"Ya. Kalau gitu, gue permisi yah, Ga," pamit Sila.

Gadis itu baru akan membalikkan badannya untuk melangkah keluar dari ruangan Arga, namun bos-nya itu kembali memanggilnya.

"Kenapa?" tanya Sila.

"Untuk bulan ini, ada berapa meeting yang harus gue hadirin? Yang jadwalnya udah masuk ke lo," ujar Arga.

Sila nampak memutar-mutarkan bola matanya ke kanan-kiri, berusaha mengingat jadwal Arga.

"Sekitar 10 meeting yang udah gue terima," jawab Sila pada akhirnya.

"Oke. Gue minta lo buat re-schedule semua jadwal meeting-nya," ujar Arga, membuat kedua mata Sila membola dengan sempurna.

"Re-schedule gimana maksudnya? Dimundurin?" Sila mengeryitkan keningnya.

"Bukan. Dimajuin. Gue mau 10 meeting itu dimajuin ke satu minggu ke depan. Mau sehari gue dateng ke dua atau tiga meeting, nggak masalah," jelas Arga.

"Kenapa? Kalau mereka nggak bisa gimana?"

"Meeting di kantor kita kan? Mereka yang butuh kita kan? Kalo mereka nolak, yaudah, gue nggak bisa kalau di luar seminggu ke depan," ujar Arga.

Laki-laki itu kembali fokus dengan berkas-berkas di hadapannya, mengabaikan Sila yang menatapnya masih dengan sebuah kebingungan.

"Kenapa sih?" tanya Sila penasaran.

"Gue mau cuti, sampe Seina ngelahirin," sahut Arga sekenanya.

Sila sempat menganga seraya membelalakan kedua matanya sebelum akhirnya ia berdecak, "Ga, lo gila?"

"Seina yang minta," ujar Arga asal.

"Nggak mungkin."

"Yaudah. Pokoknya gue minta lo ikutin apa kata gue, re-schedule jadwal meeting-nya," ujar Arga seraya tangannya mengisyaratkan Sila untuk keluar dari ruangannya, seolah tidak membiarkan gadis itu untuk bertanya ataupun menyampaikan protesnya.

Akhirnya Sila harus keluar dari ruangan Arga dengan pasrah. Pasrah menerima ocehan dari para klien yang tidak terima jadwal meeting-nya dirubah secara mendadak, mungkin? Baiklah, apapun yang akan terjadi nanti atas perintah Arga ini, semua akan Sila hadapi.

***

Arga nampak mengatur napasnya sebelum tangannya bergerak untuk memencet bel apartmentnya.

Laki-laki itu tahu, pasti di dalam, istrinya marah padanya. Pasalnya, saat di kantor, saat Sila keluar dari ruangannya, ia tidak kembali menghubungi Seina meskipun tahu jika wanita itu menghubunginya beberapa kali.

Setelah memantapkan hati, tangannya bergerak memencet bel. Tak lama, Seina muncul, menunjukan ekspresi yang tak bersahabat.

Tanpa menunggu Arga masuk, wanita itu sudah kembali membalikkan badan, melangkah dan duduk di ruang televisi.

"Sayang ...," panggil Arga saat ia berhasil duduk di samping Seina.

Seina hanya melirik Arga sekilas.

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now