[1] Hari Pertamaku

188 21 2
                                    

Ini adalah hari ketigaku dijakarta, setelah kemarin aku dan keluargaku pindahan dari daerah Semarang, kota asalku. Aku pindah, pasti ada alasan. Karena dulu Papa berjanji saat aku kecil Papa bilang akan pindah kejakarta. Dan ini saatnya. Antara senang dan sedih. Karena meninggalkan kota kesayangan, namun aku senang karena bisa pindah kesini.

Dan tepat hari ini, aku akan bersekolah dismp terbaruku. Aku tidak akan melupakan teman-temanku disemarang. Yang sudah mengisi hari-hariku sebelumnya. Mereka juga sempat mampir kerumahku untuk pamitan.

Sebelum cerita ini dimulai. Hai aku Nadila biasa dipanggil Nad, aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Aku mempunyai kakak perempuan, bernama, Khalista. Biasa dipanggil, Kakhal atau Khal. Itu singkatan dari Kakak diawalnya hihi. Tapi, aku sendiri, suka memanggil, Kakhal, sekarang, Kakhal sudah duduk dibangku SMA kelas 11-IPA. Kalau aku kelas 9. Mulai hari ini, sekolah kami tidak berdekatan, Kakhal sekolah lumayan jauh dari rumah, sedangkan aku, sekolah hanya berjarak 2 kilometer saja. Mungkin, memakan waktu 10 menit.

Tetapi tetap, yang mengantar kami, adalah supir kami. Yaitu, Pak Marso. Ikut dari Semarang ke Jakarta. Tapi, Pak Marso tuh, asli orang Bekasi loh, sebenarnya. Jadi, lebih dekat deh, kalau mau kekampungnya hihi.

Seperti biasa, Mama sudah membuatkan sarapan pagi yang lezat, tapi sehat. Yaitu, salad buah, dengan plain yoghurt, favoritku.

"Nanti, disekolah kalian yang baru, belajarnya, harus tambah rajin ya! Jangan bandel..," Mama memperingati kami berdua yang sedang sarapan.

"Nggaklah Ma.. Lagipula, siapa juga yang bandel? Nadila kali yang bandel..," sindir Kakhal, sambil menyenggol sikuku.

"Ih, kakak kok gitu!" kesalku sambil menyenggol lengan Kakhal balik, yang berada disampingku. Lalu ku lanjutkan melahap salad buahku.

"Heheh canda kok Dek..,"

"Hm.. Yaudah, Mama sama Papa berangkat duluan ya.. Kalian sama Pak Marso hati-hati.. Nanti, ketemu sama kepala sekolah dulu ya..," ucap Mama sambil mencium kening kami, satu persatu, lalu pamit pergi.

Jam masuk masih agak lama. Mungkin 40 menit lagi. Hanya tersisa 10 menit saja bagi kami untuk sarapan. Kami tidak mau telat dihari pertama sekolah kami.

***

Suasana baru dihari yang baru. Ini ibu kota, beda dengan daerah asalku. Tetapi, disini, aku bisa mengetahui banyak hal yang baru. Baru beberapa hari tinggal, aku merasakan banyak ide yang bermunculan untuk membuat lagu.

Ya, aku suka menulis lagu dari banyaknya mood yang ku rasakan, lalu ku tuang dalam lagu yang ingin aku buat, atau melihat dan memikirkan sesuatu. Sayangnya itu dulu, sekarang suka nggak mood. Tetapi, selain itu, aku juga hobi dalam bidang menulis cerita. Hanya saja untuk saat ini aku ingin mencoba hal baru.

Kembali ku catat ide dalam lagu dibuku khusus-ku saat menuju sekolah baruku.

***

"Baiklah, ini bukunya ya, semoga, betah. Belajar yang rajin ya," ucap Bu. Anara, setelah memberikanku buku pelajaran yang setumpuk juga berat, beliau kepala sekolah yang cantik. Kelihatannya, baik dan ramah sekali.

Setelah aku berbincang banyak dan dijelaskan banyak juga, tentang sekolah ini kepada Bu. Anara, aku pun, diantarkan kekelas baruku. Sambil Bu. Anara memberi tahu kelas-kelas yang dilewati, sepanjang koridor. Sekolah terlihat cukup luas. Mempunyai lapangan yang besar, dan sekolah bertingkat 3. Disebrang kiri ada gedung SMA-Nya. Sisanya yang belum ketahui bisa ku telusuri nanti saat jam istirahat.

Tok tok tok..
Bu. Anara mengetuk pintu yang bertuliskan dilabel, kelas 9C.

Lalu seseorang membukakan pintu kelas dan menyapa Bu. Anara juga aku. Bu. Anara menjelaskan kepada guru yang sedang mengajar, sepertinya, itu wali kelas baruku.

Wali kelas memperkenalkan dirinya terlebih dahulu padaku, sebelum masuk, namanya, Bu. Jinan.

Aku pun dipersilahkan masuk. Awalnya, aku ragu-ragu, takut, dan malu. Tapi, aku teringat kata Kakhal, bahwa, harus pede. Langkah kakiku memasuki kelas dengan jumlah murid sekitar 24 murid.

"Assalamu 'alaikum.. Hai, perkenalkan, nama saya, Anadila Shalina. Kalian bisa panggil, Nad atau Nadila. Saya, pindahan dari Semarang. Terima kasih..," perkenalan singkat selesai. Seisi murid dikelas bertepuk tangan. Aku bisa bernafas lega..

"Mm.. Baiklah, Nadila.. Duduk dimana ya?" Bu. Jinan bingung dengan tempat duduk yang terlihat penuh. Tapi, sepertinya, ada kursi dibelakang, dan ada seorang murid yang disampingnya kosong, tak ada kursi.

"Nadila, kamu.. Ambil saja kursi dibelakang ya. Lalu duduk disamping, Yuni," tunjuk Bu. Jinan kepada seorang murid yang menundukkan kepalanya terus, sedangkan yang lain, justru mendongakkan kepalanya. Sepertinya, anak murid disini disiplin.

Namanya, Yuni. Disitu aku tahu nama perempuan yang dari tadi, jadi perhatian banyak orang dan sepertinya, banyak orang yang tidak mau dekat dengannya. Seram? Memangnya.. dia hantu?

Dari situ, pandanganku, tertuju padanya. Karena tingkah lakunya yang memang aneh dan berbeda. Wajahnya tak nampak sedikit pun. Karena ia menundukkan kepalanya, dan tertutup oleh rambutnya.

Aku menarik dan menggeser kursi yang ada dibelakang, kesamping Yuni, beberapa murid saat aku menuju belakang, juga sempat menyapaku, tapi ada yang sampai bilang padaku..

"Nad, hati-hati, duduk sama dia..," tunjuk salah satu murid kepada Yuni.

Aku hanya mengangguk saja. Hmm, apa dia berbahaya? Ah, mana mungkin? Dia vampir? Jenis serigala? Atau kah.. Ular yang berbisa? Oh iya, dia manusia..

♡♡♡

Wi wi wi! Siapa penasaran?
Btw maaf ya kalo visualnya kurang cocok oke. Maap yaaaa:" maapin oke..

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now