13 | ALBERIC2

81.2K 3.9K 28
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
HAPPY READING

Sepi ini membuat rasa menjadi kalbu dan cinta menjadi kelabu. Tidak ada api cemburu yang membuat hati ini kian meragu
-Alberic

Pagi ini Eric termenung di ruang tamu rumahnya, matanya terus terpejam dengan lengan kanan yang menutupinya, tubuhnya bersandar ke sofa dan kakinya ia angkat ke atas meja. Pikirannya kacau sekarang, bayangan Lena selalu menghantuinya. Andai Eric dulu selalu ada untuk Lena dan tidak mengkhianatinya. Andai semua waktu berputar kembali, dan itu semua hanya andai dan andai.

"Eric?" panggilan itu membuat tangan Eric menjauh dari wajahnya. Eric hanya menaikan sebelah alisnya, tidak ada niat untuk membalas sapaan itu.

"Lo bisa antar gue gak?" tanya perempuan itu, ia duduk di samping Eric dengan tangan yang memainkan tas mahalnya.

"Kemana?" Eric membalas tanpa bersemangat, suaranya serak tidak ada keceriaan sedikit pun terselip.

"Sebenarnya hari ini gue ada kumpul, semua temen gue bawa pasangannya dan gue, gue cuma punya lo Ric. Mau kan?" perempuan itu memelaskan suaranya begitupun dengan wajahnya. Eric menatap wajah perempuan itu yang menatapnya penuh harapan, Eric menghembuskan nafasnya kasar. "Ayo,"

Perempuan itu terlihat menahan kebahagiaannya, ia tersenyum lebar. Eric bangun dari duduknya dan menatap perempuan tersebut. "Dai lo tunggu disini gue mau ganti baju," orang yang dipanggil Dai itu mengangguk antusias.

Eric naik ke kamarnya yang berada dilantai dua, ia masuk kedalamnya lalu pergi menuju lemari. Bahkan Eric tidak mandi terlebih dahulu karena baginya acara ini tidak terlalu penting. Eric hanya memakai kemeja abu-abu dengan celana jeansnya, tak lupa sepatu convers yang ia pakai. Setelah semua siap Eric memasukan dompet dan ponselnya ke kantong celana lalu turun kembali untuk menemui Daisy.

"Udah yuk!" Daisy menghampiri Eric lalu memeluk lengan Eric, Eric tidak menolak karena yang ada dipikirannya sekarang hanya Lena, Lena yang sudah menjadi istri sah orang lain.

Eric membawa mobil kesayangannya yang bewarna hitam, Daisy memang sangat menyukai mobil Eric yang itu. Karena Eric akan terlihat lebih cool jika mengendarai mobil tersebut. Eric menyuruh Daisy masuk ke dalam mobilnya, saat di dalam mobil Daisy sedari tadi hanya tersenyum sendiri karena Eric sangat manis hari ini.

"Lo udah makan?" tanya Eric. Daisy yang ditanya seperti itu gelagapan sekaligus salah tingkah. Ia hanya mengangguk dengan tersenyum malu-malu.

Eric melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah yang terlihat begitu mewah dan melaju ke jalanan kota yang begitu ramai.

"Eric," panggil Daisy, Eric hanya berdehem sebagai respond darinya.

"Kapan-kapan kalau lo mau ke Sma Darmantara ajak gue dong, ketua yayasan sekolah itu lo kan?" Eric mengangguk, sudah lama ia tidak mengunjungi sekolah itu karena setiap ia menginjakan kakinya disana kenangan baik maupun buruk selalu berputar di otaknya seperti kaset rusak.

"Kapan lo kesana?" tanya Daisy.

"Antara besok dan lusa." Jawab Eric tanpa mengalihkan pandangan matanya dari jalanan. "Terus sekarang lo ajak gue kemana?" tanya Eric membuat Daisy yang sedari tadi memandang Eric terusik hingga ia pun menatap jalanan yang ramai di depannya.

"Ke danau biasa," jawab Daisy sekenanya. "Soalnya disana gue sama yang lainnya mau piknik."

"Piknik? Terus lo gak bawa makanan?" tanya Eric.

"Temen gue yang bawa,"

Hari ini Daisy sangat bahagia karena Eric berbicara sangat panjang tidak seperti biasanya. Daisy tidak tahu kenapa Eric jadi seakan lebih peduli padanya, andai setiap hari Eric seperti ini. Tatapan mata Daisy lurus ke depan, mulutnya berujar sesuatu membuat Eric terdiam.

"Coba lo kayak gini setiap hari, lebih peduli sama gue. Sakit tau gak kalau di kacangin sama orang yang disayang." Daisy tersenyum tipis.

×××××

"Hai girls!!" Daisy memeluk sahabat-sahabatnya tak lupa dengan cium pipi kanan dan kiri. Eric hanya mendengus, seperti inilah kericuhan perempuan saat bertemu dengan sahabat lamanya.

"Dai itu suami lo?" tanya salah satu perempuan disana dengan menunjuk Eric, terlihat dari wajahnya jika ia juga tertarik dengan Eric. Begitulah dirinya, Eric bisa menarik perhatian orang lain tanpa bersusah terlebih dahulu.

"Calon Sha," Daisy tersenyum lebar, matanya menatap Eric seolah ia meminta Eric untuk mengiyakannya.

"Iya masih calon," Eric berucap dingin.

"WOW!" kedua perempuan itu terkekeh dan kembali duduk di samping pasangannya masing-masing. Eric hanya berdiri di belakang Daisy yang sudah duduk, tak ada niat untuk duduk di kursi yang sudah tersedia.

"Lo gak duduk?" tanya salah satu lelaki kepada Eric. Eric menggeleng.

"Dai suruh calon lo duduk dong, kasihan berdiri mulu." Daisy menoleh kebelakang, lewat tatapannya ia menyuruh Eric untuk duduk. Eric mendengus lalu duduk di samping Daisy.

Dari bawah meja, Daisy menggenggam tangan Eric membuat Eric terkejut, Daisy hanya memberikan senyuman manis kepada Eric. Tidak ada salahnya ia membiarkan Daisy seperti ini. Karena yang Eric bayangkan adalah Lena yang menggenggam tangannya bukan Daisy. Hati Eric sudah terlalu memeluk erat Lena hingga ia tidak bisa melepaskannya.

"Eh lo kemarin ke kondangannya keluarga Fendricollas gak?" tanya salah satu perempuan yang bernama Shasa. Eric menyimak percakapan tersebut dengan memasang kedua telinganya.

"Ouh si Alpha itu kan?" tanya salah satunya yang diyakini bernama Diana.

"Iya, beruntung banget tuh cewek kan, cowoknya ganteng lagi?" tanya Sasha, lelaki yang di sampingnya berdeham tak suka karena Sasha memuji lelaki lain. Sasha hanya terkekeh pelan melihat kekasihnya yang cemburu.

"Emang iya? Kok gue gak tahu. Gue aja kemarin gak dateng," sahut Daisy membuat kedua temannya terkejut.

"Lo serius?" Diana menatap Daisy lekat. Daisy mengangguk sekilas.

"Gila aja lo gak dateng. Btw pengantin ceweknya cantik abis gue aja iri sama dia." Sasha terlihat antusias saat mengingat mempelai perempuan saat kondangan kemarin sedangkan Eric hanya terdiam karena ia tahu siapa yang menjadi bahan pembicaraan perempuan yang ada di hadapannya kali ini.

"Siapa sih emang ceweknya?" tanya Daisy penasaran, ia tetap keukeuh untuk mengetahui pengantin perempuannya karena kemarin ia tidak datang. Walaupun datang ia pasti akan datang dengan Eric dan Eric tidak akan mengajaknya berbicara atau tidak menanggapinya atau dalam arti lain itu di kacangin dan Daisy benci itu.

"Kalau gak salah Lena," Daisy membulatkan matanya.

"Lena? Kok kayak nama mantan calon gue." Ucapan Daisy membuat Sasha dan Diana tertawa.

"Nama Lena banyak woi. Bukan cuma mantan calon lo doang, lagipula kenapa lo ngomongin mantannya calon lo? Gak cemburu?" Ujar Diana dengan terkekeh pelan, tangannya menyelipkan anak rambutnya yang menghalangi matanya.

"Iya sih, eh tapi kok gue gak diundang ya."

Sasha menjitak kening Daisy membuat sang empu meringis, Daisy mencebikan bibirnya. "Kok lo jahat sih,"

"Lah elo bego di pelihara. Pantesan gak kondangan di undang aja kagak!" decaknya yang mendapat kekehan dari Diana dan kedua lelaki yang ada di sana terkecuali Eric dan Daisy yang kena jitak. Keningnya memerah membuat Daisy berdecak pelan.

"Biasa aja dong, kening berharga gue merah nih."

"Iya iya sorry."

Eric bangun dari duduknya membuat yang lainnya menatap Eric bingung. "Eric lo mau kemana?" tanya Daisy.

"Pulang. Kalau lo masih mau kumpul sama teman lo gak apa-apa. Kalau udah selesai lo chat aja nanti gue jemput." Eric tersenyum msmbuat wajah Daisy memerah karena baru pertama kali Eric bersikap semanis ini terhadap dirinya.

'Andai lo setiap hari bersikap kayak gini Eric, gitu aja udah cukup buat gue bahagia.' Daisy tersenyum tipis.

A/N : HOALHOOOOO HAI HAI GIMANA NIH CERITANYA??? GARING YA??? SORRY AJA MUEHEHHE. TUGAS ANE NUMPUK BANGET JADI ANE USAHA BUAT SEMPET SEMPETIN UP

FOLLOW IG
albericavano_
saylena.maymac

LENRIC [ALBERIC2]Where stories live. Discover now