya bersidekap dada.

Terdengar decakan dari mulut Arga sebelum tangannya melambai memanggil seorang waiter untuk meminta bill makanan mereka.

Setelah sang waiter mengembalikan kartu kreditnya, Arga menarik pergelangan tangan Seina untuk segera menuju mobilnya. Ia akan mengantarkan Seina sampai rumah dengan selamat.

---
Oh iya, si Seina sebut Arga itu Gar karena dari ejekan Agar-agar yah, bukan aku typo. Dan si Arga sebut Seina itu Ja dari kata Manja wkwkwk

Ada foto Seina sama Arga nih!

Instagram:(at)ashintyas(at)oreovanila

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story

Serang, 4 Mei 2018

Love,
Agnes

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now