MTM - 3

355K 20.3K 618
                                    

***

Seina keluar dari butiknya dengan tergesa-gesa saat Arga terus menerus membunyikan klakson mobilnya dengan sangat tidak sopan, membuat beberapa pengunjung butiknya mengeluh kesal.

Begitu keluar dan masuk ke dalam mobil Arga, Seina langsung memberi sumpah serapahnya pada laki-laki berjas itu.

"Lo gila?" decak Seina.

"Masih waras kok. Kalo gila ya gue ada di RSJ," sahut Arga enteng.

Berusaha mengabaikan Seina, Arga mulai menstaterkan mobilnya. Kembali membelah jalanan ibukota Jakarta yang tidak pernah lenggang selain hari raya tertentu.

"Iya deh, lama-lama gue yang gila kalo terus-terusan ngomong sama lo," umpat Seina.

"Berisik lo, ngomong mulu. Diam dulu kenapa?" decak Arga.

Seina tutup mulut. Dia benar-benar bergeming. Menuruti perkataan Arga.

"Kalo dikasih tahu tuh disahutin kek, diam aja, kuping lo bermasalah?"

Seina menghirup napas dalam, menghelanya secara perlahan. Rasanya ia benar-benar ingin menelan Arga hidup-hidup.

"Nggak usah kayak emak-emak deh. Disahutin salah, didiemin salah," decak Seina gemas.

"Udah diem gak usah disahutin lagi!" sergah Seina saat ia melihat jika Arga akan kembali membuka mulutnya.

Setelah itu di dalam mobil Arga hanya alunan musik dari radio dan suara chit-chat penyiar radio itu sendiri yang terdengar. Baik Arga maupun Seina keduanya mulai bungkam, menikmati alunan musik yang masuk ke dalam indera pendengaran masing-masing.

Seina menghela napas lega saat mobil Arga berhasil terhenti dengan mulus di parkiran sebuah kafe. Keadaan jalan ibukota Jakarta benar-benar semakin parah, kafe yang sebenarnya jika dalam keadaan normal hanya ditempuh dalam waktu 25 menit dari butik Seina, kali ini mereka sampai dalam waktu 2 jam.

Ini juga salah mereka yang pergi bersamaan dengan jam pulang kantor, di mana sudah dipastikan jika jalanan yang tidak pernah sepi itu akan semakin bertambah padat.

"Turun lo!" sentak Arga saat Seina tak kunjung bergerak untuk keluar dari mobilnya.

"Sabar. Gue masih shock 2 jam di mobil bareng lo, berasa mau pergi ke mana aja 2 jam, padahal masih di Jakarta," desis Seina. Kedua matanya menatap Arga tajam.

"Yaudah terserah kalo lo gak mau turun, gue turun duluan."

Setelah mematikan mesin mobilnya dan mencabut kunci mobilnya, Arga mulai berusaha bergerak keluar dari mobilnya. Yang akhirnya mau tidak mau membuat Seina ikut keluar menyusulnya.

Kedua mata mereka menyapu seisi kafe, mencari meja yang sekiranya nyaman mereka tempati untuk membicarakan hal bodoh semacam ini.

"Di sana!" Keduanya berseru dengan menunjuk meja yang berbeda.

"Di sana aja!" desis Seina tak mau kalah.

"Pojok? Gue sama lo bukan mau  pacaran, Ja, jadi gak usah mojok-mojok," tolak Arga.

"Dan lo pilih meja di tengah, Gar? Kalo orang denger pembicaraan kita menikah karena ngejalanin dare lo mau apa? Gak malu?" decak Seina gemas.

Arga diam untuk beberapa saat. Kali ini gadis itu benar, ini pembicaraan rahasia, mana boleh orang-orang iseng menguping pembicaraan mereka?

Setelah mengalahkan egonya untuk mengaku jika kali ini Seina lah yang benar memilih meja, akhirnya Arga menganggukan kepalanya.

"Oke kita duduk di sana," ujar Arga.

