MTM - 6

351K 17K 164
                                    

***

Seina masuk ke dalam butiknya tanpa gairah. Pagi-pagi dia sudah harus bertemu dengan Arga, bahkan laki-laki itu sendiri yang mengantarnya menuju butik.

Padahal Seina sudah kekeuh menolaknya, tapi Arga juga kekeuh untuk mengantarnya, sehingga Seina terpaksa menuruti kemauannya jika tidak ingin kedua orangtuanya keluar rumah karena mendengar perdebatannya dengan Arga.

"Pagi, Sei." Meka--salah seorang pegawai butiknya, menyapa.

Meski jabatan Seina sebagai pemilik butik, tapi gadis itu sendiri yang melarang para pegawainya memanggilnya dengan embel-embel mba, kak atau sejenisnya--kecuali memang mereka yang berumur jauh di bawah Seina, jadi tak heran jika Meka yang memiliki umur satu tahun di atas Seina, hanya memanggilnya Seina tanpa embel-embel apapun.

"Juga, Ka," sapa Seina.

Gadis itu tidak menyunggingkan senyum sama sekali. Beruntung Meka sudah bekerja cukup lama di sini, sehingga dia tidak mungkin tersinggung dengan ekspresi yang Seina lemparkan untuknya.

"Kenapa, Sei? Pagi-pagi udah badmood," kekeh Meka.

"Eh?" Seina berlari kecil menuju cermin besar yang berada di pojok ruangan.

"Muka gue keliatan kusut banget yah?" decak Seina setelah mengamati wajahnya dari cermin di hadapannya.

"Banget! Kenapa sih, Sei?" sahut Meka dari tempatnya.

Gadis berkacamata--dipakai saat bekerja saja, itu nampak mulai sibuk dengan design baju yang berada di atas mejanya.

Seina kembali berjalan mendekati Meka. "Gue belum cerita sama lo!"

"Iya, lo emang belum cerita apapun sama gue. Terakhir kita ngobrol itu pas lo mau reuni kelas, lo curhat ke gue soal musuh lo itu," sahut Meka.

"Yaudah ikut gue ke rooftop yuk! Gue butuh cerita dan masukan!" Seina menarik pergelangan tangan Meka, namun Meka menolaknya.

"Design baju bikinan gue belum selesai," ujar Meka seolah mengerti dengan tatapan yang Seina lemparkan.

"Udah gak apa-apa. Sekarang dengerin curhatan gue dulu," cicit Seina.

Meka terdiam beberapa saat selagi matanya menjelajah setiap sisi yang terdapat beberapa karyawan lain--yang sama-sama sedang fokus bekerja.

"Gak enak sama yang lain," ujar Meka.

"Deadline Meka masih lama, jadi sekarang Meka mau saya ajak untuk nemenin saya ngobrol dulu yah." Seina bicara keras seolah memberitahu pada karyawannya yang lain.

Entah apa yang ada di pikiran Seina, Meka tak mengerti. Karena terlalu dekat dengan Seina--sang pemilik butik, terkadang Meka mendapat perlakuan tak mengenakan dari karyawan lain yang mungkin iri melihat kedekatan keduanya. Jadi wajar jika saat ini Meka berusaha menolak ajakan Seina.

"Udah deh, ini perintah dari atasan, jadi harus diturutin," ujar Seina lagi saat Meka masih bergeming.

"Lo duluan naik ke rooftop, biar gue bikin kopi dulu buat gue sama lo!" perintah Seina.

Meka menggelengkan kepalanya. "Lo aja yang duluan, biar gue yang bikin kopinya."

Seina tersenyum lebar. "Oke!"

Gadis itu kemudian mulai melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju rooftop butiknya.

...

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now