[7] Cobaan...

78 16 4
                                    

Mata seisi ruang seni pun takjub, mata mereka berbinar, dan terkagum melihat Yuni. Kecuali kakak kelas tadi, dia menampakkan wajah biasa saja, tak ada reaksi senang atau bangga dari raut wajahnya, dia menatap sesekali dengan sinis matanya, dan tak peduli. Namun, kemampuan Yuni, memang patut diapresiasi.

Tapi sayangnya, hal yang tak terduga, saat ditengah lagu, senarnya seperti kendor, dan alhasil, membuat nada lagu sedikit hancur, dan meleset, lalu lirik lagu selanjutnya, juga agak lupa sedikit. Akibat senar tadi, konsentrasi Yuni agak buyar.

Yuni langsung menutup lagunya. Dia ragu-ragu juga takut. Karena, membuat kesalahan.

"Oke, overall, kamu tadi udah bagus, tapi.. Sayangnya, tadi, kenapa kamu bisa tiba-tiba lupa? Dan, pakai tangan kiri? Kidal kah?" tanya Kak. Randi agak sedikit menyindir.

"Ish, Di.. Jangan gitu," bisik Kak. Melody yang tidak enak.

Kok malah nyindir fisik sih? batinku kesal.

"Iya Kak..," jawab Yuni.

"Lebih baik pakai tangan kanan ya. Karena kalau kamu mau jadi pemain ukulele dan gitaris, harusnya lebih bagus lagi.," pesannya.

"Kalau aku.. Aku suka sama suara kamu. Suara yang royal. Aku sih, mau kalau kamu gabung diteam vokal," puji Kak. Melody.

Ya ampun, Kak. Melody baik sekali! Batin Yuni senang.

"Eh, Mel, jangan terima.. Suaranya masih ada fals.. Udah tahu, nih lagu susah juga," cegat Kak. Randi.

"Ya, kan bisa dibantu ditingkatin lagi Ran.. Udah bagus lho, itu," bela Kak. Melody.

"Kenapa ya, gue curiga sama Kak. Randi..," bisik Oddy kepada Zaki juga aku.

"Sama, tapi, jangan su'udzon dulu lah. Nggak baik loh, Dy," ucap Zaki mengingatkan temannya yang suka nethink itu.

"Iya sih ya, Astaghfirullah.. Aku harap, Yuni bisa masuk sih," harap Oddy.

"Sama Dy. Gue baru pertama kali denger suaranya enak gitu. Kayak udah pas. Tapi, kok aneh ya? Kelihatanya, ukulele-Nya, ada masalah," kata Zaki agak curiga.

"Ya sudah, dicoba pelajari lagi ya. Saat ini, kami belum bisa terima kamu dulu," kata Kak. Melody setelah berbincang juga sedikit berdebat dengan Kak. Randi & menutup pertemuan hari ini.

Bagus Kak. Randi.. Batin Kakak kelas itu.

***

"Apa aku bilang? Mereka nggak akan terima anak kidal seperti aku!" tegas Yuni terus terang, saat kami duduk dibangku lapangan, merasa patah semangat. Kami menghela nafas dan prihatin kepada Yuni.

"Masalahnya, lo tadi udah bagus Yun. Nervous lo, udah lumayan kekontrol, kepedean juga udah, nyanyi udah bagus, tapi, ya itu ukulele-Nya. Aneh aja gitu..," ungkit Oddy.

"I-iya juga.. Ukulele-Nya, tiba-tiba kendor.. Aku juga bingung, mau dibetulin, ribet," keluhnya lagi.

Kemudian Yuni mendapatkan telepon dari kakaknya, Kak. Tari.

"Ya sudah.. Aku duluan ya. Mau ketempat les kakakku dulu," ujarnya.

"Baiklah, hati-hati Yuni. Semangat ya!" kataku.

Dia tetap tersenyum. Meskipun, pasti sebenarnya. Ia sedang sedih. Karena ditolak oleh guru seni tadi.

Yuni pun pergi dengan sepeda biru mudanya itu.

"Masih kasihan gue, sama si Yuni.. Nasibnya gitu amat ditolak sama guru seni..," kata Oddy prihatin.

"Sama Dy..," jawabku dan Zaki bersamaan.

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now