Seina tersenyum lebar. Merasa menang karena Arga mau mengikuti pilihannya.

Begitu duduk, keduanya langsung memesan beberapa makanan. Dua jam di dalam mobil dan ini sudah masuk dalam jam makan malam, itu semakin membuat perut keduanya semakin lapar.

"Jadi lo mau bahas apa?" tanya Seina dengan mulut penuh makanan.

Arga yang baru menyeruput es jeruknya nampak meneguk salivanya perlahan saat mendapati Seina yang bersikap jorok.

"Jijik, Ja, telan dulu kenapa makanannya," desis Arga.

"Lo bukan pacar gue, jadi gue gak usah jaga image di depan lo," kekeh Seina setelah menelan habis makanan di mulutnya.

"Seenggaknya ini tempat umum dan lo cewek, kalo ada cowok yang mau ngajak lo kenalan terus liat cara makan lo begitu ya gue jamin dia langsung mundur secara kilat," ujar Arga selagi tangannya masih sibuk menyendok makanan miliknya.

Seina menatap Arga dengan sebelah alis yang terangkat. "Kenapa lo peduli?"

"Karena gue kasihan sama lo kalo seandainya lo jadi perawan tua karena gak laku," kekeh Arga.

Sial ... Seina pikir otak Arga sudah mulai benar karena berkata sebijak tadi tapi nyatanya tetap saja semua itu hanya lelucon bodoh.

Otak Arga tidak akan pernah benar jika belum diganti dengan otak baru.

"Bacot. Yaudah deh buruan lo mau ngomong apa? Kenapa lo tiba-tiba mau ngejalanin dare gila mereka?" Seina mulai mengubah topik pembicaraan dengan memberikan beberapa pertanyaan secara bersamaan kepada Arga.

"Satu-satu," dumel Arga.

"Biar cepet!"

"Temen lo gila," desis Arga.

"Mereka semua terus-terusan neror gue di sosial media, terutama si Tita sama Dena," decak Arga.

Dari nada bicara Arga, Seina yakin jika laki-laki itu sedang berusaha menahan emosinya yang meluap-luap.

"Jawaban lo gak masuk akal," sahut Seina.

"Maksud gue ... jawaban lo itu gak nyambung sama tindakan lo yang tiba-tiba mau ngejalanin itu dare sialan. Pasti lo ada niat terselubung yah? Ngaku!"

"Kurang jelas apa yang gue bilang kalo mereka terus-terusan neror gue? Hidup gue jadi gak tenang, semua konsentrasi gue keganggu karena chat dari mereka semua. Jadi dengan gue ngejalanin dare itu, gue rasa gue bisa ngebalikin ketenangan hidup yang selama ini gue jalanin," jelas Arga panjang lebar.

"Lo manfaatin gue?" Seina menautkan kedua alisnya. Menantikan jawaban yang akan Arga berikan.

"Iya. Lagian emang lo gak keganggu sama teror mereka?"

Gadis itu memalingkan wajahnya dari Arga.

"Ya ... keganggu sih," sahut Seina gugup.

"Yaudah. Lo sama gue nikah, semua teror sialan itu bakal berhenti----" Belum melanjutkan ucapannya, Seina sudah menyelanya lebih dulu.

"Setelah itu apa?"

"Kita cerai," sahut Arga enteng.

Dada Seina sesak. Ini bukan karena ia berharap lebih pada hubungannya dengan Arga tapi Seina merasa Arga seolah menggampangkan dirinya, seolah ia bukanlah seorang gadis yang memiliki perasaan hingga akhirnya bisa dimainkan Arga sesuka hati. Dinikahkan dan diceraikan begitu saja.

"Gue gak setuju buat jalanin dare itu," desis Seina pada akhirnya.

---
Kalian punya musuh cowok di sekolah? Kalo iya, biasanya apa yang kalian lakuin kalo lagi berantem sama dia? Atau biasanya bisa jadi ribut karena masalah apa?😂

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story

Serang, 2 Mei 2018

Love,
Agnes

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now