[9] Perasaan Tidak Enak

79 14 4
                                    

Pulang sekolah telah tiba, aku dan Yuni, masih belum menyelesaikan soal latihan yang diberikan Pak. Retno, jika belum selesai, tidak boleh pulang atau pun dikerjakan dirumah, nantinya jika sudah kelar, harus memberikan kepada Pak. Retno diruang guru. Ya, bisa dibilang, itu kejam bagi para murid yang sudah siap beristirahat dan bebas dari kepenatan belajar. Biasanya, mereka juga menyebutnya, guru killer. Memang, bisa dibilang begitu. Pak. Retno, orang yang tegas, jika satu anak membuat keributan, Pak. Retno akan membentak, dan pasti semua murid akan setika diam bagaikan patung, dan tak berbicara sedikit pun, tidak berani menggerakkan barang atau sesuatu, bahkan bisa sampai mereka menarik nafas dalam-dalam dan tak berani mengeluarkannya. Sudah mengerikan jika dibayangkan..

Tetapi, aku sadar, guru seperti itu, bukan karena tidak suka dengan anak muridnya, dia hanya ingin anak muridnya bisa disiplin.

"Yun, Nad, pulang aja udah..," paksa Oddy yang sudah tak sabar ingin pulang. Mungkin dia takut Pak. Retno datang kekelas, lalu menegurku dan Yuni yang belum selesai.

"Ya, kamu pulang aja lah, Dy, duluan.. Mau nungguin?" tanyaku masih menjawab jawaban.

"Ya, kelarin aja gitu dirumah.. Pak. Retno juga nggak akan tahu..," jawab Oddy santai.

"Ah elah Dy.. Mentang-mentang, lo udah kelar. Juga, karena gue..," sindir Zaki. "Untung.. Pak. Retno nggak ngelihat dan gak merhatiin. Karena kita dibelakang,"

Aku dan Yuni terkekeh. Aduh.. Oddy, Oddy.. Sampai kapan.. Coba? Dia bisa mengerjakannya sendiri. Ketua kelas kok, nyontek.. Ckckck..

Oddy pun mendengus kesal mendengar Zaki membongkar jurus rahasianya..

Perubahan Yuni sudah mulai terlihat, mungkin, karena Zaki dan Oddy tadi. Memang, sejak tadi pagi, dia melamun terus.. Tiba-tiba, aku jadi kepikiran sesuatu..

Hmm.. Apa.. Aku sumbangi saja ya? Buku punyaku. Kan aku punya buku yang sama.. Dari pada, Yuni harus bayar denda. Pasti boleh Batinku senang.

Aku yang menatap Yuni karena kepikiran membantu mengurangi beban Yuni, Yuni jadi merasa diperhatikan. Lalu dia bertanya.

"Nad, kenapa?" tanyanya. Aduh, aku malu, ketahuan memperhatikannya.

"Eh, anu.. Yun.. Nggak apa-apa," jawabku malu karena terciduk memperhatikannya. Namun aku jadi teringat sesuatu..

"Astaga, aku lupa lagi.. Mau nyerahin formulir ekskul," lalaiku sambil agak berteriak dan menepuk keningku. Hari ini hari terakhir penyerahan formulir.

Yuni, Oddy, dan Zaki jadi terkejut. Bisa dibilang agak jantungan.. Karena mendengar teriak agak kencang. Untung.. Saja, kelas hanya tersisa mereka.

"Eh, gimana sih? Yaudah, buruan kelarin," kata Oddy.

"Iya iya,"

Aku dan Yuni jadi kebut-kebutan menyelesaikan latihan soal itu. Yang sebentar lagi akan kelar.

_____

Selesai menyerahkan tugas dari Pak. Retno aku segera memberikan formulir ekskul kepada Bu. Jinan yang berada diruang lab bahasa, beliau, sedang mengerjakan sesuatu. Aku ditemani oleh ketiga temanku juga.

"Kamu, ingin mengikuti ekskul musik, bagian vokal?" tanya Bu. Jinan setelah melihat pilihan ekstrakulikuler-ku.

Aku mengangguk.

"Baiklah.. Nanti, ibu akan serahkan ini, kepada kakaknya ya,"

Ya, aku sudah memutuskan, untuk memilih ekskul musik. Tadi malam, aku sempat bingung saat mengisi formulir ekskul. Karena ada beberapa ekskul, yang aku sukai juga, seperti, basket, taekwondo, tari, paskibra, dll.. Hahaha, terlalu banyak. Tapi, jika dipikir-pikir lagi, aku lebih suka ambil musik bagian acoustic menjadi vokalis.

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now