[24] Appearance

51 10 6
                                    

Kakhal yang memperhatikanku sebentar, mengikuti kearah yang aku lihat. Dia kaget, tapi senang.

"Eh, Yunii! Sinii!" Panggil Kakhal sedikit menjauh dariku, agak mendekat kearah Yuni.

Yuni mencari sumber suara, dan orang yang memanggilnya, saat dia melihat Kakhal, dia mengangguk pelan, agak malu, seperti ciri khas-nya. Kemudian mencoba berjalan kedekat Kakhal.

Sudahlah.. Memang pasti, ia akan datang.. Sabar Nad.. Batinku pasrah, mencoba rileks dan tenang.

Yuni berdiri tepat disamping Kakhal, nyanyiannya masih berlanjut.. Hingga akhirnya kelar juga..

"Haii! Kamu Yuni yaa? Aku, Riri!" Kata Riri yang tiba-tiba berkenalan dengan Yuni. Lagi-lagi.. Dia memang terlalu ceria dan bersemangat. Tapi, kesannya kayak orang sok akrab.. Udah gitu, aku yakin, Yuni nggak biasa sama perkenalan macam Riri.

Yuni hanya mengangguk, menjawab pelan, lalu membalas, "Iya. Sa-salam kenal," jawabannya dingin.

Responnya tidak terlalu baik. Aku jadi malu. Eh, kenapa jadi malu? Dia kan, bukan sahabatku lagi.. Ia, bagaikan orang yang tak mengenaliku sama sekali, sama seperti, pertama kali, dan dari raut wajahnya ia kelihatan kurang suka denganku kehadiranku, dan Riri. Dia suka iri jika aku bersama orang lain. Apa iya? Dia sebenarnya masih..—

"Eh, Nad, Ri, Yun, Saf, ayo kita ke backstage, samperin kakakmu," Kakhal seketika membuat pikiranku terbuyar. Nggak kerasa, udah selesai perfomance-nya

Tanpa basa-basi, aku mengekori Kakhal. Namun, Riri segera meraih tanganku dan mengajakku kebelakang.

"Ayuk Nad!" ajaknya.

Aku menoleh sedikit kebelakang, Yuni cuek saja. Dia tak peduli dengan apa yang barusan terjadi. Anehnya, kenapa.. Aku jadi nggak enak ya?

Kak. Tari terlihat sedang meneguk air mineral, dan saat bertemu kami ia menyapa kami.

"Nah, kalau ini, Riri, Tar. Sahabat SD-Nya Nadila," Kakhal memperkenalkan Riri kepada Kak. Tari.

"Ohh begitu,"

Sahabat SD-nya.. Pantas saja..

"Hehe iya Kak. Kita udah sahabatan lama," tambah Riri.

"Ohh wkwk. Eh iya, Yun? Kamu jadi datang?" Tanya Kak. Tari.

"I-iya Kak.. Tadi.. Alhamdulillah, kesempetan, pulang cepet. Jadi masih sempat kekejar," jawabnya.

"Makasih banyak sayang," Kak. Tari memeluk Yuni dengan erat.

Kakhal dan Kak. Tari pun, mengajakku bermain ke fun world. Tapi aku tidak tertarik. Aku lebih memilih pulang saja. Aku merasa tercekam jika bersama Yuni, ia bagaikan orang yang diam-diam menakutkan. Apalagi saat, wajahku dan Yuni sepertinya tidak bisa bertahan lama melihat satu sama lain. Dari pada aku dengannya, malah makin membuat, suasana tidak baik atau makin awkward. Aku izin pulang duluan, bareng Riri. Mereka sempat kaget. Karena aku bisa-bisanya pulang duluan. Aku juga nggak enak. Tapi..

"Nad, kenapa sih? Kita pulang duluan? Udah seru.. Diajak main ke fun world?" Tanya Riri setelah dapat tempat duduk dibusway, semenjak tadi mulutku bungkam. Tak berbicara sepatah kata pun, jika penting saja aku akan bicara tapi singkat. Aku jadi tak seperti biasanya. Akhirnya Riri tak berani angkat bicara juga. Karena perlakuanku yang berbeda sejak tadi.

"Maaf ya Ri. Aku.. Nggak mau lama-lama..," alasanku.

"Ada apa? Ada masalah kah?" Riri menebak.

"Ya.. Aku harus kerjain PR, lagi numpuk,"

Dari raut wajahnya dia seperti grogi? Dan sejak tadi juga, Nadila sama Yuni, bersikap seperti orang tidak kenal. Padahal, sahabat lamanya kan? Eh, tunggu.. Sahabat lama..?—

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now