[31] Results & Choices

42 4 8
                                    

Karena.. Jujur, ada yang bikin aku nggak tenang, dan nggak bisa berharap banyak. Malam itu juga dikamar, Kakhal datang dengan wajah biasa saja. Namun penuh tanda tanya dipikiranku.

"Besok.. Kamu pengumuman study tour ya?"

Aku yang sedang membaca salah satu novel sambil duduk diatas kursi meja belajar, novel yang aku beli beberapa bulan lalu pun, mengalihkan pandangan sekilas kepada Kakhal yang sedang duduk ditepi nakas ranjangku.

"Iya,"

"Nad," tiba-tiba suaranya tampak berat. Lantas membuatku memberhentikan bacaanku, dan menutup novelku. Aku memutarkan kursi yang bisa diputar itu kearah Kakhal.

"Ada apa Kak?" Aku berusaha memperhatikan rambut yang dikuncir itu.

"Aku takut, kalau kamu lolos kejepang nanti..," ujarnya, namun tampak sedih, dan menunduk. Seperti, tak berani menatapku.

"Ke-kenapa Kak?" Tanyaku berusaha mendekat kepadanya.

"Ahh, tidak apa. Good luck ya.. Jika, kamu benar kamu bakal lolos," tiba-tiba aneh, dia pun balik lagi dengan sifatnya yang ku kenal. Padahal tadi, dia tampak sedih, bahkan ucapannya terdengar berat. Ia menyeka sedikit air mata yang jatuh. Saat aku mau mendekat, dia justru bangkit lagi. "Semangat ya besok!"

Kakhal yang langsung mengarah kepintu, kemudian keluar dari kamarku. Aku langsung berpikiran, ini aneh. Kenapa.. Kakhal jadi begitu?! Padahal, jelas-jelas, tadi dia seperti.. Berat, mau menyatakan sesuatu. Tapi, ini juga pertama kalinya, aku melihat kakakku sendiri, seperti itu. Biasanya, dia bersifat seru, dan garing. Namun, ada apa dengannya?

***

"Yang keempat.. Riri Nindira,"

Lamunanku membuyar. Ketika, Nama yang terpanggil nama seorang sahabatku yang berusaha dengan tenaganya, dan keceriannya. Kini aku melihat tangisan haru yang keluar dari matanya. Keinginannya selama ini..

"CONGRATSS RII!" ucapku sorakkan juga ikut haru. Gak mau kalah dari teriakkannya. Sorakkan tepuk tangan mewarnai ruangan setiap nama terpanggil.

"Ma-makasih," Riri berdiri lalu membungkuk sedikit, dan berjalan kedepan. "Good luck baby," ugh.. Agak menjijikkan ya.

"Baiklah, tinggal satu lagi,"

Aku melihat kederetan kursi teman sekelasku, mereka ikut deg deg-an dengan hasil akhirnya. Melihat Anna yang sekelas denganku, anak yang sangat pintar dan cerdas.

"Ann..," potong Assyami-Sensei yang membuat suasana semakin berdebar. An siapa kira-kira?! Sudah pasti Anna. Karena terdengar double N.. Disitu aku sudah pasrah, bahkan Riri yang berdiri didepan sambil menatapku dengan semangat, kembali murung, "Anadila Shalina!"

Oh tidak. Aku tidak salah dengar ternyata. Itu namaku, terpanggil dan diberi kesempatan untuk mengikuti study tour? Apa iya? Nilaiku sebagus itu? Sampai bisa mengalahkan saingan beratku? Wo-woah..

Aku berdiri dan membungkuk sedikit, kakiku bergemetaran, mulutku masih ternganga ingin menangis rasanya, dan jantungku terus berdebar, kemudian maju kedepan, berdiri disamping orang-orang hebat yang lolos kejepang. Termasuk, Riri.

"Kamu hebat," puji Riri.

"Apalagi kamu," aku tertawa kecil.

Sambil menunggu pengumuman untuk kelas lain, diriku masih beku rasa, karena tak menyangka aku akan terbang kejepang? Ya ampun.. Itu bagaikan mimpi! Mimpi ini bahkan tak pernah terbayang sebelumnya. Tanganku bergemetar terus. Hanya saja, seketuka, aku teringat ucapan Kakhal tadi malam. Mukanya yang sedih, dan berat berucap..

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now