[29] Hari Kita?

41 7 8
                                    

"Oh iya, Yuni. Kenalin, ini Riri. Riri ini Yuni," kataku seraya menarik tangan Riri, mendekatiku.

Yuni dan Riri sama-sama membalas dengan seulas senyum manis mereka. "Udah kenal kok. Pas disency kan?" Tanya Yuni.

"Heheh iyaa."

"Ah iya.. Lupa. Pas disency ya?" ujarku sambil menepuk kening.

"Lupa mulu nih!" kata Riri.

"Karena, Kamu sih!" gerutuku.

"Heh, kok aku?"

Ini baru pertama kalinya, seorang Yuni berani bicara kepada orang lain. Bahkan, tahunya dia mengingat Riri. Aku kira, dia lupa. Selama dikompetisi, sepertinya, dia sudah belajar banyak hal.

"Yuni, tahu gak? Aku suka dan salut banget! Sama keahlian kamu main ukulele!! Meski aku tahu kamu kidal. Tapi, Kok bisa sih? Kamu tuh, keren banget?!" puji Riri tak karuan sambil menjabat tangan Yuni secara tiba-tiba.

"Eumm.. Makasih! Hehe.. Itu.. Karena kamu Nad," akuinya kemudian tersenyum kepadaku. Tiba-tiba aku kaget. Kenapa.. Aku?

"Ah, nggak! Bukan aku lah?"

"Yang ngedorong aku bisa sampai kekompetisi," ucapnya. Ah, teringat saat difestival tempo lalu.

"Wuah! Hebat banget sih, Nad!" Riri bergantian memujiku balik. Akan tetapi.. "Tumben lu!"

"Eheh.. Nggak gitu kok..," aku menggaruk tengkukku lagi, yang tak gatal. Tapi aku sedikit kesal dengan perkataan Riri barusan, "Apaan sih Ri!"

"Oh iya, kamu sakit apa Nad?" tanya Yuni yang sampai lupa. Karena tadi terbawa suasana.

"Mmm.. A-ada penyakit," jawabku dengan sangat terpaksa. Tidak bisa ditutupi lagi. Mungkin sudah saatnya aku jujur.

"Pe-penyakit apa? Jangan bilang yang diuks waktu itu?" Tanya Yuni lagi.

"Iya..,"

"Ma-maaf aku gak tahu," Yuni memelukku lagi. Dia merasa bersalah kesekian kalinya, karena kemarin juga menyalahiku disaat kondisiku drop. Tapi aku bilang tidak apa-apa. Aku berusaha agar dia tak khawatir berlebihan.

"Kak, Mama sama Papa, dimana Kak?"

"Lagi diluar. Beli makanan,"

Tak lama kemudian, Mama, dan Papa masuk, mereka sangat senang saat melihatku yang sudah siuman. Ukiran senyuman terpampang jelas diwajah keduanya.

"Mama udah tahu nak.. Kamu harus cepet sembuh ya. Nggak boleh drop lagi," pesan Mama sambil memelukku.

"Iya, Ma.. Maaf ya.. Oh iya Ma, ini ada temen Nadila. Namanya, Yuni." Bahkan aku belum pernah mengenali langsung Yuni kemama. Karena saat Yuni main kerumahku waktu itu, Mama masih kerja.

"Eh, ini ya? Yuni? Wah, cantik sekali. Nadila sering ceritain tetang kamu loh," kata Mama.

"Mama ih, jangan dikasih tahu," gerutuku. Kan jadi malu..

"Hehe.. Makasih Tan,"

"Yuni yang ikut kompetisi kemarin bukan? Juara tiga ya?" tanya Papa.

"Iya Om.. Berkat Nadila Om," jawabnya. Lagi-lagi aku jadi malu..

"Wah, Nadila?" bahkan Mama tak percaya. "Nggak mungkin ah.. Dia aja dirumah suka males..,"

"Tuh kan, Mama ih!" kesalku.

"Hahah," semua pun tertawa.

***

Kembali kesekolah seperti biasanya. Ya, Rabu ini, aku bisa kembali beraktiftas. Setelah beberapa hari dirumah sakit, seharian istirahat diatas kasur, ngebosenin, untungnya, bisa nyetel movie dari Netflix dan main hp hehe..

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now