[26] Ujian

41 8 3
                                    

"Nadila," panggilnya dengan pelan. Tidak seperti guru lain, beliau sangatlah lembut.

Aku bangun dengan pelan. Melihat Bu. Jinan disampingku aku segera mengucek mataku dan bersigap.

"A-apa Bu? Ma-maaf.. Saya.. Ketiduran," untung aku tidak kebablasan. Kalau sampai ketahuan tidurnya nyenyak, bisa, malu-maluin..

"Aduh.. Kamu ini.. Cuci mukamu habis ini ya. Terus, kerjakan tugas yang ada dipapan tulis. Jadiin pr aja." Ulang kata beliau. Dia mengerti pasti aku tak mendengar penjelasan tadi.

"Ba-baik Bu,"

Sambil menyatat aku melihat Yuni yang keluar dengan cepat dan buru-buru dengan senang. Tumben dia begitu happy. Karena aku penasaran mengapa, aku mencoba, membututinya dari belakang. Tidak seperti biasanya, Yuni seperti ini.

Didepan pagar sekolah, Kak. Tari menyapa Yuni, ya, ia menjemput Yuni. Aku sedikit bisa menguping. Meski dari kejauhan.

"Udah siap buat kekarantina hari ini? Kamu udah izin kan?" Tanyanya.

"Udah Kak. Semoga.. Lancar sampai hari H," ujar Yuni.

Sampai hari H? Ada apa? Batinku kian penasaran.

"DORR!"

Seorang menepuk pundakku, agak keras, spontan aku kaget dan langsung kesal saat melihat orang yang ada dibelakangku. Tahunya..

"Kakhal mah! Ihh!" Gerutuku.

"Hehe.. Kamu ngapain sih Dek? Kok, belum pulang? Ngupingin siapa hayoo?" Tanya Kakhal.

"Kakak ih.. Orang.. Mm.. Anu..," aku mencari alasan.

"Apa apa? Udah, ayo pulang. Lama nih! Eh, kamu abis bangun tidur ya?" Tanyanya yang memperhatikan bola mataku yang sayu. Dia paling tahu wajahku saat bangun tidur.

"I-iya..,"

"Ketiduran lagi pasti..," tebaknya dari bola mataku yang menyipit dan rambut berantakkan.

"Udah ah kak, mau ambil tas dulu." males sih.. Gak mau dijemput Kakhal tadinya.. Tapi gimana ya? Orangnya udah datang. Masa, aku usir..

"Iya deh, adek kakak yang paling gemes,"

***

Kejadian pulang sekolah saat itu, memang tidak bisa dilupakan. Masih membuatku bertanya-tanya. Soal, karantina? Dan Keesokkannya Bu. Jinan memberi kabar.

Bu. Jinan meng-absen seluruh muridnya, satu persatu. Sebelum pelajaran dimulai.

"Mayra?"

Mayra mengacungkan tangan. Nama Yuni, setelah Mayra, tiba-tiba terlewat begitu saja. Aku baru sadar, dia nggak masuk hari ini.

"Yuni izin gak masuk, selama beberapa hari kedepan," ujar Bu. Jinan. Spontan semuanya kaget.

Karena baru pertama kali ini, Yuni "izin" tapi seperti dirahasiakan. Karena sudah berhari-hari ini Yuni kelihatan tidak seperti biasanya, selalu mencoba senyum, semangat, dan nggak ada beban masalah, yang kayak biasanya kalau ada masalah, lebih suka menyendiri. Aku mulai merasa curiga kalau dia..— Eh dari pada, aku curiga. Coba sadar diri dulu, deh Nad! Sedangkan aku? Aku sudah berbeda, semangatku menurun, meski sebentar lagi, ujian bahasa Jepang, otakku mulai bekerja dengan lambat.. Aku takut, jika ini akan keterusan dan menjadi kebiasaan burukku. Belum lagi, jika menjelang Ujian nanti. Jangan sampai berpengaruh. Aku sangat takut.

***

Tok tok tok!

Terdengar dari arah pintu kamarku, ada yang mengetuk dengan pelan.

Reach (The Story Of Lefty Hand)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt