[18] Antara Sedih dan Bahagia

56 11 10
                                    

Bagaimana rasanya, jika sahabat kita sendiri, meninggalkan kita satu per satu?

Kau tahu, hampir seminggu, aku menjauh dari Yuni. Zaki, dan Oddy, mereka juga sama. Tetapi aku juga menjauh dari orang lain. Aku bagaikan orang kesepian didunia ini. Hidupku antara sedih dan senang jika aku sedang bersama keluargaku, itu hanya beda tipis. Ya, aku begitu, juga, terpaksa, menutupi kesedihanku..

Namun ini adalah cara terbaik untuk menghindar. Dari pada, makin mendekat, makin bertambah masalah yang ada. Aku cuman bisa berdo'a, agar Yuni bisa terlindungi, dan keadaan kedepan akan, baik baik saja. Meski, aku hanya bisa memantaunya dari kejauhan.

Tiap hari, datang kesekolah, sambil memakai jaket karena saat pulang dari restoran waktu itu, kondisiku drop, jadi kurang enak badannya, cuaca juga tak mendukung belakangan ini, hujan terus, disela jam pelajaran tenagaku dan pikiranku mulai menurun, kurang vit. Saat jam istirahat tiba, aku memilih sarapan dengan bekal buatan Mbak Inem, setelah itu lari keperpustakaan, mencari buku untuk dibaca, terkadang, aku pilih random, kadang, juga membaca buku tentang Jepang. Yang, tahunya ada tersimpan diantara selipan buku internasional. Ini, bisa dibilang, persiapan untuk les jika aku masuk, atau tergantung mood , jika malas keperpustakaan, dan aku memilih keruang seni, mendengarkan lagu-lagu dari playlist-ku.

Berlanjut saat istirahat kedua, usai solat Dzuhur, disaat orang lain makan siang, atau pun mengobrol, aku lebih memilih menyendiri, dikelas.. Misalnya, tidur sebentar. Dan saat pulang sekolah, aku memilih dijemput oleh Pak Marso, kebanding Kakhal yang terlalu overprotektif menanyakan soal hariku dan Yuni. Mulutku selalu, bungkam, malas menjawab pertanyaannya itu..

Tetapi, jika ada ekskul, aku pulang agak lama, karena sedang belajar vokal juga. Hanya saja, terkadang aku bolos, karena aku kelelahan, kecapekan, malas, dll..
Kalau udah, Pulang sekolah, mengerjakan PR, belajar untuk ulangan, dsb.. Lalu lanjut mandi setelah itu belajar bahasa Jepang atau pun mencari tahu soal Jepang dimedia.

***

"Nggak gini caranya Yun, kalau kamu marah sama aku! Niat gak sih? Tangan kamu tuh, dipakai buat gambar yang bagus gitu kek?!" kata-kata tersebut yang ku keluarkan langsung dari mulutku sendiri dengan tidak sopan dan tak punya wibawa. Tak menghargai. Selalu menghantui dan menohok diriku sendiri. Aku kesal dengan diriku sendiri, dengan apa yang telah aku perbuat.

Aku menutupi wajahku dengan bantal, mengeluarkan semua isak tangis yang hampir tiap hari aku keluarkan, menghabiskan setengah kotak tisu. Kemudian, Membuang tisu tersebut langsung ketong sampah luar.

Menangis bukan hal yang seru, bukan karena cengeng. Tapi karena merasa bersalah apa yang telah aku lakukan, aku luapkan semua dengan tangisan hingga perasaanku mulai tenang. Itu cara terbaik bagiku. Agar aku, tidak memendamnya terlalu lama.

Karena aku sering bersedih, atau pun merasa kesepian. Otakku, jadi tidak konsen. Saat ulangan tiba nilaiku selalu rata-rata atau terkadang dibawahnya. Mama sudah memberitahukan padaku. Jika nantinya aku lolos, beliau harap aku bisa menyeimbangi, betul-betul dengan les nanti. Jika aku, sampai gak konsen. Bisa aja, aku diminta untuk keluar. Mana mau. Ini juga impianku. Hidup itu emang rumit, nggak mudah buat dijalanin jika kamu gak punya tekad dan niat. Lalu, aku bingung, bagaiamana, aku harus menyelesaikan, semuanya ini..

Seandainya, ada keajaiban..

***

"Tar, sepertinya.. Nad sama Yuni emang lagi berantem.. Mereka kelihatan jauhan," kata Kakhal yang akhirnya berani bertanya, saat Kak. Tari main kerumah Kakhal. Mereka sedang mengerjakan tugas bersama.

"Sama.. Yuni sekarang.. Jadi orang yang mulai tertutup lagi.., Gak kayak biasanya aja. Dia ngerasa, jadi kesepian, padahal ada aku loh," lanjut Kak. Tari.

Reach (The Story Of Lefty Hand)Where stories live. Discover now