[28] Back

52 8 16
                                    

Mahyuni Sartika.

Kacamata kotak berwarna hitam kini sudah terlepas, yang tadinya sempat Yuni tak mau memperhatikannya, akhirnya ia mendongak, dan memegang kedua tangkai itu, lalu ia lepas. Kemudian dia mendengus, seolah pasrah apa yang akan terjadi dan menerima segalanya setelah ini. Sudah berakhir, penyamaran, Yumi.

"Eits, tunggu.. Rev! Ini Yuni beneran?!" Gisel yang rajin menonton ApTube bersama Revva, akhirnya jadi tahu bahwa..

"Eh iya, wah, nih anak..,"

***

"Maaf sebelumnya buat, semuanya, juri, MC, dan semua penonton disini.. Sebenarnya.. Saya sudah berbohong atas identitas saya," ucapnya. Matanya mulai berkaca-kaca.

Tidak salah lagi, dia memang Yuni.
Para penonton, dan juri langsung menatap saling bingung.

"Lho, maksudnya apa ya Nad?" Tanya Riri yang tahunya, masih bingung, dan polos itu. Bisa polos juga emang. Maaf, dia emang lupaan sih, kadang-kadang.

"Maaf Mbak, ini.. Sudah sampai didepan studionya," ucap Mas Gilang. Sontak membuatku & Riri segera turun

"Eh, udah ya Mas? Oh iya, ma-maaf,"

***

"Selama ini, nama saya sebenarnya adalah Yuni. Bukan Yumi..,"

Ya, spontan, membuat seisi studio tak percaya, dan dibuat kaget. Banyak yang berbisik akibat terbongkarnya diri Yumi yang asli, adalah Yuni.

"Iya, memang saya bohong.. Saya menutupi identitas. Karena malu dengan teman disekolah saya. Saya nggak mau ketahuan ikutan kompetisi ini, bahkan sampai masuk grand final kali ini. Saya juga masih nggak percaya.. Menjadi tantangan besar dalam hidup saya. Tadinya, saya nggak mau, nunjukkin diri saya yang asli. Takut, nantinya diledek dan saya sudah siap nerima itu semua," cerita Yuni panjang, perlahan ia mulai menangis. Seketika membuat suasana studio hening. Ada beberapa yang ikut sedih mendengarnya . Terutama Kak. Tari dia mengerti perasaan adiknya. Tapi dia merasa salut kepada adiknya, mau berani mengungkapkan kejujuran yang sebenarnya.

Bunda Piska maju kedepan menghampiri Yuni. Memang Yuni merasa sangat bersalah, sudah menipu banyak orang. Terutama para juri. Yang sudah terlanjur bangga dengan Yuni. Mereka kini berpikir kembali.

"Oke, Yuni. Bunda ngerti kok, memang, kita pasti malu saat diri kita dilihat oleh banyak orang. Tapi, nggak usah malu lagi dong. Kan, udah digrand final. Nggak semua orang membencimu. Tenang saja. Kami, memaafkan kamu kok sayang," katanya sambil memeluk Yuni. "Tidak ada manusia yang sempurna."

Kata-kata itu, seketika mengingatkan Yuni kepada, seseorang yang sudah mengertikannya didalam hidupnya. Dia..

***

Kami meminta mohon satpam berkali-kali agar diizinkan masuk kedalam.

"Pak, kita juga mau nonton!" paksaku berulang kali.

"Maaf, tidak ada buktinya," jawabnya itu lagi.

Memohon dengan apa pun tidak akan membuat satpam itu luluh dengan kekasihanan perempuan. Menyebalkan..

Akhirnya kami hanya bisa menatap layar televisi yang disediakan diluar.

"Sekali lagi, saya mohon maaf sebesar-besarnya!" ucap Yuni lagi dan lagi. "Saya siap jika nantinya juara tiga atau tidak menjadi juara disini,"

MC menutup segmen 3 saat itu. Dan terpaksa break. Seisi studio dibuat tangisan haru. Termasuk, juri, peserta, dll..

Jujur, ini adalah hal yang membuat Yuni sangat drop. Dia benar-benar sedih, dan kecewa pada diri sendiri. Karena malah menutup identitasnya. Agar, dia tak dipermalukan. Atau pun, dicaci maki. Dia selalu dikucilkan, dimana, dia dibilang lemah, tak berguna, dsb.. Yang pasti, itu sangat menohok untuk mengejar mimpinya. Dari pada nanti, dia malah digituin. Dia lebih baik berbohong. Jujur saja, Yuni sudah merasa sedikit lega. Tapi, dia masih kefikiran, akan gimana nasibnya setelah ini?

Reach (The Story Of Lefty Hand)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu