[12] Perfome

75 16 12
                                    

"Mm.. An-nu Kak.. Diajak..," jawabnya malu-malu, sambil menggaruk kepalanya, yang tak gatal.

"Ah, kamu ini.. Kakak seneng deh, akhirnya, kamu mau buktiin kalau diri kamu, layak jadi pemain ukulele yang handal," puji Kakaknya bangga. "Harus semangat ya! Nanti, kakak bantu,"

"Tuh Yuni, kakak kamu aja, dukung.. Harus semangat dong," tambahku. Aku sudah menduga seperti itu. Kakak yang baik mau support adeknya.

"Iya, pasti bisa deh," lanjut Kakhal.

Yuni hanya menyengir dan terkekeh malu. Aku tahu, dia pasti akan sangat malu. Tapi ini kesempatan, agar Yuni, pede, bisa menunjukkan keahliannya.

Kamu pasti bisa! Aku yakin padamu Yun! Batinku sambil menatap Yuni.

"Tadi latihannya, kalian gimana?" tanya Kakhal.

"Ya.. Begitulah Kak. Oddy masih gak fokus.. Padahal, aku, Yuni, sama Zaki udah nge-blend banget. Ehh, Oddynya masih kurang. Makanya dia sampai harus nginap sama Zaki. Biar fokus,"

"Yuni udah bisa latihannya tadi?" tanya Kak. Tari juga.

"Lu-lumayan Kak. Aku masih grogi." Yuni memang merasa belum pantas dirinya jika akan perfome nanti. Dia masih malu, otomatis saat latihan tadi, dia benar-benar berusaha agar menampilkan yang terbaik. Meski masih kesusahan. Tapi dia berjuang keras dalam latihan tadi.

Kak. Tari membisikki sesuatu kepadaku dan Kakhal. Lalu aku mengangguk setuju. "Kalau mau nih Yun. Nginap dirumah Nadila aja semalem ini aja. Besok kan, libur," kata Kakhal.

"Lho, kenapa Kak?" sontak dia kaget karena lagi-lagi dadakkan.

"Biar kamu, sama Nadila, latihannya bisa fokus makin nge-blend. Tinggal besok juga lho acaranya. Kakak mau biar kamu juga bisa fokus. Nanti, Nadila bakal bantu kamu, pasti," jelas Kak. Tari.

"'Cu-cuman.. Aku.. Gak bawa baju. Terus, gimana ukulelenya?" tanyanya kian cemas.

"Selow lah Yun.. Kamu ini.. Pakai baju dirumahku aja, terus ukulelenya gampang. Kakhal punya," ujarku. "Ya kan Kak?"

"Iya tenang Yun.. Masih bagus juga kok. Nggak apa-apa. Biar kamu makin ajeb tar pas tampil," tambah Kakhal.

"Tuh gimana? Semalem aja kok..,"

"Oke,"

***

Sampainya dirumah. Orang-orang rumah sudah tidur. Karena takut mengganggu, aku dan Yuni latihan pelan-pelan.

"Nad, ayolah.. Katanya, mau fokus latihan. Kamu udah ngantuk duluan," kata Yuni. Dia melihatku yang sudah mengangguk-anggukkan kepala secara berulang kali. Dia tetap fokus dalam menghafal chord dan liriknya.

"Aduh, maaf.. Aku ngantuk banget. Tapi susah tidur juga," ujarku langsung sadar lagi.

"Baiklah. Kita mulai dari awal ya. Ini lagu juga nggak panjang kok. Kita harus bisa,"

Semangat gigih Yuni dipukul 23.28 masih terlihat jelas. Dari cara dia berlatih meski sudah larut malam. Konsentrasi. Dan mengontrol kantuknya. Aku jadi memperhatikkan, bahwa dia sebenarnya manusia yang kalau sudah fokus ketitik itu, dia akan berjuang keras untuk bisa mendapatkan titik tersebut. Mungkin dia gak mau menyia-nyiakan atau nanti malah membuat kecewa. Ya, Bahkan dia takkan letih dalam mempertahankan yang sudah ia inginkan. Aku jadi mengerti, kalau cuman setengah-setengah juga, mimpinya. Dia mungkin, nggak akan terlalu fokus. Lalu, dia bilang lagi kepadaku..

"Nad, kalau udah tau dan mau apa yang kita impikkan, harus diperjuangin, niat. Jangan setengah-setengah. Kamu juga kan yang ajak. Masa kamu gak mau fokus? Sebentar lagi juga kelar. Gak lama. Asal kamu juga jangan habisin waktu cuma ngantuk doang," ucapnya sebijak itu. Karena aku tidak ingin mengecewakkannya, aku kembali bangkit.

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